Susahnya Mencari Sekolah Negeri untuk Atlet Berprestasi di Depok

Atlet berprestasi Depok ditolak PPDB
Sumber :
  • VIVA.co.id/Rinna Purnama (Depok)

Depok – Keresahan semakin dirasakan oleh para orang tua atlet berprestasi di Depok. Sejumlah orang tua dan calon siswa yang ingin sekolah di sekolah negeri dihadapkan pada kenyataan pahit. Kendati sudah menorah prestasi namun usaha siswa tidak dihargai ketika ikut pendaftaran penerimaan peserta didik baru (PPDB) 2024.

Ahmad Luthfi Janjikan Sekolah Gratis dan Subsidi Ongkos Bagi Anak Keluarga Miskin

Setelah kemarin mencuat kasus Cyla (12) yang sempat gagal PPDB di SMPN 3 Depok, ternyata ada kasus serupa yang terjadi. Kali ini seorang siswi berprestasi di bidang olahraga taekwondo juga harus menelan pil pahit gagal saat PPDB.

Siswi tersebut bernama Dinda. Dia adalah seorang atlet taekwondo yang telah mengukir prestasi hingga tingkat Provinsi Jawa Barat. Dinda berhasil meraih medali emas dalam GubCup III se-Jawa Barat 2024 dan Piala Walikota Depok serta penghargaan atlit terbaik kategori kyorugi cadet putri di kejuaraan yang di selenggarakan pada 8-9 Juni lalu di GOR Kota Depok.

Hari Guru Nasional 25 November 2024, Apakah Sekolah Libur?

Namun, prestasi gemilang ini tidak cukup untuk memastikan tempat di sekolah negeri yang diidamkan. Dinda mendaftar di SMPN 2 Depok, namun gagal.

“Pada PPDB SMP Negeri 2 Depok, kuota Jalur Prestasi Non-Akademik yang sebelumnya 15% kini turun drastis menjadi hanya 5%, menyisakan 14 kursi. Penurunan ini memperketat persaingan dan menambah beban psikologis bagi calon siswa dan orang tua. Lebih memprihatinkan lagi, dalam uji kompetensi cabang olahraga taekwondo, tidak ada panduan penilaian yang jelas,” kata ON, orang tua Dinda, Rabu 3 Juli 2024.

Tragis, Penampakan Sekolah Reyot Seperti Kandang Hewan di Manggarai Timur

Hasil rekapitulasi nilai akhir menunjukkan beberapa calon siswa dengan sertifikat yang tidak mencerminkan kompetensi lebih baik justru mendapatkan nilai yang jauh lebih tinggi dari Dinda. Sebagai contoh, calon siswa dengan nilai sertifikat lebih rendah memiliki nilai minat bakat yang jauh di atas nilai Dinda.

“Hal ini menimbulkan keraguan orang tua tentang standar penilaian uji kompetensi yang dilakukan oleh pihak sekolah,” ujarnya.

Ketidakjelasan dalam metode penilaian dan indikasi ketidakadilan ini membuat para orang tua merasa sistem yang ada tidak transparan dan merugikan.

“Kami berharap pihak sekolah memberikan konfirmasi dan penjelasan mengenai metode penilaian 'minat dan bakat' di Jalur Prestasi Non-Akademis agar hasil seleksi adil dan sesuai dengan kemampuan setiap calon siswa,” ungkapnya.

Kasus ini membuka mata banyak pihak akan pentingnya reformasi dalam sistem penerimaan siswa baru, terutama untuk atlet berprestasi yang seharusnya mendapat penghargaan atas kerja keras dan dedikasi mereka.

“Sekolah-sekolah di Depok diharapkan lebih transparan dan adil dalam proses seleksi, sehingga tidak ada lagi atlet berbakat yang merasa diabaikan dan dirugikan,” ucapnya.

ON pun memutuskan untuk mendaftarkan anaknya ke sekolah swasta. Ini dilakukan lantaran merasa kecewa dengan usaha yang sudah dilakukan namun tidak membuahkan hasil.

“Anak saya sudah saya daftarkan ke swasta. Intinya kami sudah berusaha di minggu-minggu kemarin untuk bisa mendapatkan atensi dari pihak sekolah, tapi tp karena terlihat tidak ada respon, mungkin karena memang sudah tidak ada alokasi kursi, akhirnya kami putuskan untuk di swasta aja,” katanya.

Dirinya menuturkan lebih fokus untuk mengembangkan bakat dan potensi anaknya dibanding harus ngotot untuk masuk sekolah negeri. Anaknya kini sudah didaftarkan ke salah satu sekolah SMP IT di Depok.

“Karena tahun ajaran baru akan segera di mulai, biar kami dan anak kami semakin mantap dengan pilihan sekolah barunya,” pungkasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya