Skandal Olahraga: Geger Atlet Normal Pura-pura Jadi Disabilitas demi Meraup Emas

Tim basket Spanyol di Paralimpiade 2000
Sumber :
  • Twitter

VIVA – Paralimpiade adalah kompetisi olahraga internasional untuk atlet penyandang disabilitas. Beragam cabang olahraga dipertandingkan pada ajang ini, hampir sama seperti pada Olimpiade termasuk, ski alpen, ski lintas alam, biathlon, sepeda, panahan, dan renang. 

Persaingan IBL 2025 Makin Sengit, Brandon Jawato Bakal Pimpin Perjuangan Pelita Jaya

Akan tetapi, peralatan olahraga untuk Paralimpiade telah dimodifikasi untuk disabilitas tertentu. Atlet Paralimpiade bertanding dalam enam kelompok disabilitas yang berbeda seperti amputasi, lumpuh otak, gangguan penglihatan, cedera tulang belakang.

Kemudian disabilitas intelektual, dan les autres (atlet dengan disabilitas yang tidak termasuk dalam kategori lain). Di dalam tiap kelompok tersebut, atlet akan dipisahkan lagi kedalam kelas-kelas berdasarkan jenis dan tingkat disabilitasnya.

Bima Perkasa Jogja Rekrut Corey Anthony untuk IBL Musim 2025

Paralimpiade pertama kali digelar pada 1960 di Roma, Italia. Dan, Paralimpiade Tokyo 2020 merupakan edisi ke-16 yang pernah digelar.

Pada perjalananya, Paralimpiade tidak selalu dibumbui dengan kisah-kisah inspiratif dari para atlet-atlet difabel yang bertanding. Hampir setiap pelaksanaannya ada saja insiden, hingga skandal yang merusak marwah multievent empat tahunan tersebut. 

Ronni Yenes, Doktor Muda asal Sumbar di Kepengurusan Perbasi 2024-2028

Seperti yang terjadi pada Paralimpiade Sydney 2000. Sebuah kecurangan yang paling menggemparkarkan dilakukan oleh Tim Basket Spanyol. Kecurangan itu bahkan terekam hingga saat ini dalam skandal olahraga terbesar yang pernah ada. 

Namun, tak berselang lama dari perayaan keberhasilan itu, sebuah fakta mencengangkan terbongkar. Bau busuk dari skuad basket Spanyol kala itu terendus. 

Seorang jurnalis bernama Carlos Ribagorda menyamar dan ikut dalam rombongan Tim Basket Spanyol saat pulang kampung. Dalam penyamaran itu, Carlos menemukan bahwa dari 12 pemain, hanya dua yang benar-benar menderita Intellectual Disability atau disabilitas intelektual. Sementara 10 orang lainnya merupakan atlet normal. 

Menurut laporan News 18, Carlos juga mengaku bahwa dirinya sempat diajak untuk membela Spanyol di Paralimpiade, meski dirinya tidak memiliki keterbatasan. Dan, ternyata bukan hanya Tim Basket Spanyol yang telah melakukan kecurangan. 

Carlos mengungkap, Spanyol juga sudah berlaku curang pada cabang atletik, tenis meja, dan renang. "Dari 200 atlet Spanyol di Sydney, setidaknya 15 tidak memiliki jenis cacat fisik atau mental-mereka bahkan tidak lulus pemeriksaan medis atau psikologis," kata Carlos, dikutip Capital. 

Lebih lanjut, Carlos mengungkap bahwa pada salah satu pertandingan, pelatih Tim Basket Spanyol meminta para pemainnya untuk tidak bermain dengan baik. Hal itu dilakukan ketika mereka sudah memimpin jauh, agar kecurangan mereka tidak terendus. P

ada tahun 2013, mantan kepala Federasi olahraga Disabilitas Spanyol, Fernando Martin Vicente dinyatakan bersalah atas penipuan tersebut dan didenda sebesar 7300 USD (Rp105 juta) Dia juga diperintahkan untuk mengembalikan sekitar 200 ribu USD (sekitar Rp 2,8 miliar) kepada pemerintah.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya