Oegroseno Ungkap Tujuannya Jadi Calon Ketua Umum NOC Indonesia
- YouTube Abraham Samad
VIVA Sport - Komjen Pol (Purn) Oegroseno menyatakan kesiapannnya menjadi calon Ketua Umum NOC of Indonesia atau Komite Olimpiade Indonesia (KOI).
Oegroseno menyatakan, tujuannya bukan karena mencari nama apalagi popularitas tetapi sebagai ladang pengabdian kepada bangsa dan negara.
Dia mengatakan, dengan memegang teguh dua prinsip tersebut, yakin mampu menjadikan KOI ibarat rumah sendiri.
Sebelumnya mantan Wakapolri itu telah mendeklarasikan pencalonannya sebagai Ketua Umum KOI pada 23 Maret 2023 lalu.
Kongres KOI itu sendiri dijadwalkan berlangsung 30 Juni 2023 di Jakarta dan sudah dua nama yang mendeklarasikan diri sebagai calon Ketua Umum KOI yakni Oegroseno dan petahana Raja Sapta Oktohari (RSO).
Oegroseno yang juga Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PP.PTMSI) itu sudah siap mental untuk menghadapi persaingan menjadi Ketua Umum KOI termasuk jika head to head dengan petahana Raja Sapta Oktohari.
"Sejak awal saya katakan menjadi calon Ketua Umum KOI bukan persoalan kalah atau menang, tapi marilah kita belajar berdemokrasi secara sehat dan benar. Tak ada rekayasa yang menguntungkan calon tertentu,"paparnya.
Mantan Kapolda Sumut ini juga tidak merasa risau dengan deklarasi dukungan kepada petahana RSO.
Sejauh dukungan itu murni dan bukan rekayasa, Oegroseno mengajak semua elemen olahraga Indonesia terutama para cabor pemilik suara menciptakan demokrasi yang sehat dan elegan.
"Saya ini sudah dikepung kiri kanan, atas bawah hanya mempertahankan kebenaran sebagai Ketua Umum PP.PTMSI. Sejauh hal itu prinsip kebenaran, sampai kapan pun saya pertahankan,"papar Oegroseno.
Kembali pada masalah kesiapannnya menjadi calon Ketua Umum KOI, Oegroseno mengatakan semuanya itu berlandaskan pada keinginan kuat untuk memperbaiki olahraga Indonesia terutama dalam upaya peningkatan prestasi di tingkat internasional.
Oegroseno juga tidak dalam posisi mutlak untuk memberikan penilaian apakah kontingen Indonesia berhasil atau tidak di SEA Games Kamboja.Â
Meskipun ada peningkatan signifikan dalam jumlah medali emas, menurut Oegroseno, alangkah bijak dan elegan, penilaian itu dilakukan secara terbuka dan biarkanlah masyarakat yang menilai.
"Jangan sampai kita mengklaim keberhasilan yang semu dan itu sama saja dengan kebohongan publik,"imbuh Oegroseno.
Masih dalam kaitan proses peningkatan prestasi, lulusan Akpol 1978 ini menyebabkan bahwa KOI jangan hanya memiliki misi dan visi perolehan medali saja, tapi harus melihat dari hulu ke hilir proses pembinaan yang dilakukan oleh induk organisasi cabor.
Hampir 4 tahun PP.PTMSI sebagai induk organisasi tenis meja yang legal di dunia dan Indonesia belum pernah menerima kunjungan dan diskusi dengan KOI.
"Kami merasakan KOI itu jauh dari induk organisasi cabor khususnya tenis meja. Hal ini terbukti saat review pra multi event seperti SEA Games dan sebagainya. Seharusnya data Binpres atlet menjadi data base atlet Indonesia yang perlu dikuasai oleh KOI ke depan bersama induk organisasi cabor,"ucapnya.