Boy Pohan Apresiasi Strategi Komite Olimpiade Indonesia
- Dok. Komite Olimpiade Indonesia
VIVA Sport – Dalam Rapat Anggota Komite Olimpiade Indonesia (NOC Indonesia) beberapa waktu lalu, ada beberapa gagasan yang menurut wasit tinju bintang 3 asal Indonesia, Muhammad Arisa Putra Pohan sangat bagus.
Pria yang akrab disapa Boy Pohan itu mendukung gagasan Anggota Komite Olimpiade Internasional (IOC), Erick Thohir untuk melakukan sinkronisasi pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) dengan multi event SEA Games, Asian Games, dan Olimpiade.
Alasan dia mendukung karena Indonesia telah memiliki Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) yang tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 86 Tahun 2020.
"Sinkronisasi pelaksanaan PON dengan multi event wajib dilakukan jika memang sasaran menuju prestasi dunia dan Olimpiade sesuai visi DBON meraih prestasi dunia dan Olimpiade," kata Boy Pohan.
Pada tahun 2024 nanti, Indonesia akan dihadapkan dengan penyelenggaraan PON 2024 Aceh-Sumatera Utara (Sumut) pada 8 -20 September. Pelaksanaannya hampir bersamaan dengan Olimpiade 2024 Paris yang akan digelar 26 Juli hingga 11 Agustus 2024.
"Terlalu riskan kalau tidak sinkron pelaksanaan multi event nasional dan internasional. Waktunya pun sangat mepet karena atlet yang disiapkan ke Olimpiade pasti punya keinginan tampil di PON membela daerahnya masing-masing. Di beberapa cabang olahraga terjadi atlet lebih mementingkan tampil di PON yang sudah pasti mereka juara dan mendapatkan bonus menggiurkan," jelasnya.
Boy Pohan juga memuji strategi Ketua NOC Indonesia, Raja Sapta Oktohari yang mendorong agar cabang olahraga mendapatkan dana bantuan corporate social responsibility (CSR) BUMN.
"Ini terobosan baru Okto dalam mengatasi kendala dana yang selama ini menjadi penghambat prestasi olahraga apalagi Erick Thohir akan mendorong agar ada dana CSR BUMN untuk olahraga jika ada payung hukumnya," kata Boy Pohan.
Hal lain yang patut mendapat perhatian, kata Boy Pohan, hasil keputusan Kongres Luar Biasa (KLB) NOC Indonesia yang memisahkan Badan Akreditasi Keolahragaan Indonesia (BAKI) menjadi lebih independen.
"Pemisahan ini menjadi bukti bahwa BAKI akan lebih independen dan pantas mendapat kepercayaan untuk menyelesaikan masalah sengketa olahraga," ujarnya.