Dave Laksono Nilai Prestasi Olahraga Indonesia Bisa Mendunia, Ini Syaratnya
- Kosgoro 1957
VIVA Sport – Dunia olahraga nasional belakangan menyedot perhatian publik. Capaian dan prestasi olahraga hari ini perlu ditingkatkan. Implementasi UU Nomor 11 Tahun 2022 Tentang Keolahragaan memerlukan dukungan banyak pihak.
Ketua Umum PPK Kosgoro 57 Dave Akbarshah Fikarno Laksono berpandangan, problem keolahragaan nasional membutuhkan sinergi dan kolaborasi banyak elemen.
“Perlu ikhtiar keras demi kebangkitan olahraga nasional. Masih banyak ruang untuk tingkatkan prestasi olahraga nasional,” kata Dave Laksono kepada wartawan, Jumat 24 Februari 2023.
Prestasi Indonesia di Olimpiade dan Paralimpiade sudah cukup baik. Terakhir di Olimpiade Tokyo 2020 Indonesia mendapat 1 emas dan di Paralimpiade Tokyo mendapatkan 2 Emas. Meski banyak kritik, Dave memandang positif hasil tersebut.
Di Asian Games, prestasi Indonesia meningkat signifikan saat menjadi tuan rumah. Yakni pada Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang. “Dengan potensi anak-anak bangsa kita, bukan mustahil kita bisa lebih baik,” papar Dave.
Dave berpendapat, harus dilakukan penyempurnaan subsistem keolahragaan nasional. Apa saja itu? lanjut Dave, mulai dari sisi pembinaan atlet yang berjenjang dan berkelanjutan di level daerah sampai pusat, kemudian kuantitas dan kualitas pelatih dan tenaga keolahragaan lainnya.
Lalu terkait pemanfaatan sarana dan prasarana olahraga serta standarisasinya, dan dukungan dunia usaha untuk pembinaan olahraga.
“Apa yang sudah ada dan bagus dilanjutkan, yang masih kurang disempurnakan,” ungkap Anggota DPR RI F-Golkar ini.
Perhatian Khusus untuk Sepakbola
Lebih lanjut, terkhusus soal sepakbola, berdasarkan survei, sepakbola menjadi kegemaran dari kurang lebih 70 % rakyat Indonesia walaupun cabang olahraga (cabor) ini belum pernah menghasilkan prestasi yang membanggakan, ada banyak hal yang perlu dibenahi dalam dunia persepakbolaan nasional.
Itulah sebabnya Presiden Joko Widodo memberikan arahan kepada kepengurusan PSSI yang baru untuk melakukan reformasi total terhadap sepakbola Indonesia, bahkan Presiden telah mengeluarkan Inpres No 3 tahun 2019 tentang ‘Percepatan Pembangunan Persepakbolaan Nasional’
“Dalam sejarah hanya Presiden Jokowi yang berani menerbitkan Inpres untuk satu cabang olahraga. Di sepakbola, bukan hanya urusan prestasi saja, tapi disitu ada juga perputaran ekonomi yang besar & multiplier effect yang sangat luas,” urai Dave.
Sebab, di sepakbola, banyak orang yang mendapat penghasilan pada setiap pertandingan, misalnya: pemain, pelatih, wasit, panitia, para pedagang kecil, tukang parkir dan lain-lain.
Di samping itu banyak rakyat akan terhibur dengan suguhan tontonan sepakbola yang menarik pada setiap pertandingan. Atas dasar itu, segudang PR itu harus dikerjakan maka tidak boleh hanya diurus sambil lalu, tetapi harus fokus dan serius untuk mengurus sepakbola.
“Mengurus sepakbola dengan baik berarti kita mengurus kegemaran dari sekitar 70 persen rakyat Indonesia. Ini kerja besar dan perlu support banyak pihak,” terang legislator dapil Jabar VIII ini.
Terlepas dari itu semua, Dave mengapresiasi pengabdian Menpora Zainudin Amali yang telah berkorban untuk memperbaiki dunia sepak bola Indonesia. Kini, Amali telah mundur secara informal dari Menpora untuk fokus di posisi Wakil Ketua Umum PSSI.
“Pak Amali Kader Golkar yang telah kita support untuk memajukan dunia persepak-bolaan Indonesia,” pungkas Dave.