Potensi Besar Timnas Basket Indonesia di Masa Depan
- FIBA Asia Cup
VIVA Sport – Timnas Basket Indonesia memang harus menyudahi perjalanannya lebih cepat di Piala Asia Basket 2022. Namun, Arki Dikania Wisnu cs memiliki potensi besar untuk berbicara banyak di masa depan.
Indonesia sejatinya berhasil membuka langkahnya dengan hasil positif di Piala Asia Basket 2022 dengan menundukkan Arab Saudi di laga perdananya di Grup A. Namun, setelahnya anak-anak asuh Milos Pejic itu menelan dua kekalahan beruntun dari Yordania dan Australia.
Imbasnya, mereka hanya berhasil finis di posisi ketiga klasemen Grup A dan harus menjalani playoff untuk lolos ke babak perempat final.
Sial, tim Merah Putih harus berhadapan dengan Timnas Basket China sebagai runner up Grup B. Hasilnya pun mengejutkan di mana Indonesia dibantai China 58-108.
Hasil itu membuat Vincent Kosasih cs harus mengubur mimpinya untuk lolos ke babak 8 besar sekaligus mentas di Piala Dunia Basket 2023.
Seperti diketahui, meski berstatus sebagai tuan rumah, Indonesia tetap wajib lolos kualifikasi atau setidaknya menjadi 8 besar Piala Asia Basket 2022 untuk tampil di putaran final Piala Dunia Basket 2023. Dan semua itu gagal diwujudkan.
Kendati demikian, point guard Timnas Basket Indonesia, Andakara Prastawa Dhyaksa, menilai tim ini memiliki masa depan cerah dengan munculnya sejumlah talenta seperti Derrick Michael Xzavierro, Yudha Saputera, dan Marques Bolden.
Maka itu, Prastawa meyakini raihan ini bukan akhir perjalanan timnas basket Indonesia. Menurut Prastawa yang sudah hampir satu dekade membela Merah-Putih, timnas saat ini paling siap dan potensial.
"Marques (Bolden) masih 24 tahun, Derrick (Michael) masih 19 tahun. Masih banyak pemain muda yang potensinya bisa lebih jauh dari ini. Jadi ini awal baru untuk timnas Indonesia. Ke depan masih ada SEA Games dan Asian Games, jadi kita masih akan bersiap untuk itu ke depannya," kata Prastawa dalam konferensi pers di Istora Senayan, Jakarta, Selasa 19 Juli 2022.
Prastawa mengatakan, semua hal bisa ditingkatkan untuk membuat timnas basket Indonesia bisa bersaing dengan negara-negara tangguh Asia. Namun dari sisi pemain, Prastawa menyoroti kesadaran individual untuk meningkatkan level kemampuan dasar agar bisa setara dengan pemain-pemain top Asia.
"Semuanya masih bisa diasah sampai level yang tidak ada ujungnya. Ke depan, kita harus akselerasi hal itu. Mungkin bukan saya nanti yang mencapai level yang kita ingin capai, ada (Ali) Bagir, Aldi (Izzatur Rahman) ada Yudha (Saputera). Pesan saya juga kepada pemain-pemain muda yang punya cita-cita menjadi pemain top dan bisa bersaing di Asia, jangan ingin menjadi seperti kami, tapi harus lebih dari kami," kata Prastawa menegaskan.
Hal senada disampaikan Marques Bolden. Ia melihat masa depan basket Indonesia akan cerah jika program timnas basket dilanjutkan secara konsisten.
"Saya sangat senang dengan perkembangan yang kami buat pada musim panas ini. Ini pertama kali mewakili Indonesia di Asia. Saya sangat bahagia dengan progres di sini, bukan hanya tim nasional, tapi bola basket Indonesia secara keseluruhan. Banyak talenta yang bisa membantu tim nasional ke depannya menjadi lebih baik," kata Marques.
Acara konferensi pers ini ditutup dengan penyerahan pin Piala Asia Basket 2022 kepada wartawan senior Lutfi Sukri. Dia merupakan media officer saat Indonesia menjadi tuan rumah Piala Asia Basket 1993, ketika itu bernama ABC Championship. Marques secara langsung menyematkan pin tersebut ke kemeja yang dikenakan Lutfi.
"Saat itu timnas basket kita pelatihnya Rastafari, ayahnya Prastawa. Sudah pasti ada yang berbeda dari penyelenggaraan dulu dan sekarang. Yang jelas penyelenggaraan sekarang bagus dengan peliput yang lebih banyak dibandingkan dahulu. Saya juga mengapresiasi timnas dan Perbasi. Sebab selama saya menjadi media officer di Perbasi, timnas basket kita belum pernah mendapatkan emas SEA Games, tapi tahun ini kita bisa mendapatkannya," kata Lutfi.
Konferensi pers ditutup dengan foto bersama para peliput FIBA Asia Cup 2022 dengan Marques dan Prastawa.