Usul NOC Indonesia pada Pemerintah Terkait Karantina Pelaku Olahraga

Presiden NOC Indonesia, Raja Sapta Oktohari (kanan)
Sumber :
  • Istimewa

VIVA – Komite Olimpiade Indonesia (NOC Indonesia) ikut berperan dalam menengahi polemik karantina bagi para pelaku olahraga yang datang ke Tanah Air. NOC Indonesia memberikan sejumlah masukan agar Indonesia bisa menjadi tuan rumah yang baik untuk berbagai event olahraga.

Kata Jorge Martin Usai Jajal Motor Aprilia, Lebih Enak dari Ducati?

Baru-baru ini, aturan Pemerintah Indonesia yang mewajibkan karantina bagi warga yang datang dari luar negeri, tak terkecuali atlet dan ofisial, memunculkan polemik bagi kegiatan olahraga yang akan digelar di Tanah Air. Beberapa di antaranya bahkan mengancam membatalkan agendanya di Indonesia jika pemerintah masih ngotot menerapkan aturan tersebut.

Protes keras dilayangkan oleh CEO Dorna, Carmelo Ezpeleta, selaku promotor MotoGP terkait aturan karantina tersebut. Dia tak ingin menggelar MotoGP di negara yang mewajibkan karantina panjang bagi penonton dan tim.

Fabio Quartararo Bongkar Rahasia Motornya Lebih Cepat dari Marc Marquez

Menengahi polemik tersebut, Komite Olimpiade Indonesia (NOC Indonesia) mengusulkan  kepada pemerintah agar dapat memberikan kebijakan terkait diskresi karantina terhadap pelaku olahraga yang datang dari luar negeri. Kebijakan tersebut dirasa perlu karena keterbatasan akses latihan selama karantina panjang akan memengaruhi stamina dan performa para atlet.

Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Raja Sapta Oktohari

Photo :
  • ANTARA/Arindra Meodia
Perlu Mental Baja, Marc Marquez Akui di Pabrikan Ducati Tekanan Lebih Besar

“NOC Indonesia melihat masa karantina sangat berdampak terhadap kebugaran atlet. Kami menerima masukan dari national federation yang sempat menjalani karantina, akses mereka terbatas dan tidak bisa berlatih optimal. Selain karena tidak boleh keluar kamar, belum tentu di hotel karantina memiliki fasilitas latihan,” ujar Ketua Komite Olimpiade Indonesia Raja Sapta Oktohari dalam keterangan pers NOC Indonesia yang diterima VIVA.

Lebih lanjut, Okto menegaskan jika para pelaku olahraga memerlukan karantina dengan sistem yang berbeda, seperti bubble atau gelembung. Sistem ini biasa digunakan di sektor olahraga, seperti rangkaian Indonesia Badminton Festival di Bali yang   juga dapat diadopsi di Indonesia.

Usulan ini juga telah disampaikan NOC Indonesia kepada Menpora Zainudin Amali secara resmi melalui surat bernomor 1.12.3/NOC-INA/PRE/2022 yang ditandatangani Okto pada 12 Januari tentang tindak biosecurity pencegahan penyebaran COVID-19 di Indonesia pada penyelenggaraan event olahraga Internasional di Indonesia serta keikutsertaan atlet-atlet Indonesia di setiap event olahraga Internasional. 

“Kami menyampaikan kepada Menpora untuk adanya diskresi. Mereka tetap karantina, tetapi mungkin dengan sistem bubble. Jadi atlet yang baru pulang dari pertandingan di luar negeri mereka bisa berlatih untuk menjaga kebugarannya karena tidak mungkin atlet tidak latihan berhari-hari,” ujar Okto.

Pemerintah sapkan Infrastruktur TIK lebih memadai di MotoGP Mandalia 2022

Photo :
  • Motogp

“Diskresi karantina juga dibutuhkan bagi pelaku olahraga yang akan terlibat di event internasional, baik atlet, pelatih, official. Baik secara persiapan, maupun ketika games times. Kondisi tersebut juga memerlukan diskresi. Alhamdullilah Menpora menyambut baik usulan kami.”

Tahun ini, Indonesia memiliki agenda olahraga yang padat dan menjadi tuan rumah beberapa single event. Mulai dari MotoGP, Piala Asia Basket 2022, Indonesia Open dan Indonesia Masters, Piala Davis, juga uji coba Timnas sepakbola.

Ada pula rencana Indonesia untuk menjadi tuan rumah multievent ASEAN Para Games 2022 serta ANOC World Beach Games 2023. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya