Skandal Olahraga, Dosa Besar Spanyol yang Mengguncang Paralimpiade
VIVA – Paralimpiade Tokyo 2020 baru saja berakhir. China keluar sebagai juara umum dengan perolehan 96 emas, 60 perak, dan 51 perunggu.
Di tempat kedua ada Inggris Raya dengan torehan 41 emas, 38 perak, dan 45 perunggu. Sementara kontingen Indonesia finis di posisi 43 dengan 2 emas, 3 perak, 4 perunggu.
Paralimpiade pertama kali digelar pada 1960 di Roma, Italia. Dan, Paralimpiade Tokyo 2020 merupakan edisi ke-16 yang pernah digelar.
Pada perjalananya, Paralimpiade tidak selalu dibumbui dengan kisah-kisah inspiratif dari para atlet-atlet difabel yang bertanding. Hampir setiap pelaksanaannya ada saja insiden, hingga skandal yang merusak marwah multievent empat tahunan tersebut.
Seperti yang terjadi pada Paralimpiade Sydney 2000. Sebuah kecurangan yang paling menggemparkarkan dilakukan oleh Tim Basket Spanyol. Kecurangan itu bahkan terekam hingga saat ini dalam skandal olahraga terbesar yang pernah ada.
Pada Paralimpiade Sydney 2000, Tim Basket Spanyol keluar sebagai juara dan berhak atas medali emas setelah mengalahkan Rusia di final dengan skor 87-63.
Namun, tak berselang lama dari perayaan keberhasilan itu, sebuah fakta mencengangkan terbongkar. Bau busuk dari skuad basket Spanyol kala itu terendus.
Seorang jurnalis bernama Carlos Ribagorda menyamar dan ikut dalam rombongan Tim Basket Spanyol saat pulang kampung.
Dalam penyamaran itu, Carlos menemukan bahwa dari 12 pemain, hanya dua yang benar-benar menderita Intellectual Disability atau disabilitas intelektual. Sementara 10 orang lainnya merupakan atlet normal.
Menurut laporan News 18, Carlos juga mengaku bahwa dirinya sempat diajak untuk membela Spanyol di Paralimpiade, meski dirinya tidak memiliki keterbatasan.
Dan, ternyata bukan hanya Tim Basket Spanyol yang telah melakukan kecurangan. Carlos mengungkap, Spanyol juga sudah berlaku curang pada cabang atletik, tenis meja, dan renang.
"Dari 200 atlet Spanyol di Sydney, setidaknya 15 tidak memiliki jenis cacat fisik atau mental-mereka bahkan tidak lulus pemeriksaan medis atau psikologis," kata Carlos, dikutip Capital.
Lebih lanjut, Carlos mengungkap bahwa pada salah satu pertandingan, pelatih Tim Basket Spanyol meminta para pemainnya untuk tidak bermain dengan baik. Hal itu dilakukan ketika mereka sudah memimpin jauh, agar kecurangan mereka tidak terendus.
Pada tahun 2013, mantan kepala Federasi olahraga Disabilitas Spanyol, Fernando Martin Vicente dinyatakan bersalah atas penipuan tersebut dan didenda sebesar 7300 USD (Rp105 juta)
Dia juga diperintahkan untuk mengembalikan sekitar 200 ribu USD (sekitar Rp 2,8 miliar) kepada pemerintah.
Mau tahu skandal yang menyeret para atlet dunia lainnya? Skandal Olahraga akan hadir setiap harinya. Simak terus di VIVA.co.id.