Banjir Bonus Atlet Olimpiade, Irjen Asadoma: Wajar dan Memotivasi

Irjen Pol Johni Asadoma
Sumber :
  • Istimewa

VIVA – Kontingen Indonesia pulang dari Olimpiade Tokyo 2020 dengan membawa lima medali. Rinciannya 1 medali emas, 1 perak, dan tiga perunggu.

Atlet Indonesia di Olimpiade Dapat Ribuan Es Krim

Medali emas datang dari cabang bulutangkis nomor ganda putri. Greysia Polii/Apriyani Rahayu berhasil mempersembahkannya usai mengalahkan wakil China, Chen Qing Chen/Yi Fan.

Medali perak diraih atlet angkat besi senior, Eko Yuli Irawan. Dia tampil di kelas 61 kg. Sementara tiga medali perunggu diraih Anthony Ginting (tunggal putra bulutangkis). 

Menuju Olimpiade LA 2028, PP Pordasi Geber Program Animal Welfare

Kemudian, kembali dari cabang angkat besi yakni Windy Cantika Aisah ( 49 kg putri) dan Rahmat Erwin Abdullah (73 kg putra).

Pose kemenangan Greysia Polii dan Apriyani Rahayu pada kompetisi badminton ganda putri Olimpiade Tokyo 2020

Photo :
  • vstory
Respons PP Pordasi soal Target NOC Indonesia Loloskan 100 Atlet ke Olimpiade 2028, Termasuk Berkuda

Setelah pulang 'berperang' di Olimpiade 2020, para atlet peraih medali disambut bak pahlawan. Mereka juga diganjar bonus yang berlimpah.

Dari pemerintah, Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) menyiapkan Rp5 miliar untuk peraih medali emas, Rp2 miliar (medali perak), dan Rp1 miliar (medali perunggu).

Bukan cuma dari pemerintah, para atlet yang berprestasi itu juga kebanjiran bonus dari sejumlah pihak. mulai dari pemerintah provinsi, tokoh publik, hingga para pengusaha top negeri ini.

Lihat saja daftar bonus yang akan didapat Greysia/Apriyani. Dari uang ratusan juta, apartemen, rumah, sebidang tanah, sampai makan dan minuman gratis seumur hidup.

Melihat fenomena itu, mantan petinju Indonesia di Olimpiade 1984 Los Angeles, Irjen Pol Johni Asadoma angkat bicara. 

Menurut pria yang kini menjabat Kepala Divisi Hubungan Internasional (Kadiv Hubinter) Polri itu, pemberian bonus untuk atlet berprestasi di Olimpiade sangat wajar dan memang harus dilakukan.

Johni Asadoma, menyampaikan apresiasi tinggi kepada para atlet yang berlomba. Dia menilai atlet berprestasi sudah selayaknya mendapat hadiah yang besar.

"Bonus itu sesuatu yang wajar diberikan kepada atlet kita yang berprestasi," kata Asadoma kepada wartawan, Sabtu 7 Agustus 2021.

Mantan Ketua Persatuan Tinju Nasional (Pertina) itu menjelaskan, ada  tiga alasan atlet berprestasi harus diberi bonus besar.

Pertama sebagai penghargaan atas jerih payahnya. Sebab, mendapat medali di olimpiade butuh kerja keras, tekad, komitmen dan kecerdasan intelektual. 

Kedua, bonus besar bisa menjadi motivasi bagi para atlet nasional lainnya. Mereka akan sadar bahwa keberhasilan di sebuah ajang bergengsi akan dihargai oleh pemerintah maupun swasta. Sehingga mereka akan berlomba-lomba menjadi juara.

"Kalau tidak dihargai malas lah atlet ini, orang tua tidak mendukung di olahraga. Orang tua lebih mendukung anaknya berkarir di seni, sinetron dan lain-lain, Ini kan bahaya. Tapi dengan penghargaan luar biasa, kemudian responnya luar biasa dari masyarakat ini betul-betul akan memotivasi," kata Asadoma.

Atlet angkat besi Indonesia, Eko Yuli Irawan

Photo :
  • NOC Indonesia

"Filipina saja Rp11 M untuk 1 medali emas. Jangan pikir besarnya. Tapi kalau tidak ada Indonesia Raya berkumandang, Merah Putuh berkibar di sana (Olimpiade) malu kita, bangsa keempat terbesar penduduknya di dunia. Sekarang sudah juara kita berikan mereka bonus sebesar-besarnya, sebanyak-banyaknya," imbuhnya.

Alasan ketiga yakni, bonus besar bisa menjamin masa depan atlet. Sebagai mantan atlet, Asadoma paham sekali jika pada masa lalu berkarir di olahraga tidak memberikan jaminan kesejahteraan hidup.

Kondisi itu pula yang membuat Asadoma berhenti menjadi atlet tinju dan banting setir menjadi anggota Polri. Tak sedikit atlet nasional yang hidup miskin di hari tuanya. Kondisi ini tidak boleh dibiarkan agar tidak memperburuk dunia olahraga tanah air.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya