Leni Haini, Bantahan Jual Medali Emas dan Aktivis Bank Sampah
- VIVA/Syarifuddin Nasution
VIVA – Leni Haini sehari-hari merupakan warga Legok, Kota Jambi. Namun, siapa sangka dulunya dia merupakan atlet dayung yang berprestasi di kancah nasional dan internasional.
Belum lama ini, namanya kembali mencuat. Bukan karena prestasi dan statusnya sebagai atlet dayung legendaris, melainkan karena dia dikabarkan menjual medali emasnya untuk kebutuhan pengobatan anaknya yang sakit.
Sadar dirinya menjadi objek pemberitaan yang tak benar, baru-baru ini, dia membantah berita yang viral di media konvensional maupun media sosial. Dia menampik telah menjual medali emas miliknya.
VIVA pun melakukan penelusuran dengan menemuinya di kediamannya. Saat VIVA datang ke rumah Leni Haini, tampak di dinding rumahnya banyak tersusun rapi piagam penghargaan dan medali emas disimpan yang merupakan hasil perolehan kejuaraan dayung nasional dan internasional.
Seperti di kejuaraan dayung internasional, ia sudah banyak memecahkan rekor di tiap negara. Mulai dari kejuaraan di Australia, Hongkong, Bangkok dan lainnya dengan perolehan medali emas. Begitu juga kejuaraan tingkat SEA Games di mana dia ikut mengharumkan nama Indonesia dengan perolehan medali emas.
"Total medali yang saya dapatkan dalam kejuaraan internasional, tingkat Asia dan nasional mencapai 50. Di antaranya medali emas mencapai 30 dan selebihnya perak. Sedangkan perunggu tidak ada satu pun saya dapatkan," ujar Leni saat ditemui VIVA, Sabtu, 27 Februari 2021.
Lebih lanjut, Leni Haini bercerita terkait pemberitaan yang viral di media sosial. Dia sangat terpukul dengan berita tersebut dan dengan tegas mengatakan bahwa berita itu hoax. Leni tak sampai menjual medali emasnya demi biaya pengobatan sang anak.
"Kalau yang viral tersebut hoax, apalagi yang buat ke IG dan memberitakan, tidak pernah ketemu dengan saya sehingga saya sangat terpukul sekali sampai dikatakan saya menjual medali emas," jelas Leni.
Leni menyebutkan, semenjak pensiun sebagai atelt dayung, dia hanya melakukan kegiatan mendidik anak-anak agar tidak putus sekolah. Mulai dari paket A, B, dan C serta membuka PAUD juga beraktivitas dalam bidang  bank sampah.
"Kalau pihak-pihak yang memviralkan saya menjual medali emas saya katakan sekali lagi itu tidak benar dan kalaulah datang ke rumah saya tidaklah seperti yang diviralkan," tegasnya.
Leni mengatakan, mengingat sejarahnya sebagai atlet sangat banyak, cita-citanya dalam meneruskan bakatnya ke generasi muda terpaksa putus di tengah jalan. Pasalnya, dia dikeluarkan sebagai asisten pelatih di Pusat Pelatihan Pelajaran Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Jambi.
"Saya sekarang tidak melatih di POPSI Jambi karena saya dikeluarkan dan saya pun tidak tau alasannya," kata Leni.
Leni mengaku sempat drop setelah dikeluarkan dari pekerjaannya di Dispora Jambi. Sehingga ia memutuskan untuk mengajar anak-anak sekolah serta aktivitas dalam pengelolaan sampah di sekitar rumahnya di wilayah legok Danau Sipin.
"Sangat miris saat itu, apalagi saya sebagai Atlet yang sudah mengharumkan Indonesia, tidak tahunya saya dikeluarkan dan saya disuruh ikut ujian karena saya disitu disuruh harus S1, Sedangkan ijazah saya paket C dan saya pun dikeluarkan," katanya.Â
Cerita Leni ditutup dengan kisahnya yang berprestasi selama menjadi atlet dayung sejak 1991 hingga 2000. Tapi, saat pensiun, kegiatan sehari-hari hanya mengajar namun saat pandemi hanya bisa mengelola sampah.Â
"Kalau aktifitas sehari-hari saat ini mengelola Bank Sampah," ucap Leni.