Indonesia Masih Punya Peluang Jadi Tuan Rumah Olimpiade 2032
- ANTARA FOTO
VIVA – Asa Indonesia untuk jadi tuan rumah Olimpiade 2032 sempat pupus. Sebab, Komite Olimpiade Internasional (IOC) mengumumkan telah memberi jalur khusus kepada ibu kota negara bagian Queensland di Australia, Brisbane.
Keputusan tersebut diambil oleh Komisi Penentu Tuan Rumah Olimpiade Musim Panas yang telah diberi tugas untuk melakukan tinjauan. Dewan Eksekutif IOC juga turut memberi dukungannya.
Kabar tersebut sontak membuat Komite Olimpiade Indonesia terkejut. Karena selama ini mereka berjuang keras berupaya Indonesia menjadi tuan rumah Olimpiade 2032.
Tapi kemudian mereka sedikit lega. Karena Ketua Komite Olimpiade Indonesia, Raja Sapta Oktohari mendapatkan kabar gembira dari Komisi Tuan Rumah Olimpiade Masa Depan. Dalam surat yang dikirimkan, disebutkan peluang Indonesia masih terbuka.
“Kami menerima surat dari Komisi Tuan Rumah Olimpiade Masa Depan pada hari Rabu dan dalam surat itu, Ketua Komisi Kristin Kloster Aasen menyebutkan poin-poin peluang dan juga tantangan dari pemaparan yang telah NOC Indonesia lakukan pada 3 Februari lalu," kata Oktohari, dikutip dari siaran pers yang diterima VIVA.
"Kami bersyukur karena Indonesia sudah memasuki tahapan continuous dialogue, atau dialog berkelanjutan, dengan komisi. Kami akan mempersiapkan semua hal terkait untuk meneruskan proses pencalonan Indonesia sebagai tuan rumah Olimpiade 2032,” imbuhnya.
Aasen menekankan kekuatan dari proposal yang telah diajukan Indonesia untuk jadi tuan rumah Olimpiade 2032. Yaitu ingin menyeleraskan Olimpiade dengan tujuan mengubah Jakarta sebagai salah satu kota yang paling layak huni dan berkelanjutan di dunia.
Lalu ada pula upaya untuk mempromosikan keberagaman dan inklusi di antara 1.300 kelompok etnis, ditambah dukungan kuat dari pemerintah pusat dan pemerinta provinsi DKI Jakarta.
Bagi Oktohari, dengan munculnya Australia sebagai pesaing Indonesia, keinginan menjadi tuan rumah semakin menggebu. Dia mengibaratkan ini seperti dalam lomba adu balap mobil.
“Ini seperti lomba NASCAR 500 putaran dan lomba memasuki putaran kelima. Australia yang ada di tahap dialog terarah di posisi pertama, sementara Indonesia dengan tahap dialog berkelanjutan ada di belakangnya. Apapun bisa terjadi. Jika Australia gagal di tahap dialog terarah, mereka harus masuk pit lane, yang artinya kembali ke awal proses,” katanya.