Skandal Olahraga, Drama Panas Beladiri Bersatu Vs Chintya Candranaya

Chintya Candranaya
Sumber :
  • instagram.com/chintyacandranaya

VIVA – Kisruh sempat terjadi di dunia olahraga Indonesia pada 2020 kemarin. Khususnya di cabang olahraga beladiri yang menyeret pesilat wanita asal Lampung, Chintya Candranaya dengan sejumlah atlet dan praktisi beladiri yang menamakan diri mereka Beladiri Bersatu.

Kisah Atlet Muda Indonesia ke Panggung MMA Dunia: Darah Muda Mental Baja Diasah Pertacami


Usut punya usut, kasus ini mulai menjadi perhatian publik pada Agustus tahun lalu. Bermula ketika Chintya dianggap oleh petarung papan atas Indonesia seperti Theodorus Ginting, Suwardi, Rudy Agustian, hingga Mustadi Anetta, telah meremehkan MMA.

Chintya awalnya menyebut MMA tak ampuh dalam beladiri jalanan. Kemudian, pernyataan itu disanggah oleh Suwardi. 

Mengerikan, Duel Jon Jones vs Stipe Miocic Bakal Panaskan UFC 309

Pria berjuluk Becak Lawu itu menyebut analisis Chintya tak berdasar karena apa yang terjadi di jalanan bukan bergantung pada penguasaan ilmu beladiri, melainkan situasi yang berkembang.

Photo :
  • Instagram/@stevewardi
Momen Keganasan Ilia Topuria Hancurkan Max Holloway Dengan Pukulan Keras di UFC 308

Pakar-pakar MMA hingga beladiri lainnya mulai bicara. Mereka menyerbu Chintya sampai akhirnya muncul gerakan Beladiri Bersatu.

Mereka juga menganggap Chintya meresahkan dengan video-video yang dia unggah di media sosial. Sebab, belakangan banyak anak-anak yang menirunya. Sampai-sampai, ada yang patah kaki karena meniru aksi Chintya.

Ya, Chintya saat itu memang sangat aktif mengunggah aksinya yang terkesan sakti. Dia melakukan atraksi menghancurkan durian, menendang tabung gas dan pipa besi, push up satu jari hingga menghancurkan pilar tembok.

Photo :
  • instagram.com/chintyacandranaya

Kasus terus berjalan bahkan semakin kusut. Perdamaian antara Beladiri Bersatu dengan Chintya hingga detik ini pun belum terjadi. 

Nah, dalam kasus ini, Beladiri Bersatu dan Chintya punya pernyataan yang berbeda. Beladiri bersatu punya versi sendiri, begitu juga dengan Chintya. Untuk lebih lengkapnya, berikut rangkumannya.

Versi Beladiri Bersatu Sambangi Markas Chintya

Tim Beladiri Bersatu sempat mendatangi Chintya langsung ke markasnya di Lampung pada Agustus 2020. Mereka ingin pembuktian dari pihak Chintya terkait berbagai klaim kesaktiannya, yang bisa memecahkan benda-benda keras macam durian dengan pukulan tangan kosong, sampai push up dengan satu jari.

Tak ada jawaban dari permintaan para petarung MMA tersebut. Bahkan, beberapa akun dan anggota gerakan itu diblokir oleh pihak Chintya.

Photo :
  • Instagram Chintya

"Intinya sih kami mau silaturahmi, klarifikasi atas pernyataan-pernyataannya. Kami mau pembuktian atas klaim yang sudah bikin resah dunia beladiri nasional. Apalagi, kontennya telah meresahkan, karena bisa ditiru anak-anak dan berujung cedera. Sudah ada korbannya, kami tak mau berkepanjangan," ujar Suwardi kepada VIVA.

Selama berada di Lampung sejak kurang lebih sepekan, Beladiri Bersatu sama sekali tak melihat Chintya maupun Agus Setiawan Jaya (guru Chintya) menampakkan batang hidungnya. Mereka tak datang, bahkan saat ditunggu di markasnya.

"Dari keduanya, tak ada yang datang. Kami cuma ditemui perwakilan mereka, kuasa hukumnya. Heran juga, kok malah didatangi kuasa hukum. Salah kami apa? Kan cuma mau pembuktian. Kami datangi ke markasnya tak ada juga. Muncul muridnya, lalu mereka mau pembuktian dengan benda-benda kayak gagang sapu berbahan seng, bukan seperti itu maksudnya," kata Suwardi.

Gerakan Beladiri menegaskan tak takan berhenti. Meski gagal menemui kedua pesilat yang mengaku sakti tersebut, Suwardi dan kawan-kawan tetap akan menggelorakan gerakannya demi mengedukasi masyarakat yang awam tentang beladiri.

"Sekarang, kami sudah ke sana, silaturahmi, datang baik-baik, tapi tak diterima. Publik saja yang menilai. Soal apakah berhenti atau tidak, tentunya kami berjuang agar tak ada lagi pembodohan publik," jelas Suwardi.

Versi Chintya Candranaya Tak Temui Beladiri Bersatu

Menanggapi hal tersebut, Chintya melalui manajernya, Anjar Weni menjelaskan kronologi versi mereka. Anjar menegaskan, Chintya sama sekali tidak kabur saat didatangi oleh Beladiri Bersatu.

Dijelaskan Anjar, pihaknya merasa ada yang aneh sebelum kedatangan Beladiri Bersatu. Mereka didatangi tiga orang yang mengaku sebagai polisi, namun berpakaian sipil pada malam hari sekitar pukul 21.30 WIB.

Mereka bertanya-tanya dan kebinguan, tanpa angin tiada hujan, ketiga orang tersebut mengatakan Chintya diundang oleh Kapolres. Dari sinilah, mereka memutuskan untuk membawa seorang pengacara. 

"Kami pikir, karena diundang polisi jadi ada unsur-unsur hukumnya, Makanya kami memutuskan untuk datang dengan pengacara, kata Anjar kepada VIVA.

Sampai di lokasi, pengacara yang diutus Anjar terkejut karena di tempat tersebut sudah ramai orang-orang yang mengatas namakan Gerakan Beladiri Bersatu.

"Dan teman-teman di Jakarta sudah bawa durian, sudah bawa besi yang memaksa Chintya untuk membuktikan kepada mereka dalam satu waktu. Mereka bilang kalau tidak dibuktikan di depan mata mereka, teman-teman di Jakarta mengklaim Chintya itu adalah palsu," kata Anjar.

Anjar melanjutkan, karena tak ingin Gerakan Beladiri Bersatu bersatu kecewa sudah jauh-jauh dari Jakarta tak bertemu Chintya, dia meminta pertemuan digelar di suatu tempat secara khusus keesokan harinya dengan lima orang dari Gerakan Beladiri Bersatu, dan lima orang dari pihak Chintya.

Keesokan harinya, Anjar kaget lantaran Gerakan Beladiri Bersatu datang lebih dari jumlah yang ditentukan. Padahal, mereka benar-benar datang hanya dengan jumlah personil lima orang, termasuk Chintya.

"Jadi pas sudah di sana saya dan salah satu tim saya turun menemui mereka. Chintya ada di sana, tapi saya suruh dia tetap di mobil. Kami datang dengan peralatan untuk pembuktian dan mereka bisa cek keasliannya,” ujarnya.

“Saya temui, saat itu saya masih berikir positif. Tapi tidak ada jalan keluarnya, mereka menuntut sesuatu dari Chintya tapi mereka menjawab sendiri, menyimpulkan sendiri," ucapnya.

Beladiri Bersatu Klaim Video Kesaktian Chintya Editan

Sejumlah pihak 'membongkar' secara langsung aksi-aksi Chinya. Salah satunya adalah Mustadi Anetta.

Dia melakukan investigasi tentang kebenaran soal Chintya yang menghancurkan benda-benda keras. Bahkan, Mustadi sempat mengunjungi tempat Chintya menghancurkan pilar tembok yang sempat viral. Chintya dalam video itu memamerkan ilmu menghancurkan pilar tembok bangunan yang tebal. 

Photo :
  • Youtube/Curhatbangdennysumargo

Mustadi menyebut pilar tembok itu bukan dihancurkan oleh tangan melainkan benda keras, salah satunya martil. Dan selebihnya video pukulan dan hancurnya pilar tembok diolah melalui proses editing.

Mustadi berani memastikan jika itu bukan perbuatan tangan manusia. "Jadi bisa saya pastikan itu bukan dihancurkan tangan atau kaki," kata Mustadi dalam akun youtube sportone.

Editor Indonesia pun Nilai Editan

Bukan cuma Beladiri Bersatu yang menganalisa video-video kesaktian Chinta d media sosial adalah hasil editan atau rekayasa.

Salah satu kreator konten top di Indonesia, Chandra Liow bersama timnya juga memberikan rekasinya terhadap video-video itu. Lalu hasilnya apa? Chandra dan timnya (editor Indonesia) memastikan bahwa video Chintya adalah editan.

Photo :
  • VIVA/Zahrotustianah

Chandra Liow membongkar borok Chintya saat menghancurkan pilar tembok. "Setelah kami menelaah, bisa dibilang bahwa video ini adalah rekayasa dari editing. Kenapa baru sekarang kami reaksi? Karena kami tidak mau mengejar momentum," kata Chandra dalam akun youtube-nya.

Dia menjelaskan alasannya. Dalam video Chintya menghancurkan pilar tembok, terlihat betul bahwa ada dua footage dalam satu video. 

"Kenapa bisa dibilang editing, garis di bawah tanganya itu tiba-tiba menjadi duaItu berarti ada footage lain yang ditempel disitu," ucapnya.

"Teknik editing ini bisa dipakai banget karena kameranya still. Jadi, fotage pertama dia nonjok tembok, kemudian dia hilang dan seperti yang telah di-breakdown sebelumnya dia pakai martil untuk menghancurkan tembok itu," sambungnya.

Versi Chintya Candranaya soal Video Editan

Chintya melalui Anjar Weni kukuh pada pendiriannya. Dia menyatakan berulang kali bahwa aksinya dalam video-video di media sosialnya adalah asli kesaktiannya dan tanpa rekayasa. Semua yang dilakukan Chintya dalam konten-kontennya 100 persen asli.

"Yang dimaksud editan itu seperti apa? Karena yang saya pahami video yang sudah diposting di youtube itu diedit terlebih dahulu," kata Anjar kepada VIVA.

"Konten-konten Chintya itu yang diposting hanya yang berhasilnya, meskipun banyak yang gagalnya juga. Cuma yang bisa saya utarakan adalah gerakan beladirinya semuanya asli," sambungnya.

Terkait pernyataanya dia media sosial yang sempat viral terkait Chintya pernah lawan 40 orang sendirian, Anjar juga memberikan penjelasan. Dikatakannya, dia tidak pernah berujar demikian. Cuma saat itu akun media sosial miliknya dan Chintya ada yang memanage.

"Itu kan udah lama banget, jadi saya lupa. Nah jadi apa komentar saya di media sosial yang mengenai Chintya diangkat kembali oleh beberapa pihak," ucapnya.

Sementara Chintya mengatakan orang-orang yang telah menuduhnya melakukan pembohongan tidak memiliki bukti yang jelas. 

"Menurut saya, jika video saya itu adalah editan, tolong tunjukkan bagaimana yang bukan editan itu. Harusnya, pembuktian itu dimulai dari oknum yang menyimpulkan itu adalah editan," kata Chintya.

"Oknum tersebut juga harus bisa membuktikan yang bukan editan secara jelas dan nyata agar tidak terjadi penyimpangan dan fitnah seperti yang tersebar sekarang ini," sambungnya

Chintya juga menyayangkan banyaknya video-video yang seolah-olah membongkar kebohongan dalam aksinya. Menurut Chintya, harusnya orang-orang tersebut memberikan pembuktian dengan aksi serupa jika apa yang dilakukannya editan.

"Menggunakan alasan pembodohan publik dan menyudutkan saya. Sebenarnya menurut saya jika itu adalah editan dan pembodohan publik, seyogyanya tunjukkan dengan tindakan," ucapnya.

"Jadi bisa menjadi nilai rujukan yang jelas, bukan mengubah-ubah video yang sudah ada jadi dibuat seolah editan yang justru memperuncing ke pembohongan publik," tegasnya.

Kasus Berlanjut ke Perdamaian, Tapi...

Kasus Chintya berlanjut hingga Oktober 2020. Sempat terjadi titik terang, Chintya mengajukan draft perjanjian damai pada Beladiri Bersatu.

Isinya, Chintya yang mengklaim berasal dari perguruan silat Harimau Utara itu menyanggupi tantangan sparing dari Suwardi cs. 

Namun, dalam draft pernjanjian damai ini juga terjadi dua versi. Tak ditemukan kata sepakat hingga akhirnya skandal kembali berlarut-larut.

Perjanjian Damai Versi Chintya Candranaya

Chintya, dalam draft yang ia kirimkan menyatakan bakal berhadapan dengan Nirmalasari Oktaviani. Pesilat yang akrab disapa Nirmala Oki itu pernah memenangkan Kejuaraan Dunia Pencak Silat Ke-17 pada 2016 di Bali.

Kemudian rekan seperguruan Chintya yaitu Budi dan Ridho juga ambil bagian dalam sparing tersebut. Mereka dijadwalkan berhadapan dengan Rudy Agustian dan mantan atlet sekaligus wasit MMA, Mustadi Anetta.

Sparring yang dimaksud Chintya berbeda dengan yang diinginkan Beladiri Bersatu. Chintya mengajak untuk melakukan apa yang selama ini ia pamerkan seperti membengkokkan pipa besi, dan menandang pilar tembok. 

Pun, Chintya sendiri yang menentukan lawan. Dalam draft itu, Chintya juga mengajukan beberapa persyaratan.

"Untuk Budi dan Rudy tiga menit nonstop, untuk Mustadi versus Ridho tiga menit nonstop, untuk saya dan Nirmala Oki lima menit nonstop," Beber Chintya dalam Youtube-nya.

"Kemudian menendang tabung gas 12 kg lima ronde dan setiap ronde lima tendangan. Sparing dinyatakan selesai apabila ada pihak yang menyerah atau tidak bisa melanjutkan," sambungnya.

Chintya memaparkan, jika Mustadi, Rudy, dan Nirmala tidak bersedia menjalani urutan tersebut sampai tuntas, maka kesepakatan tidak terjadi dan ia tidak menerima ajakan sparing seperti yang diinginkan Beladiri Bersatu yakni duel satu lawan satu.

"Kami ingin mengedukasi masyarakat luas bahwa bagi siapapun tidak boleh mendeskreditkan, melecehkan cara latihan dari beladiri manapun yang berbeda. Dan dengan ini agar dapat menghargai satu sama lain," ucap Chintya.

"Jika kesepakatan ini tidak disetujui, kami tetap menerima silaturahmi secara baik-baik agar masalah ini selesai dan kita semua dapat berdamai dan menjadi sahabat," ujarnya menambahkan.

Chintya juga meminta Beladiri Bersatu untuk menanggapi draft tersebut dan sudah tiba di Lampung pada Selasa kemarin, 13 Oktober 2020. 

"Jika memanjang hingga lama dan tidak dapat bertemu pada waktu yang ditentukan maka kami anggap tidak ada itikad baik untuk berdamai. 

Chintya kemudian menjelaskan balasan draft yang mereka ajukan dari Beladiri Bersatu. Dia mengatakan, perjanjian yang diajukan Beladiri Bersatu tidak melibatkan pihaknya dan dibuat tidak menimbang pengajuan perjanjian yang mereka tawarkan.

Beladiri Bersatu Merespons Draft Perjanjian

Dalam balasan itu isinya berbeda. Beladiri Bersatu telah menyusun nama-nama yang akan berduel. Di antaranya Chintya menghadapi Linda Darrow, Mustadi menghadapi Agus Setiawan Jaya (guru Chintya), Suwardi vs Ridho, Rudy vs Budi, dan Tibenk Aditya vs Anjar Weni.

Selain itu, Beladiri Bersatu juga meminta jika tim Chintya kalah, harus mengakui semua video yang dianggap real adalah editan dan rekayasa.

Kemudian, setelah sparing, Beladiri Bersatu akan mencoba mengikuti kemampuan tim Chintya untuk menendang pilar dan pipa besi.

Beladiri Bersatu juga berjanji jika sudah berdamai, semua konten yang menjadi viral ataupun konflik dengan tim Chintya akan dihapus.

Namun, menurut Beladiri Bersatu Chintya tidak menerima tawaran itu. Ia memutuskan untuk menarik kembali perjanjian yang ia ajukan dalam draft itu dan menganggap semua masalah telah selesai.

"Apa yang kami sampaikan bertujuan agar masyarakat dapat mengetahui dan menilai bahwa kami berusaha memberikan informasi yang valid dan berimbang. Kami harapkan kebijakan masyarakat dapat melihat semua dengan berimbang," ucapnya.

Akun instagram grapplerrece mengungkap keanehan draft yang diberikan Chintya.  Dia meminta Beladiri Bersatu untuk menanggapi draf tersebut pada 13 Oktober 2020. Sedangkan Chintya mengirimkan draft tersebut kepada mediator pada 12 Oktober 2020.

Sementara Beladiri Bersatu menyebut Chintya menentukan cara penyelesaian secara sepihak. Padahal, dalam hal ini Chintya dan Harimau Utara yang memiliki masalah.

"Bisa disimpulkan sendiri ya. Yang punya masalah dengan sebagian besar beladiri itu siapa? Tapi mereka yang menentukan untuk kami yang menyelesaikan sesuai dengan kemauan yang bermasalah," pernyataan Beladiri Bersatu.

Mau tahu skandal yang menyeret para atlet dunia lainnya? Skandal Olahraga akan hadir setiap harinya. Simak terus di VIVA.co.id

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya