Awas Jangan Judi, Peserta Balap Lari Liar Mending Jadi Atlet
- ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya.
VIVA – Balap lari liar kini menjadi tren baru masyarakat Indonesia, bahkan mengalahkan balap motor liar. Fenomena ini sudah menjamur di beberapa daerah di Indonesia seperti Tangerang, Depok bahkan di luar Jawa.
Namun, tren ini menimbulkan konsekuensi ditangkap pihak kepolisian, karena melakukan balap lari di jalanan umum dan menganggu lalu lintas. Selain itu dalam sejumlah balapan lari diduga ada praktik judi di dalamnya.
Meski demikian, banyak warga net yang mendukung aksi ini. Kegiatan tersebut dinilai sebagai hal yang positif daripada balap motor liar.
Dari kaca mata olahraga, balap lari liar ini akan menjadi positif jika dikemas dengan cara yang terorganisir. Artinya, balap lari digelar dalam bentuk perlombaan.
Baca Juga: Aneh, Guru Chintya yang Ngaku Lawan 200 Orang Gagal Terus Tebas Wortel
Sekjen Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI), Tigor Tanjung mengatakan, bukan tidak mungkin akan banyak bermunculan talenta-talenta muda pelari Indonesia dari kegiatan ini.
"Mungkin kalau mau lihat peluang itu disalurkan ke lomba sesungguhnya. Bisa jadi potensi kalau diarahakan. Kalau mau berlomba, kalau motifnya ingin prestasi bisa digantikan event dengan berhadiah uang. Sehingga tidak ada unsur pertaruhan, dan lomba dilakukan di lintasan yang benar, bukan di jalanan umum," kata Tigor kepada VIVA, Sabtu 12 September 2020.
Tigor menjelaskan, khusus di Jakarta, Pengrov PASI sudah bekerja sama dengan Universitas Negeri Jakarta (UNJ) untuk mencari bibit atlet setiap tahunnya.
Oleh karena itu, sebaiknya kata Tigor, para peserta lari balap liar bisa menyalurkan bakat mereka melalui perlombaan yang resmi.
“Saya tidak tahu ini yang terjadi seperti apa, apakah cuma iseng atau untuk hiburan saja. Tapi, kalau di Jakarta, Pengprov PASI dan UNJ melakukan lomba setiap tahun, mungkin mereka belum mendengar informasi itu," ucapnya.
Baca Juga: Gempar Balap Lari Liar di Indonesia, Begini Respons PASI
Lebih lanjut, Tigor mengatakan, PASI telah menggalakkan program olahraga lari di masyarakat, terutama usia muda dengan membuat lomba sprint 60 meter di setiap provinsi.
Perlombaan tersebut dengan sistem final round. Dimulai dari tingkat kota dan kabupaten, lalu para pemenang akan diadu di tingkat provinsi.
“Karena memang sebenarnya sprint jadi modal dari semua nomor (atletik). Pelari marathon pun menjelang finish akan sprint. Ini perlu buat anak-anak remaja,” jelasnya.