Jelang Olimpiade 2032, Menpora Bahas Pentingnya Grand Design Olahraga
- Kemenpora
VIVA – Menteri Pemuda dan Olahraga, Zainudin Amali, merasa pembinaan olahraga di Indonesia membutuhkan grand design demi mempersiapkan prestasi yang lebih tinggi. Apalagi, Indonesia sedang mempersiapkan diri menjadi tuan rumah Olimpiade dan Paralimpiade 2032.
Hal itu diungkapkan oleh Zainudin ketika membuka webinar bertajuk Akselerasi Penyiapan Atlet Usia Dini Road to Olympic dan Paralympic Games 2032, Selasa 11 Agustus 2020. Politikus partai Golkar itu menyampaikan aspirasinya di depan peserta webinar lainnya termasuk Presiden NOC Indonesia, Raja Sapta Oktohari; Ketua NPC, Senny Marbun; Sekjen KONI, Tubagus Ade Lukman.
Dia merasa dengan adanya pondasi yang kuat, maka prestasi atlet Tanah Air di kancah internasional bisa lebih meningkat. Dan untuk grand design difokuskan pada lima cabor unggulan potensi olimpik, yaitu bulutangkis, angkat besi, panahan, tinju, dan panjat tebing.
"Saya bangga kami punya pandangan yang sama terhadap pembinaaan olahraga kita. Ternyata semua merasakan bahwa pembinaan olahraga menuju satu prestasi belum didasarkan by design," kata Zainudin.
"Prestasi yang ada selama ini seringkali didasari karena 'kebetulan'. Kita menemukan atlet berbakat, lalu dipoles, dan akhirnya berprestasi," lanjutnya.
Lebih lanjut, Zainudin berharap ke depannya kondisi ini bisa segera diperbaiki. Maka itu, Kemenpora coba menetapkan program prioritas 2020-2023 yang menitikberatkan pada permasalahan dan pemasyarakatan olahraga serta pembinaan usia dini dan peningkatan prestasi atlet yang terencana dan berkesinambungan.
Dimulai dari calon dan atlet usia dini pada tingkat SD/SMP/SMA, kemudian dilanjutkan hingga Perguruan Tinggi.
"Kebugaran itu penting, ternyata kita masih setengah dari negara-negara lain, prestasi tidak akan maksimal bila dasar lemah dari kebugaran dan gizi yang tidak sesuai dengan standar. Guna menuju prestasi pada Olimpiade dan Paralimpiade 2032, mau tidak mau harus ada pembinaan sejak usia dini secara terstruktur, sistematis, dan masif," tutur dia.
"Inilah pentingnya Grand Design Keolahragaan yang sedang dipersiapkan. Dan yang penting lagi harus masuk sport science, kenyataannya ada negara-negara lain yang 10-20 tahun lalu dibelakang kita saat ini bisa menyamai bahkan ada yang di depan, itu karena mereka menerapkan sport science. Dengan hal itu pula terukur target yang masuk akal pada Olimpiade Tokyo 2020/2021, Paris 2024, Los Angeles 2028, dan Insya Allah Indonesia 2032," ucap Zainudin.
Ditambahkan oleh Okto, pembinaan atlet usia muda berarti sangat penting dan harus fokus. Sebab, prestasi yang diberikan bisa mengangkat nama bangsa di mata dunia.
Namun, semua itu butuh keberanian dan dedikasi dari pemerintah dan federasi karena pembinaan jelas membutuhkan anggaran yang tak sedikit.
"(Untuk membimbing atlet muda) yang paling utama adalah anggaran, sarana dan prasarana, serta hal lain termasuk sport science," ujar Okto.
"Kami sangat setuju dengan grand design sehingga setiap Olimpiade tidak by accident. Jadi ketika sudah siap, langsung bisa didistribusikan ke negara," lanjutnya.
Baca juga: Penyesalan Terdalam Rossi Gagal Naik Podium ke-200 di Brno