Momen Pahit Manis Jorge Lorenzo di MotoGP, Paling Terasa di 2015

Jorge Lorenzo saat masih di Yamaha.
Sumber :
  • Crash.net

VIVA – Mantan pembalap MotoGP, Jorge Lorenzo, mengungkapkan gelar juara tersulitnya selama berkompetisi di ajang balap motor kelas premium itu. Dikatakan pembalap asal Spanyol, momen itu terjadi pada 2015.

Tim Gresini Racing Gemilang di MotoGP 2024, Federal Oil Percaya Diri Hadapi Musim Depan

"Gelar tersulit untuk dimenangkan adalah musim 2015. Valentino memenangkan seri pertama di Qatar dan saya di posisi keempat. Sejak saat itu, (poin) saya terus tertinggal di kejuaraan," kata Lorenzo dikutip Tuttomotoriweb.

Ya, musim 2015 menjadi musim yang sangat melelahkan bagi Lorenzo. Bagaimana tidak, dia harus bersaing dengan rekan setimnya di Yamaha kala itu, Valentino Rossi.

Pedasnya Mulut Adik Valentino Rossi, Singgung Jorge Martin bisa Juara Dunia

Mengusung misi merebut gelar juara dunia ketiganya, langkah Lorenzo penuh ganjalan di awal. Dia gagal naik podium di tiga seri perdana.

Mulai seri keempat yang digelar di Sirkuit Jerez, Spanyol, penampilannya baru stabil dan langsung meraih podium pertama. Namun, ketika tiba di MotoGP San Marino, peruntungannya sempat berbalik 180 derajat. Itu lantaran dia gagal finis. Sementara, Rossi berhasil mengumpulkan poin setelah merebut posisi kelima.

Kata Jorge Martin Usai Jajal Motor Aprilia, Lebih Enak dari Ducati?

Ketika sudah mulai putus asa dalam persaingan menuju gelar juara, tiba-tiba saja arah angin berbalik mendukung Lorenzo. Rossi yang finis di peringkat ketika pada MotoGP Malaysia di Sirkuit Sepang harus menerima hukuman karena didakwa menendang motor Marc Marquez hingga terjatuh.

Pembalap asal Italia itu terpaksa memulai seri pamungkas di Sirkuit Ricardo Tormo, Valencia, dari posisi terakhir. Sedangkan, Lorenzo sukses meraih pole position.

Hasilnya, sudah bisa ditebak. Lorenzo dengan nyaman memimpin balapan hingga usai dan mengunci gelar juara dunia ketiganya. Sementara, Rossi juga tampil tak kalah menakjubkan karena bisa finis di peringkat keempat.

"Saya menjalani 17 balapan dan selalu tertinggal darinya di posisi kedua. Saya coba mengejarnya dan terkadang saya melihat juara dunia sebagai hal yang mustahil. Saya tak begitu baik di Motegi. Valentino mengalahkan saya dan saya berada sangat jauh (dari juara)," ungkap pembalap 33 tahun.

"Saya pikir saya telah kehilangan segalanya. Tapi, kemudian seri Malaysia datang dan peluang untuk menjadi juara dunia di Valencia terbuka. Saya tak menyia-nyiakannya. Saya akhirnya memimpin usai balapan terakhir," jelasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya