Catatan Olahraga 2018: Sukses Besar Indonesia di Asian Games
- VIVA/M Ali Wafa
VIVA – Asian Games 2018 Jakarta-Palembang menjadi cerita indah bagi Indonesia. Menjadi tuan rumah ajang olahraga paling bergengsi di Asia tersebut untuk kedua kalinya setelah 56 tahun lamanya menunggu.
Untuk menyukseskan acara tersebut, Erick Thohir ditunjuk sebagai ketua Indonesia Asian Games 2018 Organizing Committee (INASGOC). Dia diawasi langsung oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla yang dipercaya oleh Presiden Joko Widodo sebagai Dewan Pengarah.
Asian Games 2018 langsung memukau publik tak cuma di tanah air, tapi juga dunia melalui seremoni pembukaan. Melibatkan sekira 5.000 penari yang berada di atas panggung berdimensi 120 meter x 30 meter x 26 meter membuat takjub mereka yang menyaksikan.
Panggung tersebut diklaim sebagai yang terbesar dalam sejarah pembukaan kejuaraan olahraga multi-event yang pernah ada. Desain berupa alam Indonesia yang indah digambarkan dengan gunung dan lautan.
"Dalam Asian Games ke-18, kita ingin menunjukkan kalau kita semua bersaudara, kita bersatu, kita ingin mencapai prestasi," ujar Jokowi saat memberi pidato pembukaan Asian Games 2018.
Menjadi tuan rumah Asian Games 2018, bagi Erick adalah kesempatan Indonesia memberi contoh kepada bangsa lain akan indahnya perbedaan. Semuanya seperti yang digambarkan dalam Bhinneka Tunggal Ika.
"Indonesia ingin memberikan contoh bagaimana negeri dengan umat Islam terbesar di dunia, kehidupan sosial rakyatnya hidup damai dalam harmonis. Kehidupan damai ini tercipta karena bangsa Indonesia diikat oleh satu nilai kebangsaan yang sama. Kami menyebutnya Bhinneka Tunggal Ika, atau unity in diversity," katanya.
Mendulang Prestasi
Harapan pada pembukaan tersebut rupanya menjadi kenyataan. Pada akhir Asian Games 2018, kontingen Indonesia bertengger di urutan keempat dengan torehan 31 medali emas, atau 15 keping lebih banyak dari target awal.
Tak pelak, Jokowi yang sejak awal menargetkan raihan 16 medali emas dan peringkat kedelapan perolehan medali dibuat senang. Dia merasa inilah momentum kebangkitan olahraga di Indonesia.
"Terima kasih untuk atlet-atlet Indonesia dan para pelatih, yang telah berjuang untuk mengharumkan nama bangsa di lapangan olahraga. Asian Games 2018 ini jadi momentum kebangkitan olahraga Indonesia. Sejak hari ini, kita satukan langkah untuk bergerak maju dan berprestasi di pentas dunia," tuturnya.
Di penghujung gelaran Asian Games 2018, momen mengharukan muncul dari Padepokan Pencak Silat Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Suhu politik yang tinggi dua calon presiden, Jokowi dan Prabowo Subianto seketika mencair.
Yang mencairkan suasana tegang itu adalah atlet pencak silat Indonesia, Hanifan Yudani Kusumah. Turun di nomor tarung putra kelas C (55-60 kg), dia mengalahkan wakil Vietnam, Thai Linh.
Begitu dipastikan menjadi pemenang, dia melakukan selebrasi dengan berlari mengitari arena tanding. Lalu Hanifan naik ke bangku VVIP, tempat Jokowi dan Prabowo duduk.
Setelah menyalami tamu VVIP satu-persatu, Hanifan yang membalut tubuhnya dengan bendera merah putih langsung mengajak dua calon presiden berpelukan. Sontak penonton yang ada di Padepokan Pencak Silat dan yang menyaksikan lewat televisi terkesima.
"Biar semua masyarakat Indonesia tahu, Prabowo dan Jokowi tidak ada apa-apa. Kita harus menjaga hati kita bersama-sama. Kita satu bangsa, satu negara, masak kita harus terpecah-belah karena hal tidak penting," tutur Hanifan.
Momen membanggakan dari Asian Games 2018 tidak berhenti sampai di sana. Pada acara penutupan, kesigapan Indonesia sebagai tuan rumah mendapatkan pujian dari Komite Olimpiade Asia (OCA).
Presiden OCA, Sheikh Ahmad Al Fahad Al Hamed Al Sabah berterima kasih karena Indonesia sudah menjadi tuan rumah yang baik. Banyak kenangan manis yang bisa dibawa pulang oleh kontingen negara lain.
"Kami akan kembali dengan membawa banyak kenangan. Kenangan indah dari sebuah kompetisi yang luar biasa. Kami tidak akan pernah melupakanmu (Indonesia), kamu akan selalu ada di hati kami," katanya.
Kebangkitan Bulutangkis Indonesia
Kesuksesan itu dilanjutkan dengan kebangkitan bulutangkis Indonesia di ajang internasional. Mulanya adalah pencapaian dua medali emas yang dipersembahkan Jonatan Christie dan ganda putra, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon.
Terkhusus Kevin/Marcus, Indonesia patut berbangga kepada mereka. Tonggak kebangkitan bulutangkis Indonesia didominasi oleh prestasi pasangan berjuluk The Minions tersebut.
Mengikuti 16 kejuaraan sepanjang tahun ini, Kevin/Marcus mengumpulkan 104.483 poin. Mereka menyabet 11 gelar juara. Alhasil, peringkat pertama ganda putra dunia pun dikuasai selama dua tahun terakhir.
Jika ditarik dalam 10 tahun terakhir, ganda putra yang mampu menembus 100.000 poin cuma Kevin/Marcus. Menyusul di bawah mereka adalah andalan Korea Selatan, Lee Yong Dae/Yoo Yeon Seong (94.130) pada 2015 lalu.
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi memberi apresiasi terhadap penampilan Kevin/Marcus. Capaian gemilang itu diharap bisa memberi motivasi tambahan kepada sektor lain.
"Tentu kita berharap capaian ini menjadi inspirasi dan semangat bagi sektor lainnya seperti tunggal putri, ganda putri, dan ganda campuran untuk meraih kemenangan dan jadi juara," ujar Imam.
Merespons keberhasilan pada 2018 ini, Kevin/Marcus enggan berpuas diri. The Minions ingin tren positif dapat terus dilanjutkan hingga tahun depan, dan bahkan melebihi apa yang telah didapatkan.
"Kami cukup senang dengan hasil di 2018. Untuk tahun depan, kami harap hasilnya bagus seperti tahun ini. Kalau bisa sih lebih, kalau tidak bisa, ya setidaknya menyamai hasil tahun ini," ujar Marcus, dikutip dari Badminton Indonesia.
Target yang terbilang amat realistis. Mengingat saat ini usia Marcus masih 27 tahun, dan Kevin empat tahun lebih muda. Tekad besar dan dukungan dari publik yang akan jadi modal mereka kembali mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional.