Menakar Peluang Emas Asian Games dari Angkat Besi
- REUTERS/Yves Herman
VIVA – Sepak terjang Tim Angkat Besi Indonesia jadi salaj satu yang ditunggu di Asian Games 2018 Jakarta-Palembang. Performa impresif di Olimpiade dua tahun lalu di Rio de Janeiro, diharap bisa terulang dan bahkan diharap mampu melebihi pencapaian tersebut. Medali emas, jadi harga mati Eko Yuli Irawan cs di Asian Games.
Menghadapi Asian Games 2018, Tim Angkat Besi Indonesia sudah jauh-jauh hari mempersiapkan diri. Untuk bisa meraih emas di rumah sendiri, Tim Angkat Besi Indonesia tercatat sudah melakukan preparasi sejak November 2017. Tak hanya itu, Tim Angkat Besi Indonesia juga sempat terbang ke Korea Selatan, untuk menempa diri.
13 lifter sudah disiapkan Pengurus Besar Persatuan Angkat Besi dan Binaraga Seluruh Indonesia (PB PABBSI), untuk berlaga di Asian Games 2018. Adapun ke-13 lifter yang akan tampil nanti yakni Rahmat Erwin Abdullah (77kg putra), I Ketut Ariana (77kg putra), Surahmat (56 kg putra), Deni (69kg putra), Muhamad Purkon (62kg putra), Eko Yuli Irawan (62kg putra), Triyatno (69kg putra), Sri Wahyuni Agustiani (48kg putri), Nurul Akmal (+75kg putri), Syarah Anggraini (53kg putri), Acchedya Jaggadhita (58kg putri), Yurifah Melsandi (63kg putri), dan Yolanda Putri (48kg putri).
Dari beberapa nama tersebut, ada beberapa nama yang menjadi andalan Tim Merah Putih untuk menyabet medali emas dari masing-masing nomor. Lifter putra berusia 30 tahun, Triyatno, berpeluang untuk mendulang medali di Asian Games nanti. Triyatno tercatat pernah meraih medali perunggu Olimpiade 2008 Beijing, dan medali perak di Olimpiade 2012 London.
Selain itu, lifter kelahiran Lampung ini juga pernah dua kali meraih medali perunggu di Kejuaraan Dunia Angkat Besi pada 2009 dan 2010. Sementara di Asian Games, Triyatno pernah meraih medali perunggu pada 2010.
Lalu, ada nama peraih medali perak Asian Games 2014 Incheon, dan Olimpiade 2016 Rio de Janeiro, Sri Wahyuni Agustiani. Wanita yang akrab disapa Yuni akan turun di kelas 48kg. Selain meraih dua medali perak di ajang tersebut, ia juga pernah meraih medali emas di SEA Games 2013 Myanmar, dan medali perak di Kejuaraan Angkat Besi Asia di tahun yang sama.
Kemudian, ada nama lifter senior lainnya, Deni. Deni merupakan salah satu atlet angkat besi yang ikut tampil di Olimpiade 2016. Meski gagal mempersembahkan medali, lifter 28 tahun ini pernah menyabet medali emas di SEA Games 2013 Myanmar, dan yang teranyar, SEA Games 2017 Malaysia.
Eko Yuli jadi nama terakhir yang akan jadi andalan Indonesia. Lifter 29 tahun ini diharapkan menyabet emas di Asian Games nomor 62kg putra, setelah sukses meraih medali perak di Olimpiade 2016. Jam terbang yang sudah tinggi membuat nama Eko jadi yang utama. Bagaimana tidak, ia pernah dua kali meraih medali perunggu di dua Olimpiade (2008 Beijing dan 2012 London).
Lifter kelahiran Lampung ini juga pernah meraih perak di Kejuaraan Dunia Angkat Besi 2009 Goyang dan 2014 Almaty, serta medali perunggu pada 2007 Chiang Mai dan 2011 Paris.
Polemik China
Bukan tak mungkin Tim Angkat Besi Indonesia bisa menyumbang banyak medali di Asian Games 2018 nanti. Ada beberapa faktor yang membuat anak asuh Supeni ini diyakini bisa tampil impresif.
Yang pertama adalah bermain di rumah sendiri, yang kedua adalah semangat memberikan kado ulang tahun kemerdekaan Indonesia ke-73, dan terakhir, pencoretan sembilan lifter China yang notabene adalah salah satu pesaing utama.
Ada sembilan lifter China yang dilarang tampil di Asian Games 2018 oleh Federasi Angkat Besi Internasional (IWF). Ke-9 atlet China ini disanksi IWF, pasca peninjauan ulang yang dilakukan dari hasil Olimpiade 2008 dan 2012.
Ke-9 lifter China ini dijatuhi sanksi larangan tampil di semua ajang di bawah naungan IWF, sejak 20 Oktober 2017 hingga 20 Oktober 2018.
Salah satu yang dipastikan takkan tampil adalah Chen Lijun. Chen adalah lifter putra andalan China di kelas 62kg putra adalah pemegang rekor dunia dengan total angkatan 333kg yang dibuatnya di Kejuaraan Dunia Angkat Besi 2015 Houston. Tak tampilnya Chen, membuat kans Eko Yuli meraih emas di kelas ini semakin terbuka.
"Keuntungan karena China dihukum. Setidaknya, raihan medali aman. Sekarang, tinggal cari medali emasnya," kata Eko.
Emas dari Yuni
Bukan cuma peluang Eko saja yang terbuka. Di nomor 48kg putri juga, Sri Wahyuni juga punya peluang yang sama. Sebab, salah satu unggulan asal India, Mirabai Chanu, absen tampil di Asian Games 2018. Lifter 24 tahun ini menderita cedera punggung dan harus batal berlaga di Jakarta.
Atlet andalan India ini merupakan salah satu unggulan di nomor 48 kilogram. Dia adalah peraih medali emas dalam Commonwealth Games 2018 Australia. Total angkatan terbaik Mirabai ketika itu adalah 196 kilogram. Dengan rincian 86 kilogram pada snatch dan 110 kilogram saat clean & jerk.
Selain Mirabai, lifter putri andalan China, Jiang Huihua, juga disebut takkan tampil lantaran sanksi. Huihua merupakan pemegang rekor dunia kelas 48kg dengan total angkatan 205kg yang dicatat pada Kejuaraan Dunia Angkat Besi 2015. Catatan tersebut bahkan jauh di atas total angkatan 192kg Yuni di Olimpiade 2016.
"Mirabai tidak ikut dalam tim di Asian Games 2018," kata Sekretaris Federasi Angkat Besi India (IWF), Sahdev Yadaf, Selasa 7 Agustus 2018.
Lantas, mampukah para lifter andalan ini menyumbang emas buat Indonesia di Asian Games? Jawabannya akan ada di pertandingan cabang olahraga angkat besi Asian Games 2018, yang akan dimulai pada 20 Agustus 2018 di Hall A JIEXPO kemayoran, Jakarta.