Kiat PB ISSI Raih 4 Emas di Asian Games
VIVA – Demi memenuhi target tinggi di Asian Games 2018, Pengurus Besar Ikatan Sport Sepeda Indonesia (PB ISSI), punya metode canggih. PB ISSI memaksimalkan persiapan para atlet balap sepeda, dengan menggunakan program yang mengacu kepada sport science (teknologi olahraga) dalam pelaksanaanya.
Dalam berita sebelumnya, Ketua Umum PB ISSI, Raja Sapta Oktohari, menegaskan pihaknya memasang target meraih empat emas di Asian Games 2018. Oleh sebab itu, demi mencapai target yang sudah ditetapkan, Okto beserta jajarannya sepakat untuk memaksimalkan persiapan para atlet dengan menggunakan sport science yang cukup canggih.
Sejumlah program latihan fisik, pemulihan (recovery), hingga masalah psikologis para atlet benar-benar diperhatikan. Okto menjelaskan ada beberapa program khusus yang mengacu kepada sport science. Sebut saja hypertrophy program, yang ditujukan untuk mengetahui kebutuhan dan membangun otot para atlet sesuai nomor pertandingan yang akan diikuti.
Lalu, Okto juga menjelaskan soal ruangan berteknologi canggih yang bernama atmosphere control. Atmosphere control adalah sebuah ruangan yang bisa dinaikkan atau diturunkan kadar oksigennya, untuk meningkatkan VO2 Max (Volume Oxygen Maximal). Fungsi ruangan ini sama dengan program High Altitude Training, atau program latihan di dataran tinggi.
"Kami sekarang sudah memakai sport science, ada yang namanya hypertophy program. Jadi kami tahu, misalnya atlet BMX. Mereka butuh ledakan yang besar. Jadi, selama tiga sampai enam bulan atlet BMX ini ototnya dibangun dulu. Makanya coba lihat sekarang, atlet-atlet BMX ini sudah full muscle (berotot), padahal waktu datang (ke Pelatnas) badannya enggak seperti itu," ujar Okto dalam wawancara bersama VIVA.
"Lalu, prorgram diet. Program diet ini menarik. Program diet ini kan tidak berbentuk dan harus datang dari atlet itu sendiri. Jadi, sekarang kami juga perkuat tim psikologis dan psikoterapis. Ya, sekarang kami sudah ada tim psikologisnya. Ada juga program yang namanya atmosphere control. Ini semacam High Altitude Training (latihan di tempat tinggi), untuk memaksimalkan VO2 Max. Jadi sekarang dengan atmosphere control, tak perlu lagi latihan di dataran tinggi. Cukup masuk ke ruangan atmosphere control dan berlatih di situ," katanya.
Okto menegaskan, Indonesia tidak boleh tertinggal soal sport science dari negara-negara lain. Soal perkembangan sports science, Okto memperhitungkan dua negara Asia Tenggara yang dianggap maksimal dalam menggunakan sport science. Thailand dan Malaysia adalah negara Asia Tenggara yang disebutnya mampu menerapkan sport science dengan maksimal.
"Bahkan, ada negara yang atletnya baru latihan selama lima bulan bisa mengalahkan atlet yang sudah latihan selama 15 tahun. Lompatannya sangat signifikan sekali. Beberapa negara ini seperti China, Thailand, dan Malaysia, mereka sangat sophisticated (canggih) dalam memanfaatkan teknologi," ucap Okto. (one)