Mantan Tukang Lipat Parasut Kini Andalan Indonesia di Asian Games 2018
- Kemenpora RI
VIVA – Paralayang merupakan olahraga yang tak terlalu populer di Indonesia. Maklum saja, olahraga ekstrem ini terbilang mahal dan hanya orang-orang tertentu saja yang bisa melakoninya.
Tapi, andalan paralayang Indonesia di Asian Games 2018, Jafro Megawanto, bisa mematahkan anggapan tersebut. Sebagai atlet profesional paralayang, ia ternyata bukan berasal dari keluarga mapan yang mampu membeli berbagai peralatan mahal olahraga ini.
Awal perkenalan Jafro dengan olahraga paralayang terjadi pada saat usianya masih 13 tahun. Semua berawal, ketika Jafro kerap melihat atlet paralayang yang mendarat di dekat rumahnya di kawasan Batu, Malang.
Jafro juga kerap menyaksikan atlet-atlet paralayang terbang di langit Batu. Inilah yang membuatnya tertarik dan bermimpi satu saat nanti bisa menjadi pilot.
Kemudian, Jafro mendapatkan kesempatan untuk menjadi paraboy, perannya mirip ballboy di sepakbola, namun tugasnya adalah melipat parasut.
"Lihat teman-teman dapat uang saat lipat parasut. Dapat upah Rp5.000 ketika itu," kata Jafro, dikutip channel Youtube Kemenpora RI.
Karena kerja giatnya, Jafro mendapatkan tawaran dari manajer salah satu tim paralayang, Yosi Pasha. Dia diajak bergabung dalam latihan.
Tawaran ini tak disia-siakan oleh Jafro. Di usia 15 tahun, Jafro menjajal olahraga paralayang untuk kali pertama.
Usahanya dalam mewujudkan mimpi jadi atlet paralayang sempat mendapat hambatan. Kala itu, Jafro harus menggunakan ojek untuk berangkat ke tempat latihan.
Otomatis, ongkosnya begitu mahal. Orang tua Jafro sempat memintanya untuk berhenti karena kewalahan. Jafro sempat stres dengan ucapan kedua orang tuanya.
Namun, dia tak patah semangat. Jafro pun berlatih dengan giat dan melakoni berbagai kejuaraan mulai 2016 lalu.
Pada 2017, Jafro berhasil mencatat sebuah prestasi gemilang. Kejutan dicetaknya ketika melakoni ajang Paragliding Accuracy World Cup, di Kanada, pada 2017 lalu.
"World Cup" labelnya saja sudah mengerikan bagi atlet pemula. Tapi, pemuda kelahiran 18 Maret 1996 malah menempati posisi kedua dalam ajang ini.
"Kengerian pasti ada, itu normal ketika pertama kali terbang dengan parasut. Perlahan, mulai terbiasa. Asyik juga," ujar Jafro.