Berbagai Pemandangan Tak Sedap di Test Event Asian Games

Lorong di Lapangan Panahan Senayan terlalu rendah
Sumber :
  • VIVA.co.id/Satria Permana

VIVA – Test event Asian Games 2018 sudah memasuki hari terakhir. Selama penyelenggaraan, memang ditemukan banyak masalah yang harus segera dibenahi INASGOC dan pihak-pihak terkait demi kesuksesan penyelenggaraan Asian Games.

Dimulai dari kondisi di Hall A Basket, Senayan. Dalam ajang test event, tempat ini dijadikan venue pertandingan basket.

Pada Asian Games 2018, Hall A pun bakal dijadikan lokasi utama pertandingan basket.

Kebijakan ini patut dipertanyakan. Sebab, kapasitas penonton di Hall A terbilang sangat sedikit, yakni 2.920 penonton.

Dan dalam test event, lay out di Hall A sangat padat. Lorong pemain, mixed zone, hingga ruang media dan konferensi pers pun harus dibuat sendiri. Luasnya juga tak memadai.

Paling mengkhawatirkan adalah lay out di luar arena. Di sana berdiri berbagai booth sponsor, ditambah ada perlengkapan metal detector dan lainnya pada pintu masuk. Alhasil, jalur untuk ambulans pun tertutup.

"Kami sadar itu. Saat test event, saya juga merasa, kok ruang media dan konferensi pers sempit sekali. Jalan miring saja, masih sempit," kata Direktur Venue dan Lingkungan INASGOC, Teuku Arlan Perkasa Lukman.

"Sebenarnya, di test event, kami mau bangun booth sponsor di luar area Hall A. Tapi, tak dapat izin. Jadi, bangun di dalam. Nah, lay outnya begitu sempit. Akses ambulans seperti apa? Harus dipikirkan," lanjutnya.

Selain Hall A, sebenarnya ada masalah di venue lainnya. Lapangan Panahan juga menjadi salah satu venue yang bermasalah.

Atlet mancanegara memang banyak yang memuji kualitas Lapangan Panahan terbaru. Namun, sistem drainasenya masih dikritisi.

Tak cuma itu, atap di lorong pemain begitu rendah. Hal tersebut membuat atlet yang memiliki postur tubuh besar dan tinggi, harus menunduk agar kepalanya tak terbentur.

Bergeser ke lapangan atletik di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Bak pasir untuk trek lompat jauh jadi masalah paling akut. Sebab, bak pasir tersebut tak aman karena jarak pembatas terlalu dekat dengan atlet.

Dengan situasi ini, nomor lompat jauh terancam tak dipertandingkan, jika perbaikan urung dilaksanakan. Technical Delegate Asian Atletik, Kotta Walson, sudah menegaskannya.

"Sebenarnya, memang lebih baik diperbaiki secara permanen agar di event selanjutnya bisa dipakai," ujar Arlan.

Pemandangan tak sedap terakhir di sekitar Kompleks GBK adalah masih banyaknya semak belukar di antara Hall A dan Lapangan Panahan.

Kisah Inspiratif Jonatan Christie, Atlet Bulutangkis yang Bangun Masjid dari Dana Bonus Asian Games

Bukan cuma itu, Hall B dan C yang usianya sangat tua, masih berdiri. Menjadi pertanyaan, sebenarnya akan dijadikan seperti apa Hall B dan C tersebut.

"Memang, mau dirapikan trotoar dan semak-semak belukarnya. Pemprov DKI Jakarta beberapa waktu lalu, menegaskan kawasan pedestrian akan dipercantik. Untuk gedung di samping Hall A, nantinya kan dibangun arena squash. Waktu mepet? Indonesia apa sih yang tak bisa," terang Arlan. (one)

Kritik untuk Pelaksanaan Munas Pengurus Besar Taekwondo Indonesia
Momen Epik Ketika Pemilik BCA Michael Bambang Hartono Jadi Nasabah BRI.

Momen Epik Ketika Pemilik BCA Jadi Nasabah BRI

Asian Games 2018 memang sudah berlalu enam tahun silam. Namun sejumlah momen tidak terlupakan masih tersimpan di benak publik Indonesia. Salah satunya terkait pemilik BCA

img_title
VIVA.co.id
15 Mei 2024