Sean Gelael Merasa Tertantang Tiap Mengaspal di Baku
- Dokumentasi Tim Jagonya Ayam
VIVA.co.id – Karakteristik Sirkuit Baku City yang rumit menjadi tantangan berat untuk semua tim. Tim mekanik dipaksa bekerja keras untuk mencari setelan mobil yang pas untuk pembalap. Kombinasi antara lintasan lurus yang panjang dan beberapa tikungan dengan lintasan sempit, adalah tantangan yang harus bisa ditaklukkan pembalap.
Tak hanya untuk balapan Formula 1, situasi ini juga berlaku untuk balapan F2 yang akan digelar hampir bersamaan pada hari Sabtu dan Minggu pekan ini. Setelan mobil menjadi salah satu kunci kemenangan tim, selain keandalan pembalap dan kondisi balapan.
Panjang lintasan Sirkuit Baku City mencapai 6,006 kilometer dengan 20 tikungan, dan terdapat lintasan lurus sepanjang 2,2 kilometer. Lintasan ini selebar 13 meter, tetapi di antara tikungan tujuh dan delapan, lintasan menyempit menjadi 7,6 meter. Di titik inilah tantangan tersulit bagi pembalap. Sebagian besar tim akan memakai setelan mobil low downforce. Ini menarik. Pertarungan tidak hanya milik pembalap, tetapi juga para mekanik. ”
“Sirkuit Baku tricky bagi semua pembalap karena biasanya lintasan baru yang jarang dipakai balapan masih licin,” kata pembalap Indonesia, Sean Gelael, yang akan membawa bendera tim Pertamina Arden yang didukung tim Jagonya Ayam KFC Indonesia.
Pada balapan kali ini Sean akan didampingi oleh engineer baru Manuel Aboy sebagai bagian dari penyegaran di tubuh tim Pertamina Arden. Menurut Aboy, amat penting menyiapkan mobil yang andal sehingga Sean bisa fokus untuk tampil dengan optimal.
Musim lalu, Sean mendapat hasil positif pada balapan pertama (Feature). Meski memulai balapan dari posisi ke-20, Sean bisa finis di urutan ketujuh sekaligus meraih poin pertamanya di ajang yang sebelumnya bernama GP2. Sayang, pada balapan kedua (Sprint) Sean tak bisa melanjutkan balapan karena mobilnya ditabrak pembalap lain.
Selain Sean, Tim Pertamina Arden juga mengandalkan Norman Nato. Pembalap asal Prancis ini juga bertekad mengambil poin lagi setelah dua kegagalan beruntun di Barcelona dan Monaco. Sean dan Nato sudah mempelajari karakter sirkuit dan mereka sudah membuat persiapan yang matang.
CEO F2, Bruno Michel, mengatakan balapan di Baku City sama menariknya dengan balapan di Monako. ”Ini tantangan berat bagi mekanik untuk menyiapkan setelan mobil yang pas. Di satu sisi, ada lintasan lurus yang memungkinkan mobil dipacu kencang, tetapi di sisi lain ada tikungan tajam beruntun yang mengharuskan mobil memperlambat kecepatannya. Ini akan menjadi balapan yang seru," kata Bruno.
Mario Isola, Head of Car Racing Pirreli, menilai meskipun sirkuit Baku City memiliki kemiripan karakteristik dengan Monaco, ada beberapa perbedaan penting. Yang paling terasa adalah kecepatan yang lebih tinggi. Dengan lebih banyak energi melalui ban, ditambah potensi suhu tinggi. Ini berarti tim dihadapkan pada pilihan mengambil ban medium dan juga supersoft.
“Strategi pemilihan ban sangat penting. Pembalap juga harus mampu menjaga degradasi ban. Musim lalu, balapan berlangsung seru dan sepertinya mobil pengaman juga akan banyak masuk lintasan,” ujar Isola. (ase)