GP Hungaria Jadi Balapan Terakhir Rio Haryanto di F1?

Mantan Pembalap Manor Racing, Rio Haryanto
Sumber :
  • Dok. Manor Racing

VIVA.co.id – Masa depan pembalap asal Indonesia, Rio Haryanto di ajang Formula 1 (F1) musim ini masih mengambang. Sebab, sisa pembayaran kursi di mobil milik Manor Racing sebesar 7 juta euro masih belum bisa dilunasi.

Kemenpora Beri Apresiasi Bakrie Center Foundation Atas Dedikasi dalam Pemberdayaan Pemuda

Tenggat waktu yang diberikan Manor kepada manajemen Kiki Sport yang menaungi Rio akan jatuh tempo pada 24 Juli 2016 mendatang. Andai tak bisa melakukan pelunasan, maka pembalap berusia 23 tahun itu mesti merelakan kursi di mobil MRT-05 ditempati pembalap lain.

Jika melihat dari kalender balapan F1 2016, kemungkinan besar langkah Rio akan terhenti di GP Hungaria di Sirkuit Hungaroring yang berlangsung, Minggu 24 Juli 2016.

Pesta Pernikahan Rio Haryanto Berlanjut, 4500 Orang di Solo Hadiri Acara Sang Pembalap F1 Pertama Indonesia

Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi dan Olahraga Kemenpora, Gatot S Dewa Broto, sempat memunculkan spekulasi baru. Dia mengaku menerima surat dari Manor mengenai masa depan Rio.

Akan tetapi, dia mengaku masih akan mempelajari isi surat tersebut, dan berjanji akan mengumumkannya pekan depan. Yang jelas, menurut Gatot, tim asal Inggris tersebut sudah memiliki sponsor untuk putaran kedua nanti.

Uhamka Jadi Penutup Rangkaian Kegiatan Keluarga Muda Berdaya Kemenpora Tahun 2024

"Manor menyebut sudah dapat sponsor untuk putaran kedua F1. Sponsornya berasal dari luar Indonesia," kata Gatot kepada wartawan.

Manor boleh saja mendapatkan sponsor baru dari luar Indonesia. Namun, bukan berarti posisi Rio akan aman. Sebab, tak tertutup kemungkinan, sponsor baru tersebut membawa jagoan baru untuk berlaga di ajang adu kebut jet darat tersebut.

Beberapa waktu lalu, development driver Manor, Jordan King, mulai buka suara soal masa depannya. Dia mengaku siap jadi pembalap utama musim depan dan menggantikan peran Rio di sisa musim ini.

"Pertama kali saya mencoba mobil di pengujian Abu Dhabi memang cukup mengejutkan, namun ketika tes di Barcelona sudah sedikit terbiasa. Saya tahu apa yang saya lakukan dan memang bukan jadi 'bintang' ketika itu, sehingga saya cuma fokus bekerja dengan baik," kata King seperti dilansir Motorsport.

"Secara fisik, mengendarai mobil GP2 lebih sulit ketimbang mobil F1. Kalau mental, saya lebih siap setelah merebut beberapa kemenangan. Apapun hasilnya, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi. Saya cuma fokus di GP2 lalu menunggu apakah dapat panggilan," imbuh pembalap berusia 22 tahun itu.

Menpora Sesalkan Sikap Tertutup Manor

Soal masa depan pembalap kebanggaan Tanah Air yang masih terkatung-katung rupanya membuat Menpora Imam Nahrawi resah. Pria asal Bangkalan, Madura tersebut menilai kesulitan Rio mendapat sponsor karena performa kendaraannya yang lemah.

Untuk itu, Imam mendesak Manor untuk bersikap transparan kepada publik. Apalagi, sejak berlaga di F1, tak sedikit kritik dari publik Indonesia yang dilayangkan terhadap Rio.

"Saya kira apa pun yang terjadi, Manor harus jelaskan ke publik Indonesia kenapa sih, apa ada masalah teknis yang menyebabkan Rio ada di posisi belakang terus," ujar Imam.

"Selama ini masyarakat bertanya-tanya ada apa. Bagaimana perusahaan mau jadi sponsor ketika Rio tidak terlihat ketika balapan," lanjut politikus Partai Kebangkitan Bangsa tersebut.

Berbagai upaya sebenarnya sudah dilakukan oleh Kemenpora untuk memberi bantuan terhadap Rio. Mulai dari pengajuan proposal penggunaan APBN, hingga mempelopori penggalangan dana publik melalui pesan singkat.

Untuk upaya dana dari APBN, Imam tak berkutik menghadapi Komisi X DPR RI. Anggota parlemen menolak keras ide tersebut, karena masih banyak kebutuhan lain yang mesti diprioritaskan oleh Kemenpora.

Kami juga sedang melakukan penghematan anggaran. Jadi, pemerintah tak bisa memberikan bantuannya. Kami terus mendukung kiprah Rio. Semoga, masih ada pihak lain yang bisa membantu Rio," ungkap Imam.

Sedangkan terkait dana publik dari pesan singkat, Plt Sesmenpora, Sakhyan Asmara menjawab dengan nada pesimistis. Dia mengatakan harapan mendapatkan dana sesuai kebutuhan melalui program tersebut sangat kecil.

(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya