3 Kali Patah Tulang, Bocah 12 Tahun Tak Kapok Jadi Pembalap
- VIVA.co.id/Muhamad Syuhada
VIVA.co.id - Kehadiran pembalap cilik di ajang Honda Dream Cup 2016 menjadi sorotan. Mohammad Adenanta Putra adalah salah satu pembalap cilik yang menarik perhatian banyak orang.
Baru genap berusia 12 tahun, namun bocah asal Magetan ini sudah memperlihatkan bakatnya di atas lintasan balap. Turun di dua kelas HDC 5 (CBR150R Standar Pemula Khusus) dan HDC 7 (Underbone 125cc Standar Pemula), Adenanta mampu tampil prima.
Pada sesi kualifikasi Sabtu, 30 April 2016, dia berhasil merebut posisi ketiga pada HDC5. Dan saat balapan hari ini, Minggu, 1 Mei 2016, Adenanta berhasil naik podium, menempati posisi kedua.
Pembalap yang mewakili tim Honda Simple Concept tersebut memperoleh catatan waktu 12 menit 22, 127 detik dengan melibas 12 lap sirkuit Stadion Kanjuruhan, Malang. Dia cuma terpaut 2,492 detik dari sang juara Yaasiin Somma.
Selain memang memiliki bakat, kemauan keras dan cita-cita berkarier di dunia balap yang mampu membuat Adenanta berprestasi. Latihan keras selalu dijalani oleh siswa kelas 5 di SD Sugihwaras 2 tersebut.
"Saya latihan setiap hari. Biasanya fitness, berenang, dan naik sepeda," kata bocah yang mengaku sebagai penggemar Valentino Rossi dan Marc Marquez itu.
Dunia balap memang sudah sangat akrab dengan Adenanta, bahkan sejak dia masih balita. Sebelum turun di ajang road race seperti HDC ini, dia mengaku sudah lebih dulu menjajal tampil di Motocross.
"Sejak kecil saya sudah menonton balap. Waktu itu masih digendong papa. Dari sana saya suka dan ingin jadi pembalap. Pertama belajar naik motor usia 7 tahun, langsung naik Motocross SE KTM 50 cc," ujarnya.
Tampil pada lomba berisiko tinggi, Adenanta mengaku tidak pernah takut. Malah dia sebelumnya sudah merasakan pengalaman pahit mengalami kecelakaan dan didera cedera serius.
"Sudah tiga kali patah tulang. Pada engkel, rusuk atas dan pinggul. Tapi tidak kapok. Waktu cedera pinggul saya main di Motocross, setelah sembuh saya pindah ke road race," tuturnya.
Dukungan dari orang tua diakui Adenanta yang membuatnya semakin yakin untuk menjadi pembalap. "Papa dari awal memang suka otomotif. Katanya saya harus bertahap untuk jadi pembalap. Ibu kasih pesan, kalau balapan gasnya tarik sekencang mungkin," ungkap bocah tersebut.