Pertamina dan Menjahit Kisah Cinderella di F1
- Facebook Manor Racing
VIVA – Nama Petronas di ajang balap Formula 1 sudah begitu lekat. Bagaimana tidak, mereka menjadi sponsor dari tim raksasa Mercedes dalam ajang tersebut.
Petronas semakin mendunia karena Mercedes sudah juara F1 dalam lima musim beruntun, sejak 2014. Mereka begitu setia menemani Mercedes, yakni sejak 2009.
Ketika itu, Petronas dan Mercedes masih jatuh bangun membangun ulang reputasinya. Buah manis itu dipetik pada 2014 hingga 2018.
Kisah ini sebenarnya bisa saja ditiru oleh Pertamina. Ada sebuah harapan, Pertamina akan menggebrak dominasi Petronas di ajang F1.
Itu dimulai ketika Rio Haryanto promosi ke F1 pada 2016 silam. Kala itu, Rio bisa promosi ke F1 atas dukungan Pertamina.
Rio gabung ke tim Manor. Memang, saat itu Manor butuh sokongan dana dari sponsor macam Pertamina untuk bisa mengarungi balapan di musim 2016.
Bak kisah Cinderella, di sini Pertamina mencoba untuk membangun reputasi, bersama Manor yang berstatus tim liliput F1. Bisa? Tidak juga.
Sulit melawan para raksasa macam Mercedes, Ferrari, dan Red Bull. Kualitas mesin Manor masih di bawah standar. Meski teknik balap Rio cukup baik, mesin mobil jadi hal paling menentukan dalam olahraga ini.
Benar saja, Rio gagal bersaing. Selain itu, Rio harus menerima kenyataan pahit, cuma bisa mengarungi 12 seri di musim 2016. Penyebabnya adalah tak tercapainya kesepakatan soal sponsorship antara Pertamina dengan Manor.
Sekelumit kisah yang pelik dan berakhir pahit. Namun, perlu dicatat, ini adalah gebrakan baru yang diambil Pertamina.
Meski harus susah payah, Pertamina setidaknya sudah menunjukkan keberanian untuk menembus ajang F1. Kini, mereka kembali mengintip peluang berkiprah lagi di F1.
Direktur Sales & Marketing PT Pertamina Lubricants, Andria Nusa, beberapa waktu lalu menuturkan, pihaknya sudah beberapa kali bernegosiasi untuk menjadi sponsor di ajang F1 maupun MotoGP. Namun, belum ada kesepakatan.
"Kami beberapa kali bernegosiasi untuk jadi sponsor. Jadi, tak menutup kemungkinan," jelas Andria, awal 2018 lalu, saat meluncurkan buku Catatan Emas Dunia Balap Indonesia.
Ada satu hal yang bisa jadi kunci Pertamina mau kembali berkiprah di ajang F1. Yakni, jika ada pembalap Indonesia yang mengaspal di ajang balap jet darat bergengsi itu.
Sebuah hal yang harus diapresiasi. Dalam komitmen tersebut, Pertamina menunjukkan bahwa putra lokal memang layak mendapatkan sokongan dari mereka.
Itu juga berarti, negara ada mendampingi pembalap Indonesia di F1. Indonesia memang butuh local hero dalam meningkatkan kualitas olahraga nasionalnya. Bukan soal gengsi, tapi ini soal motivasi.
Dan, saat ini, ada Sean Gelael, pembalap Indonesia yang berpotensi tembus ke F1. Sean pun sudah menjajal mobil F1 milik Toro Rosso dalam beberapa kesempatan.
Bahkan, pada pertengahan Oktober 2018 lalu, Sean sempat mengemudikan mobil F1 milik Toro Rosso di sesi latihan bebas pertama F1 GP Amerika Serikat.
Celah sudah ada. Kini, tinggal tunggu waktu tepat bagi Pertamina untuk merajut kisah Cinderella di F1. Tak melulu harus happy ending, yang penting kisah Cinderella ini bisa berakhir dalam plot penuh.
Tak usah bersaing dengan tim raksasa, yang penting bisa dikenal di dunia. Strategi ini dipakai Petronas sebelumnya bersama Mercedes. (one)