Perenang AS Peraih Medali Emas Olimpiade Terancam Sanksi
VIVA.co.id – Dua perenang Amerika Serikat (AS) sudah tiba di negaranya pada Jumat 19 Agustus 2016, sehari setelah dibawa keluar oleh polisi Brasil dari pesawat. Mereka diminta keterangan, terkait tuduhan perampokan, yang diduga merupakan rekayasa untuk menutupi perilaku memalukan mereka.
Dilansir dari Belfast Telegraph, drama perampokan yang dihembuskan kedua perenang Olimpiade AS, itu telah memicu kegemparan. Mereka juga membuat marah publik Rio de Janeiro, yang merasa tuduhan itu telah merusak citra kota dan negara mereka.
Brasil adalah negara Amerika Latih pertama, yang menjadi tuan rumah Olimpiade. Negara yang banyak mengandalkan pemasukan dari sektor pariwisata, itu merasa sangat penting Olimpiade berjalan sukses. Tuduhan perampokan, itu sempat mendominasi berita-berita seputar Olimpiade 2016.
Polisi Brasil pada Jumat, membantah tuduhan peraih medali emas Olimpiade 2016 Ryan Lochte, dan tiga rekan setimnya. Mereka mengaku ditangkap oleh polisi Brasil, dan ditahan dengan todongan senjata, setelah menggelar pesta semalaman.
Sebaliknya, keempat atlet AS itu telah melakukan vandalisme di kamar mandi pom bensin, dalam keadaan mabuk berat. Mereka kemudian diminta keterangan oleh penjaga bersenjata, sebelum akhirnya membayar ganti rugi kerusakan dan pergi. Belakangan, keempatnya justru mengaku dirampok.
"Tidak ada perampokan terjadi terhadap mereka. Mereka bukan korban dari kejahatan yang mereka klaim," kata kepala polisi Fernando Veloso dalam konferensi pers. Pengacara dua perenang AS, Gunnar Bentz dan Jack Conger, mengatakan kliennya tidak terkait dengan cerita Lochte.
Sergio Riera menegaskan, bahwa Bentz dan Conger hanya diminta keterangan sebagai saksi. "Ini harus diperjelas. Mereka tidak membuat kesaksian palsu. Mereka tidak membuat pernyataan bohong," kata Riera. Namun, pernyataan berbeda dibuat Breno Melaragno, yang menjadi pengacara atlet AS lainnnya, James Feigen.
Breno mengatakan para atlet AS telah membuat kesepakatan dengan hakim, untuk menyumbang 35.000 real Brasil agar bisa pulang ke negaranya. Breno tidak menyebut institusi yang akan mendapat donasi, namun mengisyaratkan badan amal.
Berdasarkan hukum Brasil, donasi bisa dibuat untuk menghindari hukuman karena pelanggaran ringan. Polisi mengatakan, tuduhan palsu dan perusakan yang dilakukan keempatnya, diancam hukuman penjara enam bulan atau denda.
Lochte yang sudah kembali lebih dahulu ke AS, tetap bersikeras tidak membuat tuduhan palsu. Namun, rekaman video keamanan memperlihatkan, bagaimana perenang AS yang mabuk sedang melakukan aksi vandalisme di sebuah pom bensin. Mereka merusak papan petunjuk, pintu, dan memecahkan kaca.
Seorang petugas pom bensin kemudian tampak berbicara dengan mereka. Para atlet AS, itu memberikan sesuatu, yang diduga uang ganti rugi, sebelum pergi menggunakan taksi. Tidak terlihat ada insiden todongan senjata api seperti tuduhan Lochte.
Lochte dan rekan-rekannya bisa menghadapi sanksi dari badan renang AS. "Kami minta maaf pada tuan rumah Olimpiade di RIo, dan publik Brasil untuk kasus yang terjadi di tengah suasana, yang semestinya menjadi perayaan." demikian pernyataan Komite Olimpiade AS.