dr. Tirta Ungkap Dugaan Gangguan Kesehatan yang Dialami Zhang Zhi Jie

dr Tirta ungkap gangguan kesehatan yang dialami Zhang Zhi Jie
Sumber :
  • Instagram/@dr.tirta

Yogyakarta –  Kabar duka datang dari dunia bulu tangkis dunia. Atlet muda China, Zhang Zhi Jie, meninggal dunia ketika berlaga di ajang Badminton Asia Championships 2024.

Selain Ampuh Merontokan Berat Badan, ini 7 Manfaat Diet Tepung yang Menarik Diketahui

Kompetisi level junior tersebut diselenggarakan di GOR Among Rogo, Yogyakarta. Dari video yang beredar di media sosial, Zhang Zhi Jie terlihat tergelak di lapangan dan mengalami kejang saat bertanding menghadapi tunggal putra Jepang, Kazuma Kawano.

Dalam keadaan kolaps terlihat, tim medis tak segera menghampiri Zhang Zhi untuk memberikan pertolongan pertama. Atlet muda itu lalu dirujuk ke RSPAU Hardjolukito namun kondisinya belum juga stabil. 

Keramik China Bakal Kena Bea Masuk hampir 200 % Bisa Picu PHK Industri, Ini Penjelasannya

Official Team China meminta Zhang Zhi Jie dilarikan ke RS Sardjito untuk ditindak lebih lanjut mengingat peralatan di sana lebih lengkap. Tim dokter lalu melakukan resusitasi jantung 1,5 jam tetapi tidak kunjung ada respon dari Zhang Zhi Jie. Sampai akhirnya, dinyatakan meninggal dunia pada pukul 23.20 WIB karena henti jantung mendadak. 

Zhang Zhi Jie

Photo :
  • PBSI
Anindya Bakrie Puji Desain Jersey Indonesia di Olimpiade Karya Didit Hediprasetyo

Sebagai bagian dari tenaga kesehatan, dr. Tirta mengucapkan bela sungkawa atas kepergian atlet China. Melalui unggahan di akun TikTok, dokter lulusan UGM itu menjelaskan kemungkinan gangguan kesehatan yang dialami Zhang Zhi Jie.

Menurutnya, ketika pebulu tangkis kolaps (jatuh dan terkapar di lapangan disertai kejang) membeberkan adanya kelainan elektrik pada jantung atau gangguan ritme pada jantung yang mengakibatkan pasokan darah ke seluruh tubuh terutama otak berkurang secara drastis.

Dari melihat video yang beredar, dr Tirta menyimpulkan ada dua kemungkinan kondisi yang dialami pemain bulu tangkis asal negeri Tirai Bambu itu. 

"Kalau nggak ventrikular fibrilasi atau ventrikular takikardi," ujar dr Tirta.

Lebih lanjut, ayah dua anak itu menjelaskan Standar Operasional Prosedur (SOP) ketika seseorang mengalami diagnosa kelainan elektrik pada jantung atau gangguan aritmia jantung yang menyebabkan kondisi yang dialami Zhang Zhi Jie maka harus ada pertolongan dalam waktu jeda paling tidak satu atau dua menit. 

Zhang Zhi Jie

Photo :
  • Instagram

Pertolongan pada dua menit awal merupakan masa krusial karena berpotensi memperpanjang kemungkinan hidup sang atlet. Sehingga perlu secepat mungkin untuk dibawa ke rumah sakit terdekat untuk menjalani penanganan lebih lanjut. Jika rentang waktu tersebut tidak digunakan dengan baik sangat mungkin nyawa tidak tertolong. 

Dari tragedi Zhang Zhi Jie, ia berharap adanya evaluasi menyeluruh baik dari panitia penyelenggara, tim medis maupun pihak Badminton World Federation (BWF) terkait penanganan pertama pada pasien. Pasalnya, selama ini tim medis harus menunggu persetujuan dari referee untuk memberikan penanganan kepada atlet di lapangan.

Hal itu sangat memakan waktu apalagi olahraga yang sifatnya kompetitif berisiko tinggi dari gangguan jantung. Sehingga perlunya sikap tanggap dari tim medis tanpa perlu izin dari referee karena kondisinya mempertaruhkan nyawa sang atlet.

"Pada akhirnya, olahraga jenis apa pun yang sifatnya kompetitif, ada lawannya dan melibatkan adrenalin dan ada trofinya, Ada menang atau kalah itu sangat berisiko. Sekalipun dilakukan oleh orang yang sudah terlatih secara rutin seperti atlet. Risikonya tidak jauh-jauh dari jantung. Jantung lah yang berperan penting menyuplai darah ke seluruh tubuh," jelas dr Tirta.

Pecinta Liverpool ini juga mewanti-wanti kepada sport enthusiast ketika melakukan jenis olahraga kompetitif. Atlet yang terlatih dan terbiasa saja masih berisiko kematian akibat gangguan jantung saat olahraga. Apalagi kita yang orang biasa yang belum rutin dengan latihan berat harus semakin berhati-hati.

"Untuk para enthusiast kalau kalian melakukan olahraga sesuai program dan tidak perlu push to limit," tutupnya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya