Sakit Keras, Legenda Bulutangkis Indonesia di Piala Uber Masuk ICU
- news.act.id
VIVA – Kabar buruk datang datang dari dunia bulutangkis Indonesia. Salah satu pahlawan bulutangkis yang mengangkat Piala Uber 1975, Tati Sumirah, tengah sakit keras. Wanita berusia 68 tahun ini sudah terbaring lemah di RSUP Persahabatan, Jakarta, sejak Selasa 4 Februari 2020.
Kondisi Tati semakin memburuk akibat penyakit gula dan masalah di paru-parunya. Sehingga, peraih medali perak Asian Games 1974 Teheran ini pun harus masuk ruang perawatan intensif.
Dalam rilis yang diterima VIVAnews, Wakil Ketua Umum PB Tangkas, Juniaryo Suhandinata, mengonfirmasi kondisi terkini yang tengah dialami oleh Tati. Juniarto juga memohon doa dari seluruh rakyat Indonesia untuk kesembuhan sang legenda.
"Kami memohon doa masyarakat bulutangkis Indonesia untuk kesembuhan Tati Sumirah. Dia adalah salah satu pahlawan bulutangkis yang telah mengharumkan nama Indonesia di pentas dunia. Saya pun mengetuk kepedulian pemerintah dan PBSI untuk kesembuhan Tati," ujar Juniarto.
Tati merupakan salah satu atlet bulutangkis terbaik Indonesia, yang berkiprah periode 1972 hingga 1981. Puncak performa terbaik wanita kelahiran Jakarta, 9 Februari 1952, adalah mempersembahkan gelar juara Piala Uber 1975.
Sedikit melihat ke belakang, Tati jadi salah satu wakil tunggal putri yang menang di partai final. Berkaga di Istora Senayan, Jakarta, 6 Juni 1975, Indonesia sukses merebut Piala Uber setelah menang 5-2 atas juara bertahan Jepang.
Tati sukses menyumbangkan poin kemenangan dengan menekuk Atsuko Tokuda straight game, 11-5 dan 11-2. Sementara itu, tunggal putri Indonesia lainnya saat itu, Theresia Widiastuti, kalah daru Hiroe Yuki, dua game langsung 7-11, 1-11 Pun dengan tunggal Utami Dewi, yang juga kalah usai dijegal Noriko Nakayama, 5-11, 3-11.
Akan tetapi di empat partai ganda, wakil Indonesia tampil impresif. Pasangan Regina Masli/Minarni Sudaryanto menekuk pasangan Etsuko Takenaka/Machiko Aizawa dengan rubber game 15-6, 6-15, 15-9.
Kemudian, ada Imelda Wigoena/Theresia Widiastuti yang mengalahkan Hiroe Yuki/Mika Ikeda, 15-4 dan 15-9. Berikutnya, Regina/Minarni mengatasi perlawanan Hiroe Yuki/Mika Ikeda, 15-8, 15-11, dan Imelda /Theresia menggulingkan Etsuko Takenaka/Machiko Aizawa, 17-14, 15-0.
Ditambahkan oleh Juniarto, kehidupan Tati setelah gantung raket pada 1981 memang kurang beruntung. Apalagi saat itu tidak ada yang namanya bonus bagi pemain yang berprestasi, termasuk Tati. Tawaran untuk melatih di bekas klubnya, PB Tangkas, ditolak karena dia tidak berbakat jadi pelatih.
Untuk menyambung hidup, Tati sempat bekerja sebagai kasir di sebuah apotek di kawasan Tebet, Jakarta Selatan. Namun, atas budi baik rekan-rekannya, Tati kemudian mendapat pekerjaan baru sebagai tenaga di bagian perpustakaan perusahaan minyak pelumas di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat.
"Kami sekali lagi mengharapkan kepedulian dan uluran tangan pemerintah dan PBSI untuk membantu biaya pengobatan salah satu pahlawan bulutangkis Indonesia ini," kata Juniarto.