Dalih Filipina soal Medali SEA Games 2019 Indonesia yang Dirampas

Modern Penthatlon
Sumber :
  • Riki Ilham Rafles Karami/ VIVA

VIVA – Atlet modern pentathlon Indonesia, Nariska Cintya, menjadi korban perubahan peraturan yang aneh di SEA Games 2019 Filipina. Turun di Subic Bay Boardwalk, Jumat 6 Desember 2019, dia menempati urutan kedua di bawah atlet Indonesia lainnya, Dea Salsabila Putri.

Respons PP Pordasi soal Target NOC Indonesia Loloskan 100 Atlet ke Olimpiade 2028, Termasuk Berkuda

Berhak atas medali perak, Nariska kemudian berdiri di samping podium untuk seremoni. Akan tetapi, namanya tidak dipanggil oleh pembawa acara.

Manajer sekaligus pelatih modern pentathlon Indonesia, Glenn Apfel, bertanya-tanya akan hal itu. Panitia pelaksana memiliki alasan ada perubahan peraturan di mana setiap negara cuma berhak atas satu medali.

Membanggakan, Siswa SMP di Bogor Ini Raih Medali Emas dalam Ajang Bergengsi

Sedangkan Indonesia memiliki dua wakil yang berada di tiga besar. Dea sebagai peraih medali emas yang kemudian diakui pencapaiannya.

Tak lama setelah itu, Glenn melakukan protes secara resmi. Panitia pelaksana SEA Games 2019 (PHISGOC) beralasan amandemen peraturan mengenai jatah medali sudah diberitahu sejak jauh hari.

Kolaborasi PB PODSI dan Kemenpora Dorong Dragon Boat Tampil di Olimpiade 2028 Los Angeles

"Kami sudah bicara tadi. Mereka pembelaannya sudah pernah kirim amandemen peraturan melalui KOI per Oktober 2019. Alasannya, karena ini cabang olahraga baru, makanya medali dibagi rata. Mereka tak ingin ada negara yang mendominasi," kata Glenn.

Dea Salsabila Putri, raih emas SEA Games cabang modern pentathlon

Glenn memastikan, surat pemberitahuan amandemen peraturan modern pentathlon sama sekali tidak didapatkannya. Begitu juga ketika mereka coba mengubungi Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Raja Sapta Oktohari.

"Ketum (KOI) pun tidak tahu soal ini. Bahkan sampai menghubungi orang yang di Jakarta untuk cek apa ada surat masuk per Oktober 2019 soal amandemen peraturan ini. Tidak ada juga," ujarnya.

Glenn mengaku ditunjukkan bukti surat PHISGOC kepada Komite Olimpiade negara-negara Asia Tenggara tertanggal 10 Oktober 2019. Dalam suratnya memang ada beberapa amandemen technical handbook (THB), salah satunya penjatahan medali.

Glenn bercerita, adu argumen antara pihaknya dengan PHISGOC berlangsung alot. Bahkan tuan rumah malah menyalahkan Indonesia karena dianggap kurang komunikasi di internal.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya