Cara Lulusan MBA dari Inggris Selamatkan Masa Depan Anak di Lapas

Pelatihan kewirausahaan dan bahasa Inggris di LPKA Kelas 1 Tangerang
Sumber :
  • Dokumentasi Punya Harapan

VIVA – Anak-anak merupakan masa depan bangsa. Masa depan mereka masih panjang dan, walau pernah terlibat dalam kenakalan bahkan tindak pidana, mereka masih bisa dibentuk untuk berubah menjadi pribadi-pribadi yang baik. Tak hanya itu, bila memiliki kesempatan, apa yang mereka lakukan nanti bisa berdampak positif bagi masyarakat dan diri mereka sendiri.

Pengadilan Domestik Akan Tentukan Sikap Inggris atas Perintah ICC untuk Tangkap Netanyahu

Keyakinan itu lah yang dimiliki sekelompok milenial yang merasa beruntung telah dibekali pendidikan yang memandai, baik dari luar dan di dalam negeri, dan mengerahkan komitmen dan kemampuan yang mereka punya untuk membantu anak-anak yang tengah mendekam di tahanan untuk memulihkan masa depan. Jangan sampai anak-anak itu malah terjerumus dan dijauhi masyarakat akibat perbuatan buruk yang telah mereka lakukan, namun justru bisa mengubah nasib mereka sendiri untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan membawa dampak yang baik bagi banyak orang.

Para milenial ini tergabung dalam suatu lembaga swadaya masyarakat bernama Punya Harapan. Fokus mereka saat ini adalah membantu ratusan anak yang tengah mendekam di Lembaga Pembinaan Khusus Anak, yaitu tempat penahanan bagi mereka yang terlibat dalam kejahatan di bawah umur. 

Menteri Rosan Pastikan Gerak Cepat Realisasikan Komitmen Investasi US$8,5 Miliar dari 10 Perusahaan Inggris

Adalah Andress Hamenda yang menginisiasi gerakan Punya Harapan itu. Bersama rekan-rekannya, Andress selama 19-23 November lalu menggelar pelatihan kewirausahaan dan bahasa Inggris. Pesertanya adalah 116 remaja/pemuda di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Tangerang.

Sebelumnya, Andress dan kawan-kawan juga mengadakan pelatihan serupa di LPKA Tomohon (Sulawesi Utara) pada bulan Agustus 2018. "Kami perluas program ini di Indonesia bagian timur, yaitu Kota Tomohon dan Mataram, dan di Kota Tangerang, Banten," ungkap Andress kepada VIVAnews. 

Momen Lucu Presiden Prabowo dan Wakil PM Inggris saat Bahas 'Kucing'

Dia mengakup program pelatihan itu terinspirasi saat menimba ilmu di Inggris. Selama 2015-2016 Andress mendapat beasiswa dari pemerintah Inggris, yaitu Chevening, untuk meneruskan jenjang S-2.

Andress memilih jurusan MBA (Master of Business Administration) di suatu universitas bergengsi di Kota London. Namun inspirasi untuk membantu bagi sesama dia dapatkan saat berkesempatan mengunjungi kompleks penjara Huntercombe Prison di wilayah Oxfordshire Oktober 2016.                

Dia tidak saja berkunjung, namun juga Education Manager dan Deputy Manager Huntercombe Prison. "Di sana mereka memiliki program pelatihan bagi penghuni lapas yang masih di bawah umur sehingga saat kembali ke masyarakat tidak lagi terjerumus lagi kepada kejahatan. Ini yang menjadi inspirasi bagi saya dan rekan-rekan," tutur Andress.

Usai menjalani studi, Andress dan rekan-rekannya yang juga sesama alumni dari Inggris dan Australia, mewujudkan inspirasi itu, pertama-tama dengan membentuk suatu lembaga swadaya masyarakat, yaitu Punya Harapan. Pendirian Punya Harapan sebetulnya sudah mulai dikonsepkan sejak kunjungan ke penjara Huntercombe Prison.

"Namun secara resmi kami umumkan berdiri pada hari yang sama saat penandatanganan MoU kami dengan LPKA Tomohon pada 11 Agustus 2018 di penjara yang ada di Sulawesi Utara dalam rangka menyambut 2 hari besar internasional dan nasional, yaitu International Youth Day [Hari Pemuda Internasional] yang jatuh pada hari Minggu tanggal 12 Agustus 2018 dan 17 Agustus 2018 sebagai peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia," kata Andress. 

Pelatihan Kewirausahaan

Sebagai pendiri, dia lalu mendirikan sekretariat di Perumahan Kombos Permai Blok D3, Manado, Sulawesi Utara. "Jumlah tim 10 orang, termasuk saya," ujar Andress. Dia bersyukur bahwa program mereka ini pun mendapat dukungan dari sejumlah pihak, termasuk dari Kedutaan Besar Inggris di Jakarta.  

Dia lalu bercerita bagaimana program ini berjalan. Dalam pelatihan di LPKA Tangerang selama 19-23 November 2019, sebanyak 116 remaja maupun pemuda di sana menjalani pelatihan kewirausahaan dan Bahasa Inggris.

Acara ini tidak hanya dilakoni Punya Harapan, namun juga didukung Kedubes Inggris dan para relawan dari Amartha, yang dikoordinir oleh Grace Porman Astari, yang juga Alumni Program Beasiswa Chevening, serta mahasiswa dan dosen dari Sampoerna University, yang dikoordinir oleh Andrey Pulungan. Selama 3 hari pertama anak didik pemasyarakatan (andikpas) mendapatkan pelatihan kewirausahaan dan bahasa Inggris secara umum oleh top coach Teddy Tandaju dan Grace Astari.

Para peserta diseleksi dan menyisakan sebanyak 30 orang untuk pelatihan barista dan barber (penata rambut) secara intensif selama 2 hari. Hingga kini, Punya Harapan sudah memberi pelatihan kewirausahaan - dengan opsi barista dan barber - serta bahasa Inggris kepada 293 andikpas yang tersebar di berbagai provinsi, seperti Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Barat dan Banten. 

"Pada bulan Agustus tahun 2018 sudah dilaksanakan di LPKA Tomohon sebanyak 59 peserta dan ditingkatkan menjadi 68 peserta di tahun 2019. Sementara di LPKA Tangerang ada sebanyak 116 peserta dan di LPKA Mataram akan diikuti sebanyak 50 peserta pada tanggal 26 - 30 Nopember 2019," ungkap Andress. 

Agar bisa berkelanjutan dan apa yang mereka latih tidak sia-sia, Punya Harapan juga ingin melakukan percepatan pelaksanaan program ini dengan berkolaborasi dengan berbagai organisasi yang ada disekitar LPKA yang dituju. Di LPKA Tangerang sendiri, Punya Harapan mendapat dukungan relawan dari Amartha dan Sampoerna University dan telah membuka akses mereka dengan pimpinan di LPKA Tangerang untuk memberikan kontribusi berkelanjutan ke depan. 

Andress juga berharap dengan dibukanya akses KopiJadi Coffeeshop dan D'Mens Barbershop Tangerang yang menjadi pelatih andikpas di LPKA Tangerang selama kegiatan ini bisa melanjutkan dukungan mereka dalam program ini ke depan. "Ini juga bisa menjadi pemicu bagi coffeeshop dan barbershop lainnya untuk melakukan hal yang sama," lanjut dia.

Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy

Menlu Inggris Blak-blakan Sebut Israel sebagai Kekuatan Penjajah

Menteri Luar Negeri Inggris menyebutkan bahwa Israel memiliki kewajiban hukum sebagai kekuatan penjajah, dan Tel Aviv bertanggung jawab atas kewajiban tersebut.

img_title
VIVA.co.id
28 November 2024