Makna Piala Suhandinata dan Masa Depan Prestasi Bulutangkis Indonesia
- badmintonindonesia.org
VIVA – Keberhasilan tim junior Indonesia mencatatkan sejarah baru di ajang World Junior Championships (WJC) 2019 menjadi sorotan besar publik bulutangkis Tanah Air. Ini merupakan untuk pertama kalinya tim junior beregu campuran Merah Putih memboyong Piala Suhandinata ke pangkuan Ibu Pertiwi sepanjang sejarah digelarnya kejuaraan itu sejak tahun 1992.
Di perorangan, ganda putra Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin meraih Piala Eye Level setelah 27 tahun Indonesia tanpa gelar ganda putra di WJC. Indonesia sebetulnya mengirim tiga wakil ke final perorangan, namun ganda campuran Leo Rolly Carnando/Indah Cahya Sari Jamil dan ganda putri Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi masih belum berhasil di laga final.
Torehan impresif ini pun tak luput dari apresiasi PBSI, yang menilai prestasi ini jadi kilau gemilang masa depan bulutangkis Indonesia di pentas dunia. Hal tersebut tak lain karena generasi yang tampil memukau di Kejuaraan Dunia Junior tahun ini tak lama lagi akan menatap jenjang karier di level senior.
Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI, Susy Susanti pun menuturkan ungkapan perasaannya atas pencapaian Leo Rolly Carnando cs. "Awalnya kami berharap dapat tiga-tiganya (gelar perorangan), kan maunya jadi juara umum. Tapi sayang ganda campuran mainnya kurang lepas. Di ganda putri kami awalnya yakin karena di semifinal tampil bagus, di final game kedua juga bagus tapi di akhir masih belum bisa keluar dari tekanan," ungkap Susy dilansir Badminton Indonesia.
"Waktu partai terakhir, Leo/Daniel, saya ada feeling, wah mungkin Indonesia juaranya di partai pertama dan terakhir, jadi pembuka dan penutup. Ternyata benar. Leo/Daniel luar biasa, Leo nggak terpengaruh hasil di ganda campuran, mereka yakin banget, dari awal sudah megang permainan. Biasanya kan baru masuk harus agak ngepasin dan belum siap, tapi ini mereka siap banget, mereka pantas untuk jadi juara," ujar Susy.
Susy berharap keberhasilan Leo/Daniel di final menjadi inspirasi dan motivasi bagi sektor lain yang belum berhasil menjadi juara. Lebih lanjut, Susy juga mengatakan bahwa penampilan tim junior ini adalah hasil dari proses persiapan yang matang.
"Pencapaian di WJC menurut saya luar biasa, terutama perjuangan di beregu, anak-anak cetak sejarah. Ke depannya, kami harapkan usaha mereka harus ekstra lagi, jangan berhenti sampai di sini," ucap Susy.
"Bibit bagus itu kan hasil proses, kami nyiapin mereka sudah bertahun-tahun lalu, nah matangnya di tahun ini, bukan langsung jadi. Untuk tahun depan pun sudah kami siapkan dari sekarang, sepertinya yang akan lebih menonjol itu pemain putrinya karena masih ada beberapa yang bisa ikut WJC tahun depan," tutur Susy.
Usai gelaran WJC 2019, tim junior Indonesia langsung mengikuti dua turnamen berurutan di Magelang, Jawa Tengah yaitu Superliga Junior 2019 dan Caffino Indonesia International Challenge 2019.