Mengobati Trauma Tsunami Lewat Triathlon Lintas Alam

Para peserta Rhino X Triathlon
Sumber :
  • Vox Populi Publicist

VIVA – Bencana tsunami Selat Sunda sudah hampir setahun berlalu. Proses rehabilitasi masih berjalan, di berbagai lokasi yang diterjang ombak ganas tsunami Selat Sunda, 22 Desember 2018 silam.

Angka Kemiskinan di Padang Panjang Naik Pasca Erupsi Gunung Marapi

Tsunami Selat Sunda memang menyisakan trauma bagi sebagian pihak yang terkena dampaknya, terutama di kawasan Banten. Kawasan pesisir Banten terkena dampak besar dari bencana ini.

Pesisir Anyer jadi kawasan yang paling parah terkena dampak bencana ini. 90 persen kawasan Anyer, rusak parah akibat tsunami Selat Sunda.

BPBA Sebut Aceh Dilanda 241 Kali Bencana pada Januari-Oktober 2024, Kebakaran Terbanyak

Bukan hanya Anyer, kawasan Tanjung Lesung juga rusak akibat bencana tersebut. Situs wisata yang tengah naik daun itu mengalami kerusakan yang cukup serius di beberapa titik.

10 bulan pasca-bencana, VIVAnews mendapat kesempatan mengunjungi kawasan Tanjung Lesung. Di sana, memang masih terlihat karang berserakan.

Cara PPRO Pastikan GKL Jadi Kawasan Hunian Berkelanjutan hingga Layak Jadi Investasi Jangka Panjang

Karang-karang itu terbawa arus saat bencana tsunami terjadi. Pun, penginapan di sekitar Tanjung Lesung masih dalam proses perbaikan. Salah satunya adalah Tanjung Lesung Beach Resort.

Menariknya, dalam hitungan bulan, proses rehabilitasi di kawasan Tanjung Lesung sudah membuahkan hasil. Terbilang cepat, dan sudah ada beberapa lokasi yang mulai kembali cantik.

Di tengah proses rehabilitasi, otoritas pengelola Tanjung Lesung juga berani mengambil keputusan untuk menggelar ajang Rhino X Triathlon dan Mountain Bike X Country.

Sebuah keberanian yang diambil oleh Kementerian Pariwisata, Pemerintah Provinsi Banten, PT Banten West Java, dan otoritas lainnya. Sebab, dinilai dari infrastruktur, sebenarnya cukup berisiko menggelar ajang ini.

Banyak titik yang masih terlalu rawan dilewati oleh para peserta ajang ini. Namun, panitia bisa mengakalinya dengan baik. Seperti, mereka memodifikasi rute dengan tidak looping dan menambah jaraknya.

Rhino X Triathlon 2019 usai melewati rintangan renang" src="https://thumb.vivanews.com/media/frontend/thumbs3/2019/09/30/5d91ddcc9990a-peserta-rhino-x-triathlon-2019-usai-melewati-rintangan-renang_663_372.jpg" title="Peserta Rhino X Triathlon 2019 usai melewati rintangan renang" />

"Di awal, pasca-bencana, kami merasa pesimistis bisa menggelar ajang ini. Namun, dalam perkembangannya, muncul keyakinan dalam diri kami untuk menggelar acara ini," kata Managing Director PT Banten West Java, Rully Lasahido, kepada VIVAnews.

"Ada pemikiran, event ini ditunda selama setahun. Tapi, untuk memulainya kembali, pasti berat. Akhirnya, kami memutuskan untuk tetap menggelar event ini," lanjut Rully.

Digelarnya Rhino X Triathlon hanya 10 bulan pasca-tsunami, sebenarnya cukup riskan. Masih banyak publik yang trauma dengan bencana tersebut.

Sehingga, risiko minimnya peserta sangat besar. Namun, dalam penyelenggaraan 27 hingga 29 September 2019 lalu, ketakutan itu ternyata tidak terbukti.

Lebih dari 120 peserta, beberapa juga berasal dari mancanegara, ikut ambil bagian dalam ajang tersebut. Pun, kejutan terjadi ketika atlet pelatnas pentathlon, Muhammad Taufik, tercecer ke peringkat tiga dan kalah dari pendatang baru, Daniel Frans Watopa.

"Saya bisa bilang, event ini sukses. Dari perjalanannya tadi, di mana masih dalam proses rehabilitasi, hingga keyakinan kami yang tarik ulur. Pada akhirnya, kami bisa menggelar event ini dalam kondisi terbatas," ujar Rully.

Pemandangan alam Tanjung Lesung sebenarnya jadi kunci dalam menarik perhatian peserta. Itu diakui oleh peserta berdarah Belanda, Lieselotte Heederik.

Lieselotte, yang memenangkan kategori women open di Rhino X Triathlon tersebut, mengaku tak khawatir dengan bencana yang terjadi di Tanjung Lesung 2018 lalu.

"Saya selalu kangen dengan Tanjung Lesung. Alam di sini begitu luar biasa. Tsunami? Tahun lalu sudah, masa terjadi lagi. Tidak, saya tidak takut. Berlari, berenang, dan bersepeda di sini, selalu menyenangkan bagi saya. Makanya, saya selalu senang ketika datang ke Tanjung Lesung," terang Lieselotte.

Pernyataan Lieselotte cukup mewakili bahwa triathlon dan alam bisa menjadi obat tepat bagi trauma bencana di Tanjung Lesung. Pun, banyak atlet nasional yang merasa nyaman berkompetisi di Tanjung Lesung, seperti Frans.

"Luar biasa treknya. Saat bersepeda, banyak kejutan yang disajikan. Alamnya juga indah. Ini jadi pengalaman bagi saya melakoni triathlon di alam terbuka," kata Frans.

Rully menuturkan, di 2020, Rhino X Triathlon akan dimodifikasi lagi untuk menarik lebih banyak peserta. Tujuannya cuma satu, yakni menarik wisatawan untuk kembali lagi meramaikan kawasan Tanjung Lesung.

"Selat Sunda aman. Tahun depan, kami bermaksud menambah kelas yang ramah dengan wisatawan. Mungkin menambah kelas eksekutif atau family. Intinya, kawasan ini akan dipercantik lagi. Ayo ke Tanjung Lesung, Selat Sunda aman," terang Rully.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya