Menyoal Keikutsertaan Timnas Basket di IBL Musim 2020
- Twitter/SMPertamina
VIVA – Kompetisi Indonesian Basketball League musim 2020, akan diwarnai pemandangan berbeda. Setelah Stapac Jakarta memutuskan mundur, IBL kedatangan Timnas basket Indonesia dalam kompetisinya.
Timnas basket ikut IBL? Ya, benar. Fakta ini sempat membingungkan publik bola basket Tanah Air. Bagaimana bisa, Timnas basket ikut serta di kompetisi IBL?
Junas Mirardiarsyah, CEO IBL, kemarin berkunjung ke redaksi VIVAnews. Kepada kami, Junas bercerita tentang bagaimana Timnas basket bisa ikut dalam kompetisi IBL.
Usut punya usut, ikut sertanya Timnas basket di IBL musim 202,0 tak terlepas dari persiapan jelang Kualifikasi FIBA Asia 2021, yang digelar tahun depan.
Pelatih Timnas basket, Rajko Toroman menyatakan, butuh media untuk meningkatkan jam terbang para pemainnya. Uji coba atau pemusatan latihan di negara lain sebenarnya bisa jadi solusi.
Namun, kompetisi di negara lain sudah dimulai. Hingga akhirnya, solusi yang ditawarkan adalah Timnas basket ikut IBL musim 2020.
Tentu, menjadi pemandangan yang tak biasa di Indonesia. Junas menyatakan, sebenarnya di Filipina, hal ini sempat terjadi.
"Sempat terjadi di Filipina. Kami ingin mengakomodir keinginan coach Toro, yang mau mengasah kemampuan anak-anak asuhnya di Timnas. Maka dari itu, IBL menyediakannya," ujar Junas.
"Ada pertanyaan, kok Timnas ikut IBL? Pastinya, nanti ada monopoli kekuatan di sana. Tidak, Timnas cuma ikut di musim reguler. Playoff dan setelahnya, hanya klub yang ikut," lanjutnya.
Dengan ikutnya Timnas basket pula, masalah yang muncul adalah soal administrasi kontrak masing-masing pemain bersama klub. Sebab, tak dihindari, beberapa pemain yang masuk Timnas basket memiliki kontrak jangka panjang dengan klub.
Junas mengakui, hal tersebut memang jadi bahasan yang paling disorot. Namun, IBL hanya operator dan tak bisa menyelesaikan kasus itu.
Hanya saja, IBL bertindak sebagai penengah, karena Badan Tim Nasional (BTN) menjadi lembaga yang paling berwenang dalam urusan ini.
"Kasus per kasus tak bisa kami jelaskan. Sudah dibahas sebenarnya, seperti apa solusi yang ditawarkan. Ini jadi domain dari klub dengan BTN dan Perbasi. Memang, sangat sensitif dan harus dibahas. Formulanya sudah ditemukan, tetapi kasusnya per individu," terang Junas.
Kompensasi ke Klub dari IBL
Sebagai kompensasi, IBL sudah menyiapkan aturan baru terkait pemain asing. Musim depan, pemain asing yang digunakan adalah tiga. Jumlah itu sudah termasuk naturalisasi.
Hanya saja, skema pemakaiannya yang diatur. Jadi, tak bisa tiga sekaligus yang dipakai. "Cuma dua yang main di lapangan," jelas Junas.
Penambahan kuota pemain asing diterapkan demi menciptakan iklim kompetitif di IBL. Sebab, Timnas basket dipastikan akan sangat kuat lantaran diisi pemain terbaik di Indonesia.
"Sekarang, kalau tidak salah skuat masih 32. Nanti, dikerucutkan menjadi 18 orang, sekitar September hingga Oktober 2019. Jelang SEA Games 2019, baru ditemukan 14 pemain dan mereka ikut di kompetisi IBL," kata Junas.
Salary cap juga dipakai dalam mengatur setiap klub dalam memakai jasa pemain asing. Tak seperti musim lalu, salary cap di 2020 nanti meningkat menjadi US$6.000 atau setara Rp85 juta.
Peningkatan ini diterapkan demi mengakomodir ditambahnya kuota pemain asing. Angka itu dianggap sudah ideal oleh IBL.
"Jadi, maksimal US$6.000. Misal sudah ada pemain asing yang gajinya US$3.000, sisanya cuma bisa dapat gaji US$2.000 atau US$1.000, sebaliknya, atau setara US$1.500," terang Junas.
Batas tinggi pemain asing juga masih diterapkan. Bedanya, kali ini tak menggunakan batas bawah dan akan memakai satuan sentimeter, bukan inci yang diterapkan musim lalu. (asp)