Kenangan Hendrawan 'Kesetrum' Jelang Final Kejuaraan Dunia 2001
- instagram.com/hendrawanbadminton/
VIVA – Pekan depan atau tepatnya mulai tanggal 19 hingga 25 Agustus 2019 deretan publik bulutangkis sejagat bakal tertuju fokusnya ke arena St Jakobshalle di Kota Basel, Swiss. Tak lain karena venue berkapasitas 9.000 penonton itu akan menjadi saksi perebutan gelar juara dunia berlabel BWF World Championships 2019.
Bicara torehan di gelaran tersebut, Indonesia pernah punya catatan apik dalam ajang Kejuaraan Dunia Bulutangkis di tahun 2001 silam di Kota Seville, Spanyol.
Selain memboyong gelar sektor ganda putra melalui Tony Gunawan/Halim Haryanto, satu nama gemilang lainnya pun terselip dalam lembaran sejarah tersebut. Ya, salah satu maestro tunggal putra atas nama Hendrawan juga punya memori manis podium tertinggi di arena Palacio de Deportes de San Pablo itu.
Peraih medali perak Olimpiade Sydney 2000 itu seolah berhasil membayar kegagalannya meraih emas setahun sebelumnya di pesta olahraga sejagat pembuka era milenia itu.
Kejuaraan Dunia 2001 merupakan perhelatan terakhir perebutan gelar juara dunia perorangan yang digelar beriringan dua pekan dengan penyelenggaraan Piala Sudirman.
"Waktu itu kan Kejuaraan Dunia termasuk turnamen paling berat karena itu edisi terakhir World Championships yang digabung dengan Piala Sudirman. Jadi Indonesia masuk final Sudirman Cup, saya main juga lawan Chen Hong itu malam hari sudah capek banget dan besok paginya sudah fokus babak pertama Kejuaraan Dunia perorangan," ungkap Hendrawan kepada VIVAnews, Rabu, 14 Agustus 2019.
"Itu akhirnya bisa sampai lolos ke final kondisi badan saya sudah sangat drop. Saya merasa sudah terlalu banyak main yang secara mental dan psikologi sudah penat capek sekali. Pas hari final juga saya kena maag enggak bisa makan, cuma minum susu sama bubur," jelas Hendrawan.
Namun dalam situasi getir seperti itu, pria yang menjadi pelatih terakhir perjalanan karier bulutangkis Lee Chong Wei tersebut justru menemukan momen titik balik bangkitnya mental bertanding sesaat sebelum dimulainya laga final melawan bintang Denmark, Peter Gade.
"Saat menapaki langkah masuk lapangan pas laga final itu saya mendengar lagu tema Olimpiade disetel yang mengingatkan kegagalan saya di final Olympic Sydney 2000. Dari situ saya kayak 'kesetrum' dan bulatkan tekad enggak boleh kalah dan akan mati-matian di lapangan," tegas Hendrawan.
Berkat momentum tersebut, kakak ipar Hendra Setiawan ini pun berhasil mewujudkan mimpinya menjadi juara dunia dan menjadi salah satu dari 6 tunggal putra Indonesia sepanjang sejarah sebagai pemilik titel BWF World Championships. (ase)