Kasus Positif dan Kematian Meningkat: Pergulatan Indonesia dengan COVID-19
- dw
Pakar epidemiologi dari Universitas Indoneisa Tri Yunis Miko Wahyono mempertanyakan pelayanan fasilitas kesehatan yang ada di Indonesia. Ia berpendapat minimnya alat bantu pernapasan yang tersedia di fasilitas-fasilitas kesehatan jadi salah satu faktor penyebab terus bertambahnya angka kematian COVID-19 di Indonesia. Dalam kasus berat, pasien COVID umumnya mengalami infeksi pernapasan berat yang menyebabkan pasien tidak dapat bernapas sendiri.
“Kalau sekarang sudah ada tes (PCR) banyak. Kalau sekarang masalahnya pada waktu pasien membutuhkan ventilator tidak ada, ke tempat lain juga tidak ada. Dalam waktu cepat, kalau ngga ada ventilator ya meninggal,“ jelas Miko saat dihubungi DW Indonesia, Senin (06/07) sore.
Berdasarkan data Gugus Tugas COVID-19, kebutuhan ventilator untuk penanganan COVID-19 di Indonesia mencapai sekitar 30 ribu unit, namun hingga pertengahan April baru tersedia sekitar delapan ribu unit. Pemerintah pun terus berupaya menambah jumlah unit ventilator salah satunya dengan memproduksi ventilator buatan lokal.
Kasus akan terus meningkat
Miko yang juga merupakan Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, menyoroti pelonggaran PSBB yang dilakukan pemerintah sejauh ini. Naik turunnya kasus COVID-19 di sejumlah wilayah disebutnya sebagai salah satu imbas dari pelonggaran tersebut.
“Karena sekarang ngga ada PSBB, semua sektor dibuka. Pasar, toko, mal-mal dibuka. Otomatis orang berkerumun banyak, penularannya tidak dapat disetop,” terang Miko.
Ia pun memprediksi kasus COVID-19 di Indonesia akan terus meningkat. Menurut Miko, penguncian wilayah di tingkat yang lebih kecil, misalnya di tingkat Kelurahan yang menjadi zona merah bisa menjadi opsi dalam menekan laju penyebaran virus corona.