Kedai Makan Indonesia di Jerman ini Manfaatkan Bahan Makanan yang Sering Terbuang-buang
- dw
Cassie Sukmana, pengusaha asal Indonesia yang berbisnis rumah makan di Köln, Jerman adalah pecinta lingkungan. Ia tidak rela jika sayur-sayuran atau buah-buahan yang dianggap tidak memenuhi standar estetika untuk dipasarkan di supermarket atau yang istilahnya 'tidak cantik', mendarat di tong sampah.
“Di Jerman terkadang, buah atau sayuran di supermarket-supermarket ini harus memenuhi standar, misalkan sebuah tomat harus besarnya minimal 10 sentimeter. Dan kalau misalkan kurang dari standar itu maka mereka dibuang. Atau tomat bentuknya tidak bulat atau kentang bentuknya hati, sayang jika terbuang, jadi bahan makanan itu tetap kami olah untuk menu di restoran kami. Rasa dan nilai gizinya, kan sama. Kita masak dengan memakai sayuran dan buah-buahan yang kurang cantik itu, dan kita ubah menjadi makanan yang enak dan cantik di atas piring,“ ujar Cassie, lulusan jurusan ekonomi dari sebuah universitas di Jerman.
Lulus kuliah, perempuan asal Indonesia yang bermukim di Jerman ini memilih mengembangkan pengetahuan yang diperolehnya di Jerman untuk membuka usaha gastronomi, yang memperhatikan aspek lingkungan lewat konsep upcycling. Situs cleanomic.com menyebutkan, upcycling adalah proses transformasi barang yang sudah tidak terpakai menjadi sesuatu yang lebih berguna dan seringkali bersifat lebih bagus daripada awalnya.
Konsumen di supermarket kerap cenderung memilih sayur dan buah yang bentuknya standar ketimbang yang bentuknya agak ‘nyeleneh‘. Tapi bukan hanya masalah estetika saja yang menyebabkan mentimun, terong dan sejenisnya yang dianggap bentuknya aneh terpaksa mendarat di tempat pembuangan, melainkan produk yang tidak berbentuk seragam kerap dianggap mempersulit penyimpanannya atau diangkut. Ketimbang dibuang, Cassie berusaha untuk membuatnya jadi sajian makanan untuk disuguhkan kepada pengunjung kedai makanannya yang baru ia rintis bulan Maret 2020.
Gado-gado jadi favorit pengunjung
Cassie bercerita, sejauh ini menu restorannya bisa diterima dengan baik oleh pengunjung. “Bagi mereka, makanan-makanan Asia di sini lain dari restoran-restoran lainnya yang biasa mereka temui di Köln. Yang pasti kita sangat terkejut kalau ternyata orang-orang Jerman yang ekstra ke mari untuk mencari makanan Indonesia.“
Tiap pekan, menunya berganti-ganti sesuai ketersediaan produk bahan makanan. "Karena kami orang Indonesia, kita buat masakannya yang lebih Indonesia dan dicampur dengan masakan negara-negara Asia lainnya. Contohnya minggu ini, kami ada menu gado-gado, soto, dan kwetiau goreng. Sisanya dicampur masakan Cina atau Thailand, misalnya tahu dicampur dengan sayuran.”
Vera Weber, warga Köln, salah seorang pengunjung tetap restoran itu, tidak bosan makan sepekan sekali di kedai makan milik Cassie. “Menu mereka tiap pekan ganti-ganti. Jadi tidak bosan. Tapi yang jelas, saya selalu menanti gado-gado, saya suka.” Weber tidak suka makan daging. Menurutnya banyak masakan Indonesia yang pas dengan gaya hidupnya yang vegetaris.