Logo ABC

Kisah Warga Indonesia Banting Profesi jadi Sopir Bus di Australia

Charles mengatakan bahwa bekerja apapun di Australia bisa bertahan asalkan kerja penuh waktu.
Charles mengatakan bahwa bekerja apapun di Australia bisa bertahan asalkan kerja penuh waktu.
Sumber :
  • abc

Tantangan ini muncul terutama pada masa awal bekerja di mana ia harus menyesuaikan diri dengan teknik mengemudi bus sebagai sebuah kendaraan besar.

"Menjadi sopir bus paling susah adalah saat awal di mana harus punya mental yang besar membawa kendaraan berat," kata perempuan berusia 39 tahun itu.

"Dan melatih kemampuan kami memutar di roundabout, belok di sudut yang sempit, parkir mundur dan mengendalikan rem supaya bisa berhenti tepat waktu tanpa membuat penumpang terjatuh."

Tantangan lain bagi Rita juga meliputi keharusan untuk mempelajari rute bus yang cukup banyak karena adanya larangan menggunakan telepon genggam untuk mengakses layanan GPS saat mengemudi.

"Kami biasanya menggunakan catatan sendiri supaya tidak salah mengambil jalur." kata Rita lagi.

Charles Gultom di sisi lain, melihat keluhan penumpang sebagai salah satu tantangan menjadi sopir bus di Australia.

"Dukanya [sebagai sopir bus] adalah kalau misalnya ada perlakuan penumpang yang tidak enak. Misalnya kalau kita salah jalan mereka marah-marah biasanya," cerita Charles yang berencana untuk menjadi sopir bus hingga lima tahun ke depan.

"Kedua, kalau bus panas, apalagi waktu musim panas, pendingin udara tidak jalan, sudah pasti penumpang juga mengeluh dan kita terpaksa minta ganti bus."

Edwin Kusuma Edwin Kusuma berfoto bersama ibunya bernama Swandayani saat sedang berlibur ke Sydney, Australia.