Ternyata Hoax! AQUA Tidak Masuk Daftar Boikot, Ini Pernyataan BDS
- Istimewa
VIVA – Berbagai upaya terus dilakukan dari penjuru dunia untuk membantu masyarakat di Palestina, salah satunya datang dari BDS (Boikot, Divestasi, dan Sanksi) Indonesia yang menyerukan gerakan boikot untuk produk-produk yang terafiliasi dengan Israel.
Perlu diketahui, BDS movement atau gerakan BDS adalah ajakan untuk memboikot dan memutus investasi sekaligus memberi sanksi kepada perusahaan-perusahaan pendukung Israel atau memiliki afiliasi terhadap negara tersebut.
Beberapa hari lalu, BDS Indonesia melalui akunnya di platform X mengumumkan daftar produk boikot terbarunya yang dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu Super Jahat, Tinggalkan, dan Gausah Beli Dulu Deh.
Hal ini dilakukan agar tujuan boikot bisa lebih terfokus, sehingga dampak yang dihasilkan pun bisa menjadi maksimal. BDS pun menganggap jika daftar perusahaan yang diboikot terlalu panjang, dikhawatirkan strateginya justru tidak efektif dalam jangka panjang.
“Supaya kita berhasil, kita harus fokus pada sedikit perusahaan yang dipilih secara teliti supaya dampaknya maksimal,” tulis BDS Indonesia melalui akun X @GerakanBDS_ID.
Sebelumnya ada beberapa produk yang terkena imbas dari isu boikot ini, salah satunya AQUA. Padahal, dari daftar boikot BDS tersebut, rupanya produk air minum dalam kemasan AQUA tidak termasuk di dalamnya.
Seperti yang telah diketahui, AQUA merupakan produk asli Indonesia yang secara transparan mendukung Palestina dan turut melakukan aksi nyata untuk membantu masyarakat Palestina melalui penyaluran donasi bersama berbagai pihak, seperti Lazismu, Lazisnu, BAZNAS, Kedutaan Palestina, Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal, hingga TNI Angkatan Laut.
Hal ini juga diperjelas oleh penyampaian Arif Mujahidin selaku Corporate Communication Director dari pihak Danone Indonesia, “Sebagai entitas swasta, kami tidak memiliki afiliasi dengan politik apa pun. Kami tidak memiliki pabrik dan tidak beroperasi di Israel. Di Indonesia, perusahaan kami memiliki sekitar 25 pabrik dengan 13.000 karyawan, dan melayani lebih dari 1 juta pedagang di seluruh negeri.”
Inilah alasan mengapa setiap individu diharuskan untuk lebih selektif dan kritis dalam menerima informasi. Dibutuhkan data yang jelas dan terukur dari sumber yang kredibel agar tidak menyasar pihak-pihak yang tidak bersalah.