Ciptakan Lapangan Kerja, Kemenperin Cetak Puluhan Ribu Santri Berwirausaha
- Istimewa
Jakarta – Penumbuhan pelaku industri atau wirausaha baru (WUB) memberikan dampak positif yang berantai pada roda perekonomian masyarakat. Selain mampu memaksimalkan keunggulan komoditas produk di daerah, penumbuhan WUB juga dapat mendorong potensi ekosistem industri dan pasar yang telah terbentuk.
“Misalnya pondok pesantren yang selama ini telah menjadi ekosistem yang berpeluang besar dalam upaya menumbuhkan para pelaku WUB dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki. Oleh karenanya, Kementerian Perindustrian menginisiasi dan menjalankan program Santripreneur,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Jumat (1/12).
Menperin menyampaikan, program Santripreneur telah dilaksanakan sejak tahun 2013, dan hingga kini sudah membina sebanyak 10.469 santri dari 101 pondok pesantren yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. “Saya sangat mendukung peran para santri dalam menciptakan kemandirian pondok pesantren dan pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar,” ungkapnya.
Menperin menambahkan, upaya meningkatkan jumlah pelaku WUB diyakini akan dapat mendorong penciptaan dan perluasan lapangan kerja. “Namun demikian, langkah strategis ini perlu melibatkan kolaborasi antar stakeholder dalam rangka menumbuhkan jiwa kewirausahaan di kalangan para santri dan generasi muda,” imbuhnya.
Pada Kamis (30/11) lalu, Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) menggelar acara puncak seremonial program Santripreneur tahun 2023 yang diselenggarakan secara hybrid di Pondok Pesantren Darussyifa Al Fitroh Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Kegiatan ini mengusung tema “Santri Berindustri Jayakan Negeri”.
Direktur Jenderal IKMA Kemenperin Reni Yanita mengemukakan, berdasarkan data Kementerian Agama sampai semester II tahun 2023, jumlah pondok pesantren di Indonesia diperkirakan mencapai 39.167 unit yang tersebar di seluruh provinsi dengan total santri sebanyak 4,85 juta orang. Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah pondok pesantren terbanyak di Indonesia, tercatat sekitar 12.121 pondok pesantren. Selanjutnya, menyusul Jawa Timur dengan jumlah 6.745 pondok pesantren, dan Jawa Tengah sebanyak 5.084 pondok pesantren.
“Dengan jumlah pondok pesantren dan santri yang cukup besar, pondok pesantren memiliki potensi yang strategis untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional serta berperan strategis dalam mendukung pertumbuhan industri manufaktur di Indonesia,” papar Reni.
Menurutnya, program Santripreneur memiliki kurikulum kejuruan atau kewirausahaan, dengan jenis kegiatannya antara lain bimbingan teknis produksi, fasilitasi mesin/peralatan, serta materi kewirausahaan dan digital marketing yang diberikan sesuai dengan potensi dan kebutuhan masing-masing pondok pesantren.
“Melalui program Santripreneur ini, pondok pesantren dapat turut berkontribusi lebih besar terhadap pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Saya juga mendorong para santri yang sedang bergabung dalam program Santripreneur untuk menjadi santri milenial, yaitu santri yang mampu berproduksi dengan baik serta menguasai perkembangan teknologi digital dalam menjalankan unit usaha industrinya, atau yang ingin saya sebut dengan istilah Santri Milenial 4.0,” tandasnya.
Sementara itu, Sekretaris Ditjen IKMA Kemenperin, Riefky Yuswandi menyampaikan bahwa program Santripreneur pada tahun 2023 ini dilaksanakan di enam pondok pesantren, yaitu Pondok Pesantren Darussyifa Al-Fitroh di Kabupaten Sukabumi, Pondok Pesantren Al Qodiriyah di Kabupaten Magelang, Pondok Pesantren Al Muwazanah di Kabupaten Kediri, Pondok Pesantren Darul Huda di Kabupaten Blitar, Pondok Pesantren Bustanul Ulum di Kabupaten Bondowoso, dan Pondok Pesantren Nurul Jadid di Kabupaten Situbondo.
“Adapun fasilitasi yang telah diberikan kepada enam pondok pesantren tersebut selain bimbingan teknis wirausaha baru, juga diberikan fasilitasi mesin/peralatan produksi seperti Pondok Pesantren Darussyifa Al-Fitroh Kabupaten Sukabumi yang mendapatkan fasilitasi mesin/peralatan produksi pengolahan limbah ternak menjadi biogas dan pupuk organik,” sebutnya.
Selain itu, Pondok Pesantren Al Muwazanah Kabupaten Kediri dan Pondok Pesantren Bustanul Ulum Kabupaten Bondowoso yang mendapatkan fasilitasi mesin/peralatan roasting dan grinding kopi, serta Pondok Pesantren Darul Huda Kabupaten Blitar, Pondok Pesantren Nurul Jadid Kabupaten Situbondo, dan Pondok Pesantren Al Qodiriyah Kabupaten Magelang yang memperoleh fasilitasi mesin/peralatan All in One PC untuk penguatan desain produk di pondok pesantren.