Sumbang Ekspor USD17 Miliar, Prospek Industri Kreatif Semakin Besar
- Kemenperin
VIVA – Pengembangan sektor industri kecil dan menengah (IKM) tidak hanya upaya yang bersifat tradisional dan konservatif. Kini, sudah mulai banyak anak muda kreatif yang mampu menjalankan usaha dengan menghasilkan berbagai produk yang unik dan inovatif. Unit usaha yang dijalankan tersebut, juga telah memiliki identitas branding yang terkonsep dengan baik.
Dalam hal ini, Kementerian Perindustrian melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) turut beperan aktif memberikan wadah pengembangan bagi para anak muda yang menjadi pelaku IKM, khususnya yang berbasis sektor kreatif. Langkah ini dijalankan melalui program Creative Business Incubator (CBI) yang dilaksanakan di Bali Creative Industry Center (BCIC).
“Program CBI sendiri merupakan salah satu upaya dalam membina pelaku IKM kreatif, khususnya bidang fesyen dan kriya, dalam mengembangkan bisnisnya agar bisa naik kelas,” kata Direktur Jenderal IKMA Kemenperin, Reni Yanita pada acara Penutupan Kelas CBI tahun 2023 di Denpasar, Bali, Senin (11/12).
Dirjen IKMA memberikan apresiasi kepada para narasumber, praktisi sesi kelas, serta mentor pendampingan Inkubator Bisnis Kreatif tahun 2023 atas usaha dan kesabarannya dalam menuntun para tenant untuk belajar dan berkembang sehingga tujuan program inkubator ini dapat tercapai.
“Ini merupakan momen yang penting dan membahagiakan karena pada tahun ini pun kita dapat menyelesaikan seluruh rangkaian kegiatan program CBI,” ujarnya.
Dirjen IKMA memaparkan bahwa di masa-masa yang penuh dengan tantangan isu global seperti ancaman resesi, krisis energi, serta ketegangan geopolitik, Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang positif di angka 4,94 persen pada triwulan III tahun 2023. Optimisme ini pun tercermin dari kinerja sektor industri manufaktur, yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,20 persen pada periode yang sama.
“Sementara itu, Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada November 2023 berada pada angka 52,43%, yang berarti bahwa industri berada dalam posisi ekspansif. Hal ini juga menunjukkan bahwa kondisi usaha di Indonesia cenderung stabil dan meningkat, dengan pelaku industri yang semakin optimis dengan kondisi usaha pada enam bulan ke depan,” paparnya.
Reni juga menyampaikan bahwa sektor industri kreatif memiliki kinerja yang baik. Terlihat dari realisasi nilai tambah industri kreatif yang mencapai Rp1,05 triliun pada triwulan III-2023, atau telah mencapai 82,1 persen dari target tahun 2023 sebesar Rp1,28 triliun. Selain itu, kinerja ekspor industri kreatif pada triwulan III-2023 mencatat nilai sebesar USD17,4 miliar, dengan subsektor fesyen menyumbang hingga USD9,88 miliar dan subsektor kriya menyumbang USD6,26 miliar.
“Ini merupakan sebuah capaian yang membanggakan dan menunjukkan bahwa prospek industri kreatif di Indonesia semakin besar, dan kami harap pembinaan yang kami berikan melalui program ini dapat menggugah peserta agar dapat menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh, menjaga jaringan informasi dan komunikasi antar peserta dan narasumber, serta menjadi penggerak ekonomi di tengah masyarakat dan menjadi contoh bagi pelaku industri fesyen dan kriya,” imbuhnya.
Reni mengemukakan, pihaknya berharap para peserta CBI yang telah mendapatkan ilmu dan wawasan kelak juga dapat membagi pengalamannya kepada rekan-rekan pelaku industri kreatif lainnya yang sama-sama sedang menjalankan bisnis.
Perlu diketahui, pada sesi kelas tahun 2023, program CBI diikuti sebanyak 60 peserta yang berasal dari 17 provinsi dan 47 Kabupaten/Kota.
“Diharapkan angka sebaran ini dapat semakin meningkat dikarenakan setiap daerah memiliki potensi dan kreativitas khas masing-masing yang perlu dieksplorasi dan dipromosikan,” tutur Reni.
Plt. Direktur Industri Aneka dan IKM Kimia, Sandang dan Kerajinan, Ni Nyoman Ambareny pada kesempatan yang sama turut menyampaikan bahwa sesi kelas CBI telah dilaksanakan secara hybrid dengan 28 peserta hadir secara fisik di BCIC – Denpasar, Bali selama 38 hari mulai dari tanggal 1 November - 8 Desember 2023.
”Materi yang disampaikan meliputi strategi bisnis, strategi pemasaran, manajemen keuangan, manajemen operasi, manajemen tim, layanan standardisasi dari unit Balai di Kementerian Perindustrian, Prinsip ESG (Environmental, Social, and Governance) Bagi IKM dan diakhiri dengan presentasi rencana bisnis dihadapan investor ataupun stakeholders terkait lain,” sebutnya.
Sementara itu, pemateri terdiri dari praktisi bisnis, akademisi dan pembina industri dengan metode penyampaian materi di kelas, diskusi, observasi lapangan dan presentasi hasil observasi dan penerapan materi dalam bisnis peserta sehingga peserta diharapkan bisa memahami implementasi materi dalam bisnis masing-masing.