BUNEX Kembali Digelar, Kementan Perkuat Hilirisasi Perkebunan Demi Ketahanan Ekonomi Global

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo
Sumber :
  • Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama

VIVA – Pertanian berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pasca pandemi. Pemerintah berinvestasi dalam modernisasi sektor pertanian untuk meningkatkan produktivitas dan memastikan ketahanan pangan nasional.

Garap Lahan Pertanian 20 Ha Pakai Padi Biosalin, PGN Gandeng BRIN hingga Pemkot Semarang

"Pertumbuhan ekonomi sektor pertanian memiliki peran yang sangat penting dalam menggerakkan perekonomian suatu negara. Sektor pertanian tidak hanya memberikan sumber pendapatan bagi masyarakat pedesaan, tetapi juga memainkan peran kunci dalam menyediakan makanan, pangan, dan bahan baku untuk industri lainnya," ujar Syahrul Yasin Limpo Menteri Pertanian pada acara Perkebunan Indonesia Expo (BUNEX) yang mengangkat tema Penguatan Hilirisasi Perkebunan untuk Ketahanan Ekonomi Global di ICE BSD City Tangerang (07/09).

Kelompok Petani Jeruk di Curup Bengkulu Jangkau Pasar Lebih Luas Berkat Pemberdayaan BRI

Kondisi dunia yang telah melewati masa pandemic Covid 19 kembali dihadapkan dengan ancaman El Nino, salah satu dampak pertama yang terlihat adalah kekeringan yang lebih ekstrem dan cuaca panas yang berkepanjangan. Selain itu, cuaca yang sangat panas juga dapat memicu kebakaran hutan dan lahan, yang dapat merusak tanaman pertanian serta hutan yang menjadi sumber air dan ekosistem penting. 

Mentan SYL mengatakan, menghadapi tantangan tersebut, patut kita syukuri bahwa pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) perkebunan pada triwulan II tahun 2023 menunjukkan kinerja positif jika dibandingkan Y on Y dengan tahun 2022 sebesar 3,71% dari Rp 200,48 T menjadi 207,92 T. Kontribusi PDB perkebunan untuk PDB pertanian sebesar 37,16% dari Rp Rp 559,52 T.

Dukung Percepatan Swasembada Pangan, Petrokimia Gresik Sebar 54 Taruna Makmur ke Berbagai Daerah

Diketahui bahwa PDB sektor perkebunan mengacu pada peningkatan nilai produksi dan kontribusi ekonomi yang dihasilkan oleh aktivitas pertanian yang fokus pada tanaman-tanaman seperti kelapa sawit, karet, kopi, teh, kakao, dan lain-lain. Apabila dilihat dari capaian nilai ekspor-impor perkebunan sampai dengan triwulan II mengalami kenaikan dari bulan Januari sampai dengan Juni sebesar 4,27% dari Rp 43,66 T menjadi Rp 47,93 T dengan kontribusi terbesar berasal dari komoditas Kelapa Sawit sebesar 78,55% (Rp 37,64 T). Kelapa Sawit, telah menjadi bagian penting dari ekonomi di beberapa negara.

"Capaian ini patut kita syukuri karena hal ini membuktikan bahwa roda pemulihan ekonomi domestik terus bergerak cepat di tengah perlambatan ekonomi global yang saat ini tengah berlangsung di berbagai negara di dunia. Ekspor komoditas perkebunan yang melonjak pada tahun 2023 paling besar disumbang oleh komoditas kelapa sawit, karet, kakao, kelapa dan kopi. Hal ini menunjukkan bahwa peluang ekspor komoditas perkebunan sebagai salah satu sumber devisa negara masih terus meningkat," ujarnya.

Mentan SYL menambahkan, di tengah beberapa capaian positif tersebut, kita harus terus berkomitmen dalam mempersiapkan diri menghadapi el nino. Kita harus tetap hati-hati dan waspada dalam memutuskan suatu kebijakan terutama untuk menghadapi el nino harus ada langkah extraordinary dan komitmen bersama dari semua pihak untuk menghadapi tantangan ini, baik terkait dengan ketahanan dan kemandirian pangan.

"Harus selalu diperhatikan dan dijadikan fokus utama diantaranya Identifikasi dan mapping lokasi terdampak kekeringan, serta mengelompokkan menjadi daerah merah, kuning dan hijau, Percepatan tanam untuk mengejar sisa hujan, Peningkatan ketersediaan alsintan untuk percepatan tanam, Peningkatan ketersediaan air dengan membangun/memperbaiki embung, dam parit, sumur dalam, sumur resapan, rehabilitasi jaringan irigasi tersier, serta pompanisasi. Penyediaan benih tahan kekeringan dan OPT. Program 1000 ha per kabupaten adaptasi dan mitigasi dampak El Nino. Gerakan Nasional (Gernas) El-Nino (Pertambahan Pertanaman 500.000 ha) di 10 Provinsi dan 100 Kabupaten, Pengembangan pupuk organik terpusat dan mandiri, Dukungan pembiayaan KUR dan Asuransi Pertanian, Penyiapan Lumbung Pangan Sampai Tingkat Desa," ujar Mentan SYL.

Komoditas perkebunan meliputi kopi, kelapa, kakao dan aren merupakan komoditas yang banyak dikembangkan oleh rakyat (99,29%).

Perekonomian Indonesia akan sangat bergantung salah satunya kepada pertanian dalam hal ini sub sektor perkebunan untuk menghadapi krisis pangan global dan el nino. 

"Diharapkan dengan dilaksanakannya Perkebunan Indonesia Expo (BUNEX) Tahun 2023 ini dapat menjadi tempat pengembangan perkebunan Indonesia yang Maju, Mandiri dan Modern, dapat menyediakan sarana promosi bagi wirausaha (investasi) di sub sektor perkebunan, dapat memotivasi pekebun/petani Indonesia menjadi pekebun/petani yang tangguh dan mampu bersaing baik secara lokal maupun global, serta dapat menyediakan ruang kolaborasi dan sinergi bagi Pekebun/Petani Indonesia untuk saling berinteraksi, bekerjasama dan berinovasi," harapnya.

Lebih lanjut Mentan SYL mengatakan, Saya mengapresiasi Direktorat Jenderal Perkebunan dapat membangun perkebunan tidak hanya mengandalkan skema penganggaran dari APBN atau APBD. Program Perkebunan Partisipatif (Pasti) merupakan kolaborasi dan kemandirian dalam pembangunan perkebunan. Dalam. Nembangun perkebunan Indonesia untuk maju, mandiri dan modern harus ada keterlibatan dan kolaborasi dari berbagai pihak, korporasi besar harus membantu perkebunan masyarakat atau rakyat, begitupula perkebunan rakyat harus mendukung melalui penyediaan bahan baku dengan baik, yang bermutu dan berdaya saing.

Pada kesempatan yang sama, Andi Nur Alam Syah Direktur Jenderal Perkebunan mengatakan, pemerintah terus berupaya meningkatkan nilai tambah produk perkebunan tersebut supaya langsung dapat meningkatkan kesejahteraan petani.

"Salah satu upaya peningkatan nilai tambah dimulai dengan penyediaan benih perkebunan yang unggul dan bermutu melalui pembangunan nursery komoditas perkebunan yang tersebar pada lokasi Kawasan pengembangan," jelas Andi Nur.

Andi Nur mengatakan, produk hilirisasi yang telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan meliputi Kopi Java Preanger Lestari Mandiri yang berada di Kabupaten Bandung, Atar Aroma Atsiri (Produk Turunan Minyak Atsiri) di Kabupaten Purwakarta, Gula Aren Hariang yang berada di Kabupaten Lebak, Gula Kelapa di Kabupaten Purbalingga, Kelorina-Moringa Organik Indonesia di Kabupaten Blora, Kakao Kolut Madai di Kabupaten Kolaka Utara dan Kopi Kopinta yang berada di Kabupaten Tana Toraja.

"Kehadiran produk turunan merupakan wujud nyata bahwa produk perkebunan non sawit dalam posisi naik kelas menjadi produk olahan yang berskala ekspor dan memiliki dampak langsung ke petani. Saat ini pemerintah sedang fokus terhadap hilirisasi yang mendorong pekebun untuk tidak berhenti dan bangga dengan produk primer, namun bagaimana pekebun dapat menghasilkan produk jadi yang mempunyai nilai tambah yang bermutu dan berdaya saing.

Kegiatan pelatihan, bimbingan teknologi serta bantuan alat pengolahan dan pasca panen kepada kelompok tani setiap tahunnya meningkat.

"Pemerintah terus berupaya mendorong petani atau perkebunan rakyat untuk menghasilkan produk bukan menjual bahan mentah yang pada akhirnya terbangun kelembagaan petani yang kokoh dan secara bertahap terbentuk sebuah korporasi pada subsektor perkebunan. Kedepan terus berupaya mempersiapkan dan memperkuat komoditas perkebunan yang dapat mensubtitusi impor seperti pengembangan gula berbasis non tebu yaitu stevia, aren, dan lontar, serta pengembangan penguatan pangan melalui pengembangan kawasan kelapa sebagai naungan kakao," ujarnya. 

Lebih lanjut Dirjenbun menjelaskan, pemerintah terus berupaya mendukung dan membina pekebun, mendorong korporasi dan mengkonsolidasikan kemampuan petani, karena kemampuan produk lokal juga sudah mumpuni, terus tingkatkan inovasi teknologi memperbaiki dan memperkuat nilai tambah produk perkebunan.

"Perkebunan fokus pada memperbaiki tata kelola dari hulu hingga hilir, salah satunya bagaimana menjaga ketersediaan pupuk, kita menghilirisasi atsiri dan mendorong diversifikasi produk sagu. Kakao kopi kelor berkembang dengan baik, di bunex 2023 hal baru akan kita tampilkan juga. Bunex expo memperkenalkan produk perkebunan.

Di Bunex 2023 ini akan ada kegiatan launching pabrik mini turunan minyak atsiri dan launching Pabrik Pupuk Organik Mandiri. Selain itu juga akan ada Rembug Nasional Pekebun, FGD, Talkshow, Pameran UMKM, Business Matching (Forum Investasi), Klinik Perkebunan, Taksi Alat dan Mesin Perkebunan (TITAN), Mentan Mendengar. Selain itu turut menampilkan nursery Perkebunan, Minimarket Bun (Bazaar murah produk perkebunan), Kuliner Hasil Perkebunan, Job Fair Perkebunan, dan rangkaian acara menarik lainnya.

Menurut Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Eddy Abdurrachman, Bunex 2023 merupakan salah satu langkah positif untuk memperkenalkan dan mengangkat produk-produk perkebunan termasuk didalamnya turunan kelapa sawit. Kelapa sawit tidak hanya menghasilkan minyak saja namun juga memenuhi kebutuhan pangan hingga bahan bakar energi.

Pemerintah berkolaborasi dengan BPDPKS untuk menghimpun, mengembangkan, dan menggunakan Dana Perkebunan Kelapa Sawit bagi kemaslahatan industri sawit. BPDPKS diberikan mandat untuk melakukan pengembangan sumber daya manusia perkebunan kelapa sawit, penelitian dan pengembangan perkebunan kelapa sawit, promosi perkebunan kelapa sawit, peremajaan perkebunan kelapa sawit sarana dan prasarana perkebunan kelapa sawit. Penggunaan dana di atas termasuk dalam rangka pemenuhan hasil perkebunan kelapa sawit untuk kebutuhan pangan, hilirisasi industri perkebunan kelapa sawit, serta penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati jenis biodiesel. 

BPDPKS saat ini punya program pendanaan untuk petani kelapa sawit yaitu Peremajaan Sawit Rakyat, Sarana dan Prasarana dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Tujuan dari semua program ini adalah peningkatan kesejahteraan petani. 

Sejak 2015, telah berkontribusi aktif kurang lebih 8 triliun membantu memperkuat kelapa sawit Indonesia. Di tahun 2023 direncanakan target sebesar kurang lebih 5.4 triliun, semoga dapat terserap dan tepat guna. BPDPKS berkolaborasi dengan Ditjen Perkebunan melakukan kegiatan dengan baik agar benih tersalurkan dengan baik dan pengembangan Kelapa Sawit Indonesia semakin lebih baik lagi kedepannya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya