Pola Asuh Anak, Mengapa Remaja Perlu Tahu

Genbest Talk “Remaja Hebat, Kunci Generasi Sehat”
Sumber :
  • Kemenkominfo

VIVA – Selain mengkonsumsi makanan bergizi dan menjaga kebersihan diri, untuk mencegah stunting perilaku pola asuh orang tua kepada bayi dan balita perlu diperhatikan. Dalam hal ini, berbagai perilaku pola asuh pada bayi dan anak yang kurang baik harus dihindari karena dapat menyebabkan anak gagal tumbuh atau stunting. 

Pernah Dilarang KB oleh Edwrad Akbar, Kimberly Ryder Kasih Pesan Ini Buat Para Wanita

Demikian disampaikan Ketua Tim Informasi Komunikasi Kesehatan Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Marroli J Indarto dalam diseminasi informasi dan edukasi percepatan penurunan stunting bertajuk Genbest Talk “Remaja Hebat, Kunci Generasi Sehat”, yang dihadiri para remaja di Kabupaten Jepara, Selasa (13/7).

Menurutnya beberapa perilaku semasa hamil dan berlanjut pada pengasuhan anak harus diperhatikan. Seperti rendahnya pemahaman saat melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan yang dilanjutkan pemberian ASI dan makanan pendamping ASI. Selain itu, pemberian gizi seimbang yang tepat sangat menentukan tumbuh kembang anak.

Mengenal Hernia Inguinal Umum Terjadi pada Bayi Laki-laki, Tak Bisa Sembuh Sendiri Perlu Tindakan Operasi

Marroli mengatakan informasi terkait pola asuh orang tua kepada anak tidak hanya penting diketahui oleh mereka sudah memiliki anak, namun jauh sebelum itu saat mereka masih remaja seharusnya sudah mengetahui informasi ini. Hal tersebut agar saat mereka menjadi orang tua sudah cukup pengetahuan untuk membesarkan generasi bebas stunting.

“Stunting harus diwaspadai karena dapat menyebabkan kemampuan kognitif anak tidak maksimal yang disertai perkembangan fisik terhambat,” katanya. 

Mengintip Perayaan Hari Ibu di Berbagai Negara, Ada yang Sampai Pergi ke Pemakaman

Pemerintah hingga kini terus berupa menekan angka stunting karena bonus demografi di Indonesia saat ini sudah dimulai, dan jika bonus demografi ini tidak dikelola dengan baik maka kemajuan Indonesia akan terhambat. Data Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 menunjukan angka stunting secara nasional sudah mengalami penurunan sebesar 2,8 persen dari 24,4 persen pada tahun 2021 menjadi 21,6 persen tahun 2022.  Pemerintah menargetkan angka stunting turun hingga 14 persen di tahun 2024.

Dokter Spesialis Anak ST Andreas yang hadir sebagai narasumber dalam kegiatan tersebut sepakat pola asuh orang tua pada anak penting diperhatikan untuk mencegah stunting.

“Stunting merupakan akibat dari kebiasaan dan pola asuh yang salah dari orang tua kepada anaknya. Kesalahan pola asuh untuk kebutuhan nutrisi dan gizi yang tidak tercukupi pada 1000 hari pertama,” katanya.

Dalam hal ini membiasakan mengasuh anak dengan gaya hidup bersih dan sehat adalah langkah awal yang tepat untuk menghindari anak dari bahaya stunting.  

Terkait dengan stunting, Andreas juga menyampaikan pentingnya kesadaran dan pemahaman anak muda tentang stunting.

“Jadi kenapa sih kita targetnya sekarang anak-anak muda, karena di tahun-tahun  ke depan merekalah yang akan memiliki anak dan berkeluarga, jadi merekalah yang harus paham tentang stunting sehingga nanti mereka tidak menjadi orang tua yang memiliki pola asuh yang salah,” tambahnya.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara, Muslimin yang juga hadir sebagai narasumber menyampaikan faktor yang menjadi penyebab tingginya angka stunting di Kabupaten Jepara adalah pola asuh, kebiasaan merokok orang tua, serta penyakit penyerta dari orang tua.

“Kontrol di Kabupaten Jepara yang paling dominan menyebabkan terjadinya stunting itu adalah pola asuhnya yang kurang baik, dampak keluarga yang merokok, dan yang lebih utama lagi penyakit penyerta dari ibunya atau orang tuanya”, jelasnya.

Terkait pola asuh, ia menjelaskan kondisi ekonomi keluarga yang menuntut kedua orang tua untuk bekerja menyebabkan hilangnya peran orang tua. Hal inilah yang kemudian menyebabkan kurangnya perhatian akan gizi dan nutrisi pada tumbuh kembang anak. Untuk Kabupaten Jepara fenomena ini telah terjadi dalam 5 tahun terakhir.  

Dalam acara tersebut, Marroli berpesan kepada generasi muda agar pemahaman dan edukasi tentang pencegahan stunting yang mereka terima juga diinformasikan kembali kepada orang lain sehingga memberikan manfaat untuk masyarakat sekitar.

“Saya percaya semakin banyak orang yang tahu tentang stunting, bagaimana mencegahnya dan dampaknya, mudah-mudahan akan banyak orang-orang terselamatkan,” katanya.

Kementerian Komunikasi dan Informatika sejak 2019 telah menggandeng generasi muda untuk turut serta mendukung upaya penurunan prevalensi stunting melalui Kampanye Genbest (Generasi Bersih dan Sehat) yang merupakan inisiasi Kemenkominfo untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat serta bebas stunting. Genbest Talk yang diadakan di Kabupaten Jepara ini merupakan bagian dari kampanye Genbest. Genbest mendorong masyarakat, khususnya generasi muda, agar menerapkan pola hidup bersih dan sehat di kehidupan sehari-hari. Melalui situs genbest.id dan media sosial @genbestid, Genbest juga menyediakan berbagai informasi seputar stunting, kesehatan, nutrisi, tumbuh kembang anak, sanitasi, siap nikah, maupun reproduksi remaja dalam bentuk artikel, infografik, serta videografik.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya