Kemenperin Gembleng IKM Fesyen dan Kriya Bisa Naik Kelas

Dirjen IKMA Kemenperin, Reni Yanita
Sumber :
  • Kemenperin

VIVA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendukung pengembangan industri kecil dan menengah (IKM) sektor kreatif, khususnya bidang fesyen dan kriya. Sebab, sektor ekonomi kreatif mampu menyumbang sebesar 7,8 persen terhadap PDB nasional, dengan salah satu kontribusi terbesarnya berasal dari industri kreatif subsektor fesyen dan kriya.

Sinyal Insentif Mobil Hybrid dari Pemerintah Bakal Meluncur Awal 2025

Guna mendongkrak pelaku IKM kreatif bisa naik kelas, Kemenperin melalui Bali Creative Industry Center (BCIC) memiliki dua program unggulan, yaitu Indonesia Fashion and Craft Awards (IFCA) serta Creative Business Incubator (CBI). Program ini menyasar para pelaku IKM kreatif yang mayoritas dijalankan oleh generasi muda.

“IFCA merupakan program kompetisi desain yang memiliki visi keberlanjutan (sustainability), sedangkan CBI adalah program inkubasi bisnis yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas bisnis pelaku IKM fesyen dan kriya melalui pelatihan dan pendampingan,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita di Jakarta, Kamis (8/6).

Kemenperin Dorong Manufaktur Hadirkan LCGC Berteknologi Hybrid

Tahun ini, Ditjen IKMA kembali menggelar program IFCA dengan tema “Neighbourhood Spirit”, yang memiliki visi untuk mendorong para desainer agar peduli dan berkolaborasi dengan IKM di lingkungan sekitar, sehingga dapat menciptakan desain produk inovatif. 

Sedangkan untuk program CBI telah masuk ke tahap pendampingan bagi tenant CBI 2022 yang telah lolos ke tahap program kelas.

Dukung Kesuksesan UMKM, Putri Otonomi Indonesia Tonjolkan Kearifan Lokal di Tengah Tren Global

“Pada kedua program tersebut, peserta didampingi oleh mentor dan tim juri yang berasal dari akademisi dan praktisi profesional,” jelas Reni.

Menurutnya, kompetisi IFCA yang selama ini digelar itjen IKMA telah melahirkan desainer kreatif muda yang tidak hanya memberikan dampak bagi ekonomi, tetapi juga berpengaruh terhadap sosial, dan budaya melalui desain produknya yang inovatif. Guna menjaga keberlanjutan program ini, Ditjen IKMA mendorong para desainer kreatif lulusan IFCA untuk membentuk komunitas kreatif di bebera kota.

“Sehingga akan lebih mudah dalam melakukan pembinaan lanjutan dan meningkatkan jejaring serta peluang kolaborasi. Sebagai inisiasi awal, kami melalui BCIC mengadakan acara temu alumni bertajuk BCIC Family Gathering,” papar Reni.

Temu alumni BCIC Family Gathering ini merupakan ajang bersilaturahmi antar-tenant BCIC peserta IFCA dan CBI dari tahun 2018-2022. Reni berharap, kesempatan ini menjadi ajang bagi para tenant kreatif untuk dapat berbagi pengalaman, sekaligus wadah diskusi dengan pihak Kemenperin dan BCIC.

“Kemudian secara bersama merumuskan langkah-langkah selanjutnya untuk mewujudkan komunitas dan ekosistem kreatif di Indonesia,” lanjutnya.

BCIC Family Gathering pertama kali dimulai pada 30 Maret 2023 di Inkubator Bisnis Universitas Airlangga, Surabaya. Pertemuan kedua digelar pada 31 Maret 2023 di Malang Creative Center, dan acara ketiga dihelat di Pusat Desain Industri Nasional di Yogyakarta pada 12 April 2023. Terakhir, gathering diselenggarakan di Kota Bandung pada 5 Mei 2023.

Direktur Industri Aneka dan IKM Kimia, Sandang, dan Kerajinan Ditjen IKMA Ni Nyoman Ambareny mengatakan, saat pelaksanaan acara temu alumni, para peserta tak hanya berbagi cerita mengenai profil jenama atau brand yang dibangunnya masing-masing, namun juga tentang pengalaman mengikuti berbagai pameran di luar negeri dan berbagai capaian yang membanggakan lainnya.

Studio Dapur misalnya, sempat memamerkan produknya di Pameran Ambiente di Jerman. Ada pula Pemenang Kompetisi IFCA tahun 2021 melalui karya fesyen hasil olahan limbah kain dengan judul Beri Aku Waktu yang sempat ditawarkan di pameran di Belanda.

“Ada juga yang sudah membuka cabang di luar negeri, seperti Nianberia yang membuka cabang di Malaysia. Produk Indonesia dinilai baik di sana, jadi potensi pasarnya bagus,” ungkap Ambareny.

Ambareny menilai beberapa jenama Indonesia juga berhasil membawa misi perubahan di masyarakat dengan konsep sustainability business. Salah satunya adalah jenama JE Couture yang mencoba melestarikan dan mengembangkan Batik Ciamis. 

Kemudian, ada jenama After Waste yang ingin meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap limbah sampah yang dihasilkan pada setiap pertunjukan musik. Ada pula jenama Kampoeng Radjoet yang ingin terus meningkatkan kesejahteraaan perajin di sentra rajut Binong Jati, Bandung.

“Dengan berbagai potensi yang berbeda, diskusi antara para alumni BCIC dapat menginisiasi lahirnya kolaborasi,” tutur Ambareny.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya