Ambil Langkah Tepat Mengantisipasinya, Ini 7 Risiko Investasi yang Wajib Diketahui Investor

Ilustrasi investasi.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Menjadi hal yang luas dipahami oleh semua investor jika setiap instrumen investasi pasti mempunyai risiko. Baik itu saham, obligasi, bahkan reksa dana sekalipun mempunyai risiko yang perlu diantisipasi oleh investor.

Komisi XI DPR Desak Apple Tanggung Jawab Ketimpangan Pendapatan dan Investasi di Indonesia

Secara umum, risiko dalam konteks investasi bisa dipahami sebagai hasil investasi yang tak sesuai dengan harapan sebelumnya. Dalam dunia investasi dikenal prinsip yang berbunyi high risk high return, di mana semakin tinggi peluang keuntungan investasi, semakin besar pula risiko kerugian yang harus siap ditanggung investor.

Oleh karena itu, ketika memutuskan untuk berinvestasi, Anda perlu memahami betul apa saja risiko yang dihadapi. Ada 7, berikut adalah risiko umum investasi yang perlu diketahui dan diantisipasi investor dengan tepat.

BRI Hadirkan Kemudahan Investasi Sukuk Tabungan ST013 Melalui BRImo

1. Risiko Bunga
Yang dimaksud dengan risiko bunga ialah kemungkinan nilai relatif dari aktiva berbunga, seperti obligasi atau pinjaman, menurun karena terjadi peningkatan suku bunga. Saat suku bunga di pasaran berubah, potensi pendapatan investasi akan ikut terpengaruh. Biasanya, saat suku bunga bertambah, harga obligasi dengan bunga tetap bakal menurun, pun sebaliknya.

Cara untuk menilai risiko bunga yang paling sering digunakan adalah mempertimbangkan waktu jatuh tempo obligasi. Misalnya, suku bunga saat ini pada obligasi adalah 8 sampai 10 persen. Lalu, di kemudian hari, pemerintah menerbitkan sukuk ritel dengan suku bunga mencapai 12 persen dan membuat investor lebih tertarik untuk membeli sukuk ritel tersebut.

Teknologi Asal Denmark Kini Dorong Produksi Lokal dengan Meningkatkan Pabrik di Jakarta 

2. Risiko Inflasi
Risiko kedua adalah risiko inflasi yang menunjukkan jika nilai kas investasi tak akan sebanyak di waktu mendatang karena perubahan tingkat daya beli karena inflasi. Dampaknya, ada potensi yang mampu menurunkan daya beli masyarakat atas investasi sebab terjadi kenaikan rerata harga konsumsi. Risiko ini umumnya dialami oleh investor yang memegang dana tunai atau investasi pada instrumen dengan imbal hasil di bawah tingkat inflasi.

3. Risiko Pasar
Yang ketiga ada risiko pasar atau risiko investasi yang bergantung dari kondisi pasar yang menyebabkan Nilai Aktiva Bersih atau NAB berfluktuasi. Penyebab fluktuasi pun beragam, seperti, sentimen pasar saham atau obligasi yang berubah, kondisi makroekonomi, dan sebagainya. Risiko pasar ini pasti dihadapi oleh investor dan perlu diantisipasi dengan strategi investasi yang tepat dengan cepat.

4. Likuiditas
Risiko likuiditas umumnya muncul karena sulit menyediakan dana tunai selama kurun waktu tertentu. Misalnya, terdapat satu pihak yang tidak mampu membayar kewajibannya secara tunai ketika jatuh tempo investasi tiba.

Meski pihak tersebut bisa dikatakan mempunyai cukup aset untuk memenuhi kewajiban utangnya, namun risiko likuiditas tetap bisa terjadi ketika aset tersebut tidak bisa dikonversi menjadi dana tunai. Sehingga, investor tidak bisa mencairkan dana investasinya saat risiko likuiditas ini terjadi. Biasanya, risiko ini terjadi dikarenakan investasi dilakukan pada pasar dengan volume kecil dan baru tumbuh, serta mempunyai keterkaitan dengan percepatan dari sekuritas yang diluncurkan suatu perusahaan.

5. Risiko Nilai Tukar Uang
Bisa disebut sebagai risiko valas atau valuta asing, risiko ini terjadi karena perubahan kurs mata uang asing pada pasar. Perubahan tersebut terjadi tak sesuai dengan harapan, khususnya ketika nilainya dikonversi menjadi valuta domestik.

Contohnya, Anda berinvestasi pada sebuah instrumen investasi yang harus dibeli dengan mata uang USD. Tapi, di saat bersamaan, nilai rupiah terhadap USD ternyata sedang menurun dan akhirnya perlu mengeluarkan uang lebih banyak untuk membelinya. Saat hal tersebut terjadi, bisa dibilang Anda tengah terdampak risiko valuta ketika berinvestasi.

6. Risiko Reinvestment
Selanjutnya ada risiko reinvestment yang terjadi ketika imbal hasil investasi di sebuah aset finansial mengharuskan investor untuk kembali melakukan aktivitas investasinya. Saat hal tersebut terjadi, aktivitas reinvestasi kemungkinan besar membuat arus kas investasi investor menghasilkan return lebih rendah dibanding nilai investasi awalnya.

Contohnya, investor mempunyai portofolio obligasi berkupon 3,5 persen selama periode lima tahun. Namun, setelah 5 tahun berjalan, ternyata tingkat kupon obligasi tersebut menurun menjadi 2,5 persen. Sehingga, tingkat keuntungan yang mungkin didapatkan investor menjadi lebih kecil.

7. Risiko Negara
Terakhir ada risiko negara atau risiko politik yang membuat nilai investasi terpengaruh karena kondisi politik suatu negara maupun muncul aturan undang-undang yang baru. Bahkan, karena risiko ini, nilai investasi yang telah ditanam bisa menghilang atau hangus begitu saja. Oleh karena itu, jika berniat untuk menanam modal di negara lain, cek dulu kondisi politiknya dan pastikan sedang kondusif agar terhindar dari risiko ini.

Yuk Lebih Dekat Memahami Dunia Investasi dengan Cermati University
Dengan banyaknya risiko investasi yang perlu diantisipasi oleh investor, Anda tentu perlu terus mempelajari dan memahami seluk beluk dunia investasi ini secara mendalam. Salah satu caranya melalui kanal Cermati University yang menjelaskan mulai dari dasar investasi dan bisa Anda tonton gratis di Youtube. Dengan begitu, Anda bisa lebih siap menjalani aktivitas investasi, termasuk mengetahui cara menyiasati sederet risiko investasi yang telah dijelaskan di atas.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya