Deklarasikan Komitmen Bersama, Kementan Jaga Resiliensi Perkebunan Indonesia

Koordinasi Nasional Perbenihan Perkebunan
Sumber :
  • Dirjen Perkebunan

VIVA – Benih merupakan komponen penentu dan utama yang penting dalam pengembangan kawasan tanaman perkebunan. Demi menjamin penyediaan benih perkebunan untuk mendukung upaya percepatan pelaksanaan peremajaan kelapa sawit melalui program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR), Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Perkebunan membangun sistem penyediaan, pengawasan dan peredaran benih kelapa sawit terintegrasi dengan nama Bank Benih Perkebunan dalam rangka (BABE BUN). 

Pendapatan Brigade Swasembada Pangan Bisa Lebih dari Rp 10 Juta Per Bulan, Begini Perhitungannya

“Saya sangat mengapresiasi terobosan yang telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan.  Aplikasi BABE BUN harus memberikan manfaat sebesar-besarnya untuk percepatan pelaksanaan kegiatan peremajaan kelapa sawit,” ujar Syahrul Yasin Limpo Menteri Pertanian pada Kegiatan Koordinasi Nasional Perbenihan Perkebunan di Hotel Dalton Makassar (16/03).

Mentan SYL menekankan, “Melalui aplikasi BabeBun PSR ini, penggunaan benih ilegitim dapat diminimalisir, pemasaran/bisnis benih sawit lebih terbuka/tidak terjadi monopoli, distribusi benih sawit lebih terorganisir, petani memiliki kesempatan untuk memilih benih sawit sesuai dengan minat dan kesesuaian lokasi, serta pemerintah dalam hal ini Ditjenbun dan UPTD Perbenihan seluruh Provinsi dapat ikut mengawasi proses peredaran benih kelapa sawit khususnya untuk kegiatan PSR.”  
“Pentingnya penggunaan benih kelapa sawit unggul, bersertifikat dan berlabel, maka dengan launching BABE BUN ini saya sangat optimis bahwa penyediaan benih perkebunan (khususnya Kelapa Sawit) untuk mendukung kegiatan PSR dapat tersedia dalam jumlah yang cukup dengan kualitas terjamin,” ujar Mentan SYL.

Impor Daging Domba Disetop kerena Diduga Tekan Harga Peternak Lokal, Kementan Sidak ke 13 Gudang Importir

Lebih lanjut Mentan mengatakan, Demi pembangunan pertanian khususnya perkebunan tak hanya bertumpu pada skema pembiayaan pemerintah (APBN dan APBD), perlunya kolaborasi dan keikutsertaan peran dari sektor swasta (private sector) menciptakan tata kelola dan sistem usaha perkebunan dalam pengembangan kawasan perkebunan. Perlunya membangun kemitraan usaha dari hulu ke hilir melalui kolaborasi, solidaritas, sinergi antara pemerintah, swasta, asosiasi dalam gerak langkah bersama untuk mengembalikan, menjaga dan membangun usaha perkebunan sehingga terbagun ekosistem perkebunan Indonesia lebih maju, mandiri dan modern.

Untuk merealisasikannya, Mentan SYL meminta Direktur Jenderal Perkebunan dan jajarannya agar segera menindaklanjuti hal-hal diantaranya pastikan sosialisasi penggunaan benih unggul, bersertifikat dan berlabel terus dilakukan tidak hanya untuk komoditas kelapa sawit tetapi untuk komoditas perkebunan lainnya dengan memanfaatkan berbagai media baik cetak maupun elektronik.

Mengenalkan Perkebunan Sejak Dini: Edukatif untuk Masa Depan yang Berkelanjutan

Lebih lanjut Mentan SYL mengatakan, Pastikan Aplikasi BABE BUN aplikatif dan dimanfaatkan, terus lakukan upaya-upaya perbaikan, perhatikan efisiensi penggunaannya.  Kehadiran aplikasi ini jangan menambah sulit dan panjangnya birokrasi PSR. Aplikasi BABE BUN dikembangkan untuk mendukung komoditas perkebunan lainnya tidak hanya kelapa sawit. Segera selesaikan permasalahan penjualan benih secara Online, susun regulasi yang tepat dan aplikatif, dengan prinsip tetap mengedepankan azas saling menguntungkan. 

“Melalui Bank Benih Perkebunan diharapkan target pengembangan kawasan tanaman perkebunan dapat tercapai dengan baik, bisnis benih tetap berjalan, kesejahteraan petani meningkat dan pada akhirnya meningkatkan devisa negara,” harap Mentan SYL.

Menurut data BPS, pada kuartal IV tahun 2022, Pertanian menyumbang PDB sebesar Rp.1.098 Trilyun, dimana perkebunan menjadi penyumbang PDB terbesar yaitu sebesar 39,35% (432,01 Trilyun), sedangkan untuk nilai ekspor pertanian tahun 2022 mencapai Rp. 640,56 trilyun, dari nilai ekspor tersebut sektor perkebunan merupakan penyumbang terbesar. Nilai ekspor mengalami kenaikan sebesar 6,93% pada tahun 2022 menjadi 622,37 trilyun, dimana kontribusi tertinggi berasal dari komoditas kelapa sawit sebesar 75,22%, diikuti dengan karet 8,37%, kelapa 4,10%, kakao 3,01%, kopi 2,75% dan komoditas lainnya (gabungan) sebesar 6,18%.

Terlihat dari hasil capaian positif tersebut, terbukti perkebunan berkontribusi besar dan signifikan dalam membangun pertanian Indonesia. Namun tak dapat dipungkiri tantangan akan kondisi tanaman tua/rusak/tidak menghasilkan apabila dibiarkan dan tidak ditangani dengan serius dapat berdampak pada devisa dari sektor perkebunan. Perlu mengoptimalkan semua potensi sumber daya perkebunan yang ada. Demi mempertahankannya perlu dilakukan inovasi dan terobosan untuk mencari sumber-sumber pembiayaan Non APBN dalam pelaksanaan kegiatan penyediaan benih berkualitas dan berlabel menunjang program peremajaan tanaman perkebunan. 

Dirjen Perkebunan, Andi Nur Alamsyah menyampaikan, Investasi perkebunan merupakan investasi jangka panjang, untuk itu dalam pelaksanaanya perlu disiapkan dengan sangat baik.  Salah satu faktor utama dan paling penting adalah pemilihan benih yang berkualitas.  Dalam memilih benih perkebunan harus memenuhi 6 (enam) tepat yaitu tepat jumlah, varietas, mutu, waktu, lokasi dan harga. 

Andi Nur menegaskan, Benih berkualitas dan berlabel adalah benih yang berasal dari kebun sumber benih yang telah ditetapkan oleh Dirjen Perkebunan atas nama Menteri Pertanian, benihnya disertifikasi dan dilabel, dan dalam penyalurannya diawasi oleh petugas Pengawas Benih Tanaman.

“Direktorat Jenderal Perkebunan sangat serius dalam menyiapkan benih tanaman perkebunan bermutu dan berlabel dalam rangka medukung peningkatan produksi, nilai tambah dan daya saing industri perkebunan. Bentuk keseriusan tersebut diwujudkan melalui pengembangan aplikasi berbasis website dan android yang diberi nama Bank Benih Perkebunan Perkebunan Sawit Rakyat (BABE BUN-PSR). Aplikasi ini merupakan sistem terintegrasi pengelolaan PSR mulai dari penyediaan, pengawasan dan peredaran benih,” ujar Andi Nur.

Andi Nur menjelaskan, Babe Bun PSR merupakan sub sistem dari BABE BUN, sebuah rancangan ekosistem perbenihan perkebunan. Kedepan, BABE BUN sebagai portal perbenihan perkebunan akan mencakup sejumlah subsistem, yaitu Babe Bun Pasti-CSR, Babe Bun Nursery, Babebun Ekspor Impor, Babebun Perizinan dan Pelepasan Varietas Tanaman Perkebunan, Babebun Kebun Sumber Benih (KSB)-Pohon Induk Terpilih (PIT), Babebun Kelembagaan, Sertifikasi dan Standarisasi, dan Babebun E-Commerce.

Pada kesempatan rakornas perbenihan perkebunan tersebut, turut dihasilkan kesepakatan bersama antar pemangku kepentingan perbenihan hortikultura yang disebut dengan deklarasi Makasar. 

Deklarasi Makasar “Menjaga Resilensi Perkebunan Indonesia” tersebut digagas oleh Menteri Pertanian Yasin limpo dan ditandatangani oleh 13 deklarator, baik dari kalangan pemeritah pusat, pemerintah daerah, maupun asosiasi perbenihan nasional. 

“Salah satu point penting dari 6 butir deklarasi adalah menjaga keberlanjutan usaha perkebunan nasional dengan mendorong terbentuknya Bank Benih Perkebunan (Babe Bun) dan Badan Pengelola Dana Perkebunan. Diharapkan kedepannya produksi dan ketertelusuran benih perkebunan dapat berjalan dengan baik, kebutuhan benih bermutu aman dan lebih optimal,” ujar Andi Nur.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya