Rektor Musi Rawas: Beras Impor Tak Mampu Turunkan Harga Dalam Negeri

Ilustrasi beras.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Makna Zaezar

VIVA – Rektor Universitas Musi Rawas yang juga merupakan dosen Universitas Sriwijaya, Prof. Andy Mulyana mengatakan bahwa sejauh ini kehadiran beras impor tidak mampu menurunkan harga beras dalam negeri. Karena itu, menurut dia, kenaikan tersebut harus segera disikapi serius dengan melakukan penyerapan atau operasi pasar berupa pembelian beras atau gabah petani.

Harga Suzuki Ertiga dan XL7 Terbaru November 2024

"Beras impor ternyata tidak sesuai harapan masyarakat karena harga beras saat ini masih cukup tinggi. Artinya impor beras tidak berdampak pada harga beras di pasaran," ujar Mulyana, Jumat, 10 Februari 2023.

Prof. Mulyana mengatakan, kebijakan impor sejak awal bukan sebagai solusi dalam mengatasi persoalan ketersediaan beras Indonesia. Sebaliknya, kebijakan yang dibutuhkan petani adalah melakukan penyerapan secara berkelanjutan.

Mendag Budi Bantah Ada Tim Khusus Buat Revisi Aturan Kebijakan Impor

Opsi pembelian dalam bentuk gabah dimaksudkan agar jumlah yang dapat diserap akan lebih banyak, terkait dengan sering terhambatnya penyerapan beras petani karena tidak terpenuhinya syarat mutu beras petani.

"Saya berharap dengan masa panen raya 2023 ini, pemerintah melalui Bulog terus melakukan penyerapan secara maksimal," katanya.

Mendagri Apresiasi Capaian Inflasi Nasional YoY Oktober 2024 Sebesar 1,71 Persen

Senada, Guru Besar Universitas Hasanuddin, Rusnadi Padjung menilai impor beras yang selama ini dilakukan tidak berhasil menurunkan harga beras di dalam negeri. Nyatanya, harga beras di lapangan masih tergolong tinggi. Dia menilai, sejak awal, kebijakan yang tepat adalah melakukan penyerapan ketimbang melakukan pengimporan.

Melansir data Info Pasar Beras Induk Cipinang (PIBC), harga beras per 4 Februari 2023 lalu masih di posisi tinggi yakni Rp 11.589 per kg dengan kondisi stok beras di PIBC sebagai barometer nasional hanya 12.234.

"Saya kira penyerapan itu harusnya dilakukan sejak awal sehingga impor tak perlu dilakukan. Toh nyatanya, impor beras tak berdampak pada kondisi harga dalam negeri," katanya.

Bagi Rusnandi, satu-satunya jalan agar kondisi harga beras berangsir turun adalah melakukan penyerapan secara maksimal. Apalagi panen raya di sejumlah sentra sudah di depan mata. Saat ini petani tengah menanti upah mereka terbayarkan.

"Makanya lakukan penyerapan. Jangan biarkan petani rugi karena mereka sudah bekerja keras melakukan penanaman. Kalau serapanya bagus otomatis harganya juga akan turun," katanya.

Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI), Riyanto menilai bahwa sejauh ini keberadaan beras impor belum mampu menurunkan harga beras di tingkat konsumen.

"Adanya beras impor ternyata tidak sesuai dengan harapan masyarakat karena sampai saat ini harganya tetap tinggi," katanya.

Riyanto mengatakan, seharusnya Pemerintah sejak awal menghitung secara detail, timing dan dampak dari kebijakan impor. Apalagi kebijakan ini dilakukan disaat petani akan  menghadapi panen raya.

"Kebijakan yang paling tepat menurut saya adalah melakukan penyerapan gabah petani saat panen raya," jelasnya.

Plt. Kepala Badan Pusat Statistik, Amalia Adininggar Widyasanti

Warisan Terakhir Jokowi ke Prabowo, Ekonomi Indonesia Kuartal III-2024 Tumbuh 4,95 Persen

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2024 tumbuh sebesar 4,95 persen secara tahunan atau year on year (yoy).

img_title
VIVA.co.id
5 November 2024