Komentar Pengamat Pangan: Ketika Impor Beras Tapi Harga Tetap Tinggi
- Eat This
VIVA – Disaat importasi beras sudah dulakulan oleh Bulog, namun harga pangan masih terpantau tinggi, pengamat Pangan sekaligus Dosen Sekolah Vokasi IPB University, Prima Gandhi, meminta Badan Urusan Logistik (Bulog) melakukan langkah persuasif ketimbang melemparkan masalah dengan menyebut ada mafia beras. Salah satunya melakukan penyerapan secara masif agar kondisi perberasan dalam negeri kondusif.
"Semisal saya pedagang besar ketika disebut mafia, saya akan melawan dan saya kesal. Ya, sudah biarkan saja masalah beras seperti itu. Kalau menuduh orang, siapa sih yang mau disebut mafia? Itu kan psikologi. Ini lebih butuh pendekatan humanis," ujar Prima, Kamis, 9 Februari 2023.
Menurut Prima, pendekatan yang dilakukan secara keras oleh Bulog malah menimbulkan perlawanan dari pasar yang lebih menguasai beras. Stok Bulog yang selama ini berkisar satu juta ton hingga 1,5 juta ton pun hanya sekitar empat persen dari rata-rata produksi nasional di atas 31 juta ton.
Diketahui, beras impor yang baru saja tiba memiliki kualitas premium dengan kadar air 13,5 persen dan tingkat butir patah hanya lima persen. Namun, dijual oleh Bulog kepada para pedagang maupun distributor dengan harga medium. Itu memberi peluang beras dijual kepada konsumen dengan harga premium yang lebih tinggi.
"Seharusnya Bulog memiliki kontrol penuh terhadap beras impor itu sendiri. Dilihat dari rantai tata niaga beras di dalamnya ada beras impor. Kalau harganya bermasalah, bisa jadi oknum Bulog sendiri. Tapi kalau beras lokal, permainan mungkin di pedagang," katanya.
Lebih lanjut, Prima menilai, pemberian hukum bagi mereka yang disebut sebagai mafia juga cukup sulit karena tidak bisa dibuktikan secara riil. Semestinya semua pihak fokus pada tujuan bagaimana pasokan dan harga beras bisa stabil.
Ia menilai, pejabat publik, termasuk Presiden Joko Widodo ada perlunya sesekali mengumpulkan para pedagang beras besar. Termasuk perusahaan besar yang mereka memiliki ladang sawah sendiri. Dengan cara itu, akan lebih mudah bagi pemerintah untuk menjaga stabilitas beras.
"Ketimbang pendekatan konflik yang membuat saling curiga," katanya.
Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso dalam kesempatan berbeda pun telah mengultimatum seluruh jajaran dan karyawan Bulog di seluruh daerah. Ia menegaskan tak segan-segan untuk memecat bagi mereka yang kedapatan ikut bermain atau bahkan menjadi mafia beras.
"Saya tahu permainan-permainan di Bulog. Saya tidak ada ragu-ragu untuk memecat yang bersangkutan. Seperti kasus di Sulawesi Selatan, beras hilang dipinjam, alasan apapun itu salah. Dipidana dan dipecat dulu saja," jelasnya.