Kementan Ajak Penyuluh Terapkan Pertanian Ramah Lingkungan Low Cost

Ngobrol Asyik (Ngobras) Kementan volume 53
Sumber :
  • Kementan

VIVA – Pertanian ramah lingkungan dengan cost yang rendah menjadi salah satu solusi bagi petani dalam mengatasi mahalnya harga pupuk dan pestisida, sehingga petani tetap bersemangat dalam berusaha tani terutama komoditas tanaman pangan.

Mengenalkan Perkebunan Sejak Dini: Edukatif untuk Masa Depan yang Berkelanjutan

Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan bahwa pertanian ramah lingkungan merupakan suatu bentuk adaptasi dengan kondisi alam saat ini.

"Menyikapi climate change yang ada, bagaimana membuat pertanian dapat lebih ramah lingkungan dan sekaligus dapat beradaptasi dengan tantangan – tantangan alam," ujar Mentan SYL.

Menaker Yassierli: Masa Depan Profesi Petani Tidak Suram

Hal senada disampaikan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi pada agenda Ngobrol Asyik (Ngobras) volume 53, bertemakan “Budidaya Padi Ramah Lingkungan dengan Low Cost”, yang dilaksanakan pada Selasa (27/12) di AOR BPPSDMP, Kementan.

Pada arahanya Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi mengajak semua insan pertanian menggenjot produktivitas pertanian dengan tetap memperhasikan lingkungan. "Kita harus membangun sistem pertanian ramah lingkungan dan sistem pertanian berswasembada," ucap Dedi.

Genjot Pertanian di Provinsi Banten, Andra dan Airin Sepakat Soroti soal Ketersediaan Pupuk

Narasumber Ngobras, Endang Fajarini merupakan Penyuluh Pertanian, Kabupaten Purbalingga, Propinsi Jawa Tengah. Pada paparan materinya beliau menjelaskan bagaimana budidaya tanaman padi dengan biaya yang rendah.

"Permasalahan yang dihadapi petani di wilayah kami adalah tingginya ongkos tenaga kerja serta mahalnya pupuk dan pestisda. Sehingga kami penyuluh bersama dengan petugas POPT dan KTNA mencari alternative solusi dari permasalahan," ujar Endang.

Dia menjelaskan, solusi dari permasalahan yang ada diantaranya dengan menerapkan teknik persemaian yang ada dengan menggunakan jaring, aplikasi asam humat/pembenah tanah, penggunaan POC (dengan biang nitrobacter), penggunaan booster saat tanaman padi memasuki fase generative, penggunaan pestisida nabati dan APH (agen pengendali hayati) untuk perlindungan tanaman dari serangan hama/penyakit.

"Keuntungan dengan adanya teknik persemaian menggunakan jaring dapat menghemat waktu dan ongkos serta tenaga kerja dan memperkecil resiko stress bibit padi saat pindah tanam," ujar Endang.

Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa penggunaan POC dengan menggunakan biang nitrobacter + MKP ( mono kalium phospat), mampu menggurangi penggunaan pupuk kimia hingga 50 persen dari dosis anjuran. Penggunaan APH Paeni Baccilus Pilomixa untuk pengendalian penyakit Kresek (Hawar daun Bakteri).

"Penggunan APH Metharizium dilakukan untuk pengendalian serangga hama seperti walang sangit, wereng, belalang, ulat dsb sedangkan penggunaan pestisida nabati, kami mempraktekkan dengan bahan akar tuba, gadung dan buah maja, ternyata cukup efektif untuk mengendalikan serangga hama spt ulat, kutu atau trips," pungkas Endang.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya