Hasil Inovasi Vokasi Berhasil Jawab Permasalahan Industri
VIVA – Pada era Presiden Joko Widodo, penguatan pendidikan vokasi menjadi salah satu fokus dalam upaya membangun sumber daya manusia (SDM) unggul, terutama untuk merespons perkembangan zaman.
Komitmen akan kemajuan vokasi sudah sejak 2016 disuarakan oleh presiden, diikuti dengan keluarnya INPRES tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), serta Peraturan Presiden (PERPRES) perihal Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi pada tahun 2022.
Ciri khas pendidikan vokasi yang paling menonjol adalah proses pembelajaran yang kental dengan budaya industri. Meningkatnya kualitas dari pendidikan vokasi melalui keselarasan dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) diharapkan mampu mendongkrak daya saing industri sehingga berimplikasi pada penguatan ekonomi nasional.
Komitmen Pemerintah dalam menggarap pendidikan vokasi dilakukan pada berbagai lini, salah satunya dengan mendorong terciptanya inovasi-inovasi dari hasil riset terapan vokasi. Melalui Program Riset Terapan Dalam Negeri - Dosen Perguruan Tinggi Vokasi, Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) pada tahun 2021 telah menggelontorkan dana pengembangan riset terapan senilai Rp23,69 miliar untuk dikelola oleh Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan DUDI, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Dana tersebut kemudian dialokasikan kepada 66 tim periset dari 35 perguruan tinggi penyelenggara pendidikan vokasi yang usulan risetnya lolos melalui serangkaian proses seleksi.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek, Kiki Yuliati menjelaskan, skema Program Riset Keilmuan Terapan disusun untuk dapat menjadikan dosen vokasi sebagai penggerak dan penguat kemitraan.
Target luaran dari skema riset terapan adalah menyelesaikan persoalan industri dan masyarakat yang berbasis pada penyelesaian masalah atau pemenuhan kebutuhan demand driven.
“Melalui skema ini diharapkan dosen vokasi dapat meningkatkan kepercayaan industri terhadap kualitas dan kapabilitas pendidikan vokasi, utamanya dalam berinovasi, memberi manfaat terhadap penguatan ekonomi dan peningkatan daya saing industri, serta mengafirmasi UMKM untuk bisa naik kelas,” tutur Kiki, Minggu (30/10/2022).
Pelaksanaan riset terapan di perguruan tinggi vokasi merupakan salah satu bentuk implementasi dari Program Kampus Merdeka Vokasi yang dijalankan oleh Kemendikbudristek.
Program Kampus Merdeka Vokasi diluncurkan sebagai bagian dari Merdeka Belajar episode ke-11. Melalui program Kampus Merdeka Vokasi diharapkan akan terintegrasi pendidikan tinggi vokasi dengan dunia kerja demi menghasilkan lulusan yang lebih kompeten, produktif, dan kompetitif.
Dirjen Vokasi Kiki Yuliati menambahkan, skema pendanaan yang diberikan LPDP memberikan keleluasaan bagi tim periset karena tidak terpaku pada tahun anggaran.
Oleh sebab itu, Ia berharap luaran riset terapan vokasi harus benar-benar dapat dimanfaatkan oleh DUDI, baik melalui peningkatan produktivitas, efektivitas, efisiensi, maupun akurasi produksi.
“Riset yang dijalankan pada skema ini harus bersifat multidisiplin. Sejauh ini, hasil dari riset terapan sudah mulai tampak. Bahkan beberapa inovasi sudah dilirik untuk dipabrikasi oleh mitra industrinya, seperti alat pengujian kampas rem berbasis artificial intelligence (AI) dan cetakan velg dari material baja perkakas,” tutur Kiki.
Mesin Uji Kampas Rem Berbasis AI
Riset ini dilakukan oleh tim periset Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (SV UGM) yang dikomandoi oleh Dr. Eng. Agustinus Winarno, S.T., M.Eng. Bersama dengan mitranya, yakni PT Akebono Brake Astra Indonesia, Agustinus mengembangkan inovasi berupa mesin untuk menggantikan peran manusia dalam pengujian kampas rem menjadi berbasis AI.
Agus menjelaskan, selama ini prinsip dasar dari pengujian atau pengetesan kampas rem di berbagai belahan dunia terkait baik atau tidak adalah dengan melakukan pemukulan oleh operator, kemudian operator tersebut mendengarkan adanya retak atau tidak menggunakan telinganya secara manual.
Artinya dalam lini produksi kampas rem, proses pengujian dilakukan selama 24 jam, dan sangat bergantung pada kondisi manusia.
“Melalui inovasi ini, kami menggunakan mekanik untuk melakukan pemukulan, lalu inputan atau suara yang dihasilkan tersebut kami masukkan ke dalam AI. Selanjutnya, AI tersebut akan memutuskan kampas rem yang diuji baik atau tidak. Dengan adanya mesin di sini tentu akan meningkatkan efisiensi karena cycle time bisa kita atur, ataupun proses ini akan menjadi lebih stabil,” terang Agus.
Inovasi vokasi dari SV UGM ini tentunya memiliki potensi besar karena pada industri kampas rem secara global, pengujian kampas rem masih dilakukan dengan mengandalkan telinga manusia yang tentunya sudah terlatih.
Mesin uji kampas rem berbasis AI ini diharapkan mampu menjadi peluang bisnis bagi mitra industri untuk mengekspor alat, dan yang paling penting adalah membanggakan bangsa Indonesia melalui inovasi di bidang otomotif.
Mesin Kanvas Rem Berbasis AI dari Vokasi UGM
Cetakan Velg Material Baja Perkakas
Inovasi lainnya dihadirkan oleh tim periset dari Politeknik Manufaktur (Polman) Bandung. Semakin meningkatnya permintaan velg kendaraan akibat dari pertumbuhan industri kendaraan, baik yang konvensional maupun elektrik membuat ketua periset Polman, Roni Kusnowo, S.T., M.T. memiliki ide untuk menciptakan inovasi cetakan velg dengan material baja perkakas produksi dalam negeri.
Roni mengatakan, mitra industrinya yaitu PT Pakoakuina sebagai salah satu bagian dari PT Astra Otoparts membutuhkan sebuah material produksi lokal disebabkan saat ini mereka masih impor untuk memenuhi kebutuhan material.
“Sedangkan kalau impor itu butuh waktu dan harga yang cukup tinggi. Sehingga mereka membutuhkan material baja perkakas produksi lokal yang mempunyai beberapa sifat, yaitu tahan panas, tahan terhadap beban tahan aus, dan yang terakhir mempunyai sifat yang tangguh,” ucap Roni.
Persoalan DUDI tersebut kemudian Ia jawab bersama timnya dengan membuat cetakan dengan material besi perkakas sesuai dengan kebutuhan mitra. Keunggulan dari inovasi Polman ini adalah efisiensi biaya dan waktu karena tidak perlu inden dari luar negeri.
Bahkan, Ia bersama tim hanya membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari untuk menghasilkan baja perkakas dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan harus impor dari luar negeri. Saat ini, sejumlah pesanan bahkan datang tidak hanya dari mitra industri, tetapi juga dari pabrikan lainnya.
“Jadi untuk dampak secara ekonominya cukup luar biasa ya, sebanyak 50 sampai 60 jenis cetakan velg sudah kami produksi dengan material baja perkakas produksi lokal ini,” tukas Roni.