Hadapi Krisis Pangan Global, Mentan: Kesejahteraan SDM Perkebunan Ditingkatkan

Acara Sapa Petani dan Penyuluh Pertanian (MSPP) volume 39, Jumat (21/10).
Sumber :

VIVA – Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan program kerja Kementerian Pertanian (Kementan) tidak boleh lagi hanya berstrategi sama seperti apa yang dicapai selama ini. 

Genjot Pertanian di Provinsi Banten, Andra dan Airin Sepakat Soroti soal Ketersediaan Pupuk

Tantangan pertanian merupakan kebutuhan bangsa yang besar terkait dengan penyediaan pangan dan tentu saja harus bertahan di tengah krisis pangan global dan krisis energi, sehingga penguatan pembangunan komoditas perkebunan adalah agenda prioritas untuk memperkuat akselerasi kemajuan pertanian. 

"Pertumbuhan menjadi sangat penting karena kekuatan negara ini juga ada di perkebunan," kata Mentan SYL. 

Demi Petani Tebu Rasakan Manisnya Masa Depan, Kementan Melalui Program "MANIS" Kejar Swasembada Gula Nasional

Selanjutnya SYL mengatakan, akselerasi pengembangan komoditas dari hulu ke hilir menjadi agenda prioritas yang harus diwujudkan. Hal ini direalisasikan dengan konsep pembangunan subsektor perkebunan yang terkonsolidatif dan integratif. 

Sementara itu Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi mengatakan, krisis pangan yang berlarut-larut menyebabkan inflasi di luar kendali. 

Mentan Bersama Kapolri dan Panglima TNI Launching Program Swasembada Pangan

"Solusi krisis pangan global diantaranya kendalikan inflasi dengan genjot produktivitas pertanian dan ganti komoditas pangan impor dengan pangan lokal," ujar Dedi pada arahan Mentan Sapa Petani dan Penyuluh Pertanian (MSPP) volume 39, Jumat (21/10). 

Dedi melanjutkan komoditas perkebunan merupakan komoditas unggulan pertanian yang termasuk komoditas yang eksport dan pernah melejit pada tahun 2020- 2021 dengan naik lebih dari 38 persen untuk diekspor. 

Narasumber MSPP, Direktur Jenderal Perkebunan,  Andi Nur Alamsyah pada paparan dengan materi pembangunan perkebunan untuk kesejahteraan bangsa, mengatakan bahwa Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II 2022 terhadap triwulan II Tahun 2021 tumbuh sebesar 5,44 persen (y-on-y). 

Ekonomi Indonesia triwulan II 2022 terhadap triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar 3,72 persen (q-to-q). Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 13,15 persen. 

"Program unggulan ditjen perkebunan tahun 2020-2021 diantaranya korporasi perkebunan, produksi benih/nursey 20 juta dan pengembangan kawasan kopi, kelapa, jambu mete, kakao serta pengembangan sagu hulu hilir berbasis koperasi, percepatan swasembada gula komsumsi, pengembangan gula non tebu dan pengembangan kopi komandan," jelas Andi. 

Selanjutnya Andi menjelaskan, strategi peningkatan produksi perkebunan di antaranya melalui logistik benih dan pengembangan kawasan melalui perluasan, peremajaan dan rehabilitasi untuk meningkatkan produksi komoditas (program jangka panjang) kelapa, jambu mete, kakao, karet, lada, cengkeh, teh, vanili, dan kayu manis. 

Pengembangan kawasan dilakukan melalui intensifikasi (program jangka pendek) untuk meningkatkan produksi kopi, kakao, karet, lada, pala dan cengkeh. 

Sedangkan peningkatan nilai tambah dan daya saing melalui penyediaan alat pasca panen dan pengolahan untuk meningkatkan nilai tambah komoditas kopi, karet, kelapa, kakao, pinang, kayu manis, dan nilam. 

"Diharapkan untuk skema pembiayaan tidak hanya mengandalkan APBN/APBD, maksimalkan pemanfaatan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan CSR serta investasi," pungkas Andi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya