Tak Ada Cara Instan, Ini Cara Kemkominfo Ajak Para Remaja Diet Sehat
VIVA – Banyak remaja masa kini menjalani berbagai diet populer tanpa memikirkan lebih lanjut apakah baik untuk kebutuhan gizinya.
Padahal, apabila gizi mereka tidak tercukupi, maka akan rentan mengalami berbagai penyakit, serta berisiko saat dewasa melahirkan generasi masa depan yang stunting.
“Para remaja ini nantinya yang akan membangun dan membentuk keluarga yang bisa bebas dari stunting. Oleh karena itu, gizi dan Kesehatan mereka harus dijaga dengan baik sehingga cita-cita bersama untuk mewujudkan generasi Indonesia yang unggul dan berkompeten dapat tercapai,” ujar Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Kementerian Kominfo, Wiryanta, dalam pembukaan “Kepoin Genbest.”.
Sebagian besar remaja belum menyadari betapa pentingnya peran mereka untuk mewujudkan generasi selanjutnya yang berkualitas. Padahal, kesehatan remaja di masa kini merupakan investasi di masa depan untuk melahirkan generasi Indonesia selanjutnya yang terbebas dari stunting.
Apalagi melihat di tahun 2030 mendatang, Indonesia akan mengalami bonus demografi. Oleh karena itu, remaja memiliki andil yang sangat besar dalam mengatasi permasalahan stunting di Indonesia.
“Presiden Joko Widodo menargetkan pada tahun 2024 angka stunting menjadi 14%. Adapun di tahun 2019, angka prevalensi stunting masih 27, 67%. Oleh karena itu, kita harus bersama-sama bekerja keras menurunkan stunting agar mencapai target yang telah ditetapkan,” imbuh Wiryanta.
Oleh sebab itu, Kemkominfo menggelar “Kepoin Genbest” dengan tema “Remaja Zaman Now: Diet Sehat Gak Salah Alamat” di Bandar Lampung untuk memberikan informasi dan edukasi mengenai wawasan pemenuhan gizi yang seimbang, perilaku hidup bersih dan sehat, serta mensosialisasikan pentingnya pencegahan stunting sejak dini kepada generasi muda.
Dalam kesempatan tersebut, Plt. Deputi Bidang ADPIN Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dr. Ir. Dwi Listyawardani, M.Sc., Dip.Com yang hadir sebagai narasumber menjelaskan pentingnya menjalani diet yang sehat.
“Perlu dipahami kebutuhan asupan gizi setiap individu berbeda, kebutuhan akan kalori, protein, lemak tergantung pada usia, berat dan kondisi badan sehingga penerapan diet tidak bisa disama ratakan. Saat ini banyak remaja yang diet hingga terlalu kurus. Padahal, berat badan ideal dapat diukur melalui body mass index (indeks masa tubuh) dimana tinggi dan berat badan harus seimbang. Selain itu, pengecekan hemoglobin (HB) perlu dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya anemia yang dapat mengganggu produktifitas remaja dan beresiko terjadinya stunting,” papar Dwi.
Dwi menambahkan, para remaja dapat menerapkan pola makan yang sehat dan diimbangi dengan berolahraga sehingga metabolisme dalam tubuh berjalan dengan baik dan dapat berdampak positif di masa depan untuk melahirkan generasi selanjutnya yang sehat dan berkualitas.
“Remaja harus mampu menerapkan pola makan dengan asupan gizi yang baik dan diimbangi dengan kegiatan fisik seperti berolahraga untuk menjaga metabolisme tubuh. Khususnya bagi remaja putri wajib untuk menjaga kadar hemoglobin dalam darah, karena faktanya hampir 50% remaja putri di Indonesia mengalami anemia, hal tersebut tentu tidak baik untuk remaja putri sebagai seorang calon ibu,” ujar Dwi.
Selain itu, Dokter Gizi Klinis, dr. Putri Sakti Dwi Permatasari, M.Gizi, Sp.GK, AIFO-K yang menjadi narasumber di Kepoin Genbest Lampung ini juga mengingatkan para remaja untuk tidak melakukan diet sembarangan dan harus menerapkan pola makan yang sehat dengan tetap memperhatikan kecukupan nutrisi bagi tubuh.
“Tidak ada cara yang instant untuk membentuk tubuh yang ideal. Diet yang sehat dapat dilakukan dengan terapi nutrisi yakni melakukan pengurangan komposisi kalori secara bertahap yang tentu harus dalam pantauan dokter atau ahli gizi, selain itu harus rajin berolahraga, dan memperhatikan waktu tidur atau istirahat yang cukup," ujar dr. Putri.
Menurutnya, kesehatan dari dalam tubuh merupakan hal yang paling utama. Jika asupan nutrisi saat remaja kurang maka akan berdampak buruk bagi tubuh dan beresiko terjadinya stunting pada anak yang dilahirkannya di masa depan.
Menerapkan pola hidup yang sehat saat remaja akan menunjang perkembangan dan pertumbuhan yang lebih optimal.
“Selain nutrisi gizi yang harus seimbang harus diimbangi juga dengan anti mager dan mulai aktif berolahraga, kecukupan tidur, serta manajemen stress. Jika Ibu sedang hamil dan tidak mampu memanage emosinya otomatis aliran nutrisi ke bayi juga akan terganggu, jadi 1000 HPK akan menjadi tidak optimal,” tutup dr. Putri.